Sunday, May 13, 2007

Mg Paskah VI

Mg Paskah VI/C

Kis 15: 1-2.22-29; Why 21:10-14.22- 23; Yoh 14:23-29

"Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."

Ign.Sumarya SJ

Pak Kasidi, sopir pribadi Uskup Agung Semarang, adalah sopir tiga generasi, artinya dia telah menjadi sopir pribadi 3 (tiga) Uskup Agung Semarang : Mgr.A.Soegijapranat a SJ. Yustinus Kardinal Darmayuwana Pr dan Yulius Kardinal Darmaatmaja SJ. Sebagai sopir pribadi Uskup ia hafal betul jalan-jalan di wilayah Keuskupan Agung Semarang, termasuk gang-gang kecil atau lorong-lorong menuju komunitas-komunitas biara. Zaman berubah dan berkembang: kemajuan teknologi dan pembangunan phisik telah merubah berbagai jalan utama antara lain dengan pelebaran jalan dan pohon-pohon besar di pinggir jalan menjadi korban alias harus ditebang. Beberapa pohon besar di pinggir jalan tersebut oleh pak Kasidi dijadikan 'rambu-rambu lalu lintas', petunjuk jalan dimana harus berbelok menuju tempat yang harus dituju, maka ketika pohon-pohon tersebut tidak ada lagi ia merasa kehilangan orientasi atau petunjuk jalan dan sering sedikit tersesat atau harus menempuh jalan yang berbeda dan panjang. Begitulah yang terjadi ketika orang bertindak sesuai dengan tradisi, sementara itu perubahan terjadi di sana-sini alias tidak biasa lagi, tidak sesuai dengan tradisi. Mungkin di antara kita juga memiliki pengalaman yang senada: hidup mendasarkan diri pada tradisi dan tidak mengikuti perkembangan yang sedang terjadi. Jika terjadi demikian marilah kita dengan rendah hati bersedia merubah diri dan mengikuti bisikan atau dorongan Roh Kudus kemana kita didorong atau digerakkan, dan untuk itu memang kita harus membuka diri terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

"Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh 14:26)

Selama masa pendidikan atau pembinaan kita semua telah menerima berbagai informasi dan pengajaran atau ilmu serta keterampilan yang diharapkan menjadi bekal kehidupan dan kerja atau hidup setelah selesai pendidikan atau pembinaan. Namun karena disibukkan oleh berbagai kepentingan dan tugas pekerjaan kita sering hidup dan bekerja seperti mesin atau robot, melupakan berbagai macam bekal kehidupan yang kita terima dan geluti selama masa pendidikan atau pembinaan. Jika sudah demikian adanya maka kita lupa pada jati diri dan panggilan kita, entah panggilan sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster, sebagai orang beriman atau murid-murid Yesus Kristus: suami atau isteri bagaikan masih bujang atau perawan dalam cara hidup dan bertindaknya; imam, bruder atau suster hidup dan berkarya menurut selera sendiri dan tidak mengikuti peraturan ataupun tuntunan yang berlaku dan orang beriman juga hidup dan bertindak menurut adat-istiadatnya sendiri, dst.

Hidup terpanggil, entah menjadi suami-isteri, imam, bruder atau suster maupun orang beriman pada Yesus Kristus, hemat saya telah memperoleh anugerah Roh Kudus ketika saling menerimakan sakramen, menerima tahbisan, berkaul atau dibaptis. Roh Kudus mengingatkan kita semua tentang janji-janji atau kaul yang kita ikhrarkan kepada Tuhan dan disaksikan oleh umat Allah atau sanak-saudara dan sahabat-sahabat kita. Maka sekiranya dalam perjalanan hidup dan panggilan kita melupakan janji-janji atau kaul-kaul tersebut sehingga cara hidup dan cara bertindak kita tidak berkenan pada Tuhan dan sesama, marilah membuka diri terhadap peringatan Roh Kudus. Peringatan Roh Kudus menggejala dalam atau disuarakan oleh sesama yang mengasihi dan memperhatikan kita. Kasih dan perhatian mereka dapat berupa: pujian, syukur, kritikan, saran, tegoran dst.., maka marilah kasih dan perhatian tersebut kita terima dengan rendah hati dan lemah lembut. Ingatlah jika mereka tidak mengasihi atau memperhatikan kita pasti akan mendiamkan kita, maka apapun bentuk sapaan dan sentuhan sesama kita kiranya merupakan perwujudan kasih dan perhatian kepada kita yang lemah dan rapuh ini. Baiklah aneka bentuk sapaan atau sentuhan tersebut tidak kita hayati sebagai beban melainkan bantuan yang meringankan sebagaimana dikatakan oleh para rasul.

"Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:28-29)

Kepada mereka yang hendak mengingatkan saudara-saudarinya agar kembali setia pada panggilan, tugas perutusan maupun jabatannya, hendaknya berpegang pada kata-kata rasul ini: "Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu". Dengan kata lain ketika mengingatkan sesama kita agar berbuat sesuatu hendaknya apa yang harus dibuat atau dikerjakan dapat ia kerjakan sesuai dengan kemampuan, kelebihan dan keterbatasannya. Jika kepada mereka harus diberi tantangan., hendaknya tantangan tersebut tidak membuat mereka putus asa, melainkan membuat mereka semakin bergairah. Secara khusus dalam hal ini kami mengingatkan para orangtua atau pendidik/guru: berilah atau hadapkanlah anak-anak/peserta didik pada tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang mendorong mereka untuk bertindak. Tantangan atau masalah merupakan sarana pendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seorang anak menuju ke pribadi cerdas beriman. Sebaliknya kepada kita semua, entah orangtua, dewasa atau anak-anak/pelajar/ mahasiswa, marilah kita tidak gentar dan takut menghadapi tantangan atau masalah.Bersama Tuhan dan di dalam Roh Kudus tiada tantangan atau masalah yang tidak dapat diatasi atau diselesaikan.

Sebaliknya kepada mereka yang mungkin sudah melupakan janji-janji atau kaul baiklah mawas diri juga dengan pedoman kata-kata sang rasul tersebut:"Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan". Dari larangan-larangan ini rasanya yang up to date untuk kita taati adalah 'menjauhkan diri dari percabulan' , entah omongan atau sikap dan tindakan. Lebih-lebih bagi para orangtua, dewasa, atau pendidik dan pembina kami harap sungguh menjauhkan diri dari aneka macam bentuk percabulan tersebut, karena apa yang anda omongkan dan lakukan akan sangat berpengaruh pada anak-anak atau peserta didik anda. Aneka macam jenis sarana media massa atau komunikasi yang ada saat ini memang memberi kemudahan omongan atau tindakan percabulan untuk dilakukan. Maka baiklah kita cermat dan waspada dalam menghadirkan atau memanfaatkan aneka macam sarana media massa atau komunikasi yang ada pada saat ini. Dengan menjauhi aneka macam kenikmatan yang berlawanan sesuai kehendak Tuhan kita berharap berjalan dan hidup dalam Roh yang "membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal" (Why 21:10-11)

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan- Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu "

(Mzm 67:2-4.5-6)

Jakarta, 13 Mei 2007

Injil Minggu Paskah VI/C

Injil Minggu Paskah VI/C

Tgl. 13 Mei 2007 (Yoh 14:23-29)

Yohanes Samiran SCJ


LANGKAH-LANGKAH BATIN

Pada hari Minggu Paskah VI tahun C ini dibacakan Yoh 14:23-29. Petikan ini menutup pesan-pesan Yesus kepada para murid pada penutupan perjamuan malam terakhir. Pembicaraan berikut ini agak lebih "teologis" nadanya daripada ulasan-ulasan sebelumnya. Mohon kesabaran. Memang Injil Yohanes itu Injil yang paling rohani dan baru mulai bisa dinikmati bila kita akrabi dengan menghubungkannya dengan gerak-gerik Yang Ilahi yang kita alami sendiri.

"MENURUTI FIRMANKU"

Kata-kata Yesus yang mengawali petikan hari ini menjawab pertanyaan seorang murid yang hadir dalam perjamuan terakhir, yaitu Yudas yang lain (yang bukan Yudas Iskariot yang baru saja meninggalkan kelompok itu) mengapa Yesus akan menyatakan diri kepada mereka, yakni murid-murid itu, dan bukan kepada dunia (ayat 22). Maksudnya, mengapa ada perbedaan antara murid-murid dan "dunia". Memang dalam Injil Yohanes kata "dunia" menunjuk pada tempat kekuatan-kekuatan yang mau melawan Yang Ilahi. Jawabannya, yakni ayat 23, memuat pemberitahuan bahwa Yesus dan Bapanya akan tinggal bersama dengan orang yang menuruti firman Yesus dan mendapat perkenan Yang Mahakuasa sendiri. Kedua hal ini sebetulnya cara lain untuk mengatakan "mengasihi Yesus". Awal ayat 24 mengatakan hal yang sama tetapi dengan cara menyebut kebalikannya: yang tak mengasihinya ialah orang yang tidak menuruti firmannya. Kemudian ditegaskan pada bagian kedua ayat 24 itu bahwa firman tadi datang dari Bapanya, yakni Yang Mahakuasa yang mengutus Yesus.

Apa yang dimaksud dengan "firman" dalam ayat 23-24 itu? Apakah semua pengajaran yang telah diberikan Yesus kepada para murid? Memang begitulah kesan pertama. Namun bila dipikirkan lebih lanjut, makin terang yang dimaksudkan ialah perintah baru untuk saling mengasihi yang diberikan dalam Yoh 13:34-35 yang dibacakan hari Minggu yang lalu. Seperti diuraikan minggu lalu, inilah ajaran Yesus yang terbesar, ilmu terdalam yang diturunkannya kepada para murid sebelum ia pergi. Dengan demikian maka kata-kata bahwa firman itu berasal dari Bapa sendiri menegaskan bahwa asalnya dari atas sana. Diwariskan untuk menghadirkan Yang Mahakuasa sendiri di tengah para murid. Ini arti penegasan bahwa Yesus dan Bapanya akan tinggal bersama mereka yang menghidupi ajaran tadi.

Oleh karena itu perpisahan antara Yesus dengan murid-muridnya tidak lagi perlu menjadi hal yang menggelisahkan. Bahkan seharusnyalah menjadi alasan bersuka cita (ayat 28). Yesus akan berada dengan Bapanya yang dikatakan "lebih besar daripadanya" (ayat 29), dan kedua-duanya akan ada bersama manusia.

KEHADIRAN PENOLONG - APA ITU?

Kita boleh bertanya bagaimana pikiran-pikiran rohani itu di atas itu berhubungan dengan dunia nyata. Kunci untuk itu diberikan dalam petikan ini dengan bahasa rohani juga. Sang Penolong akan diutus dan kehadirannya akan membuat kata-kata Yesus tadi menjadi hidup. Orang akan teringat akan ajaran, akan "ilmu" yang diturunkan Yesus tadi. Dalam bahasa Yunaninya, yang disebut Penolong itu ialah Parakleetos, arti harfiahnya ialah dia yang dipanggil untuk mendampingi, untuk menolong, untuk menjadi pembela di hadapan dunia. Penolong ini kekuatan yang makin hadir di tengah-tengah kelompok orang yang percaya kepada kabar baik Yesus. Bagaimana persisnya ini terjadi dan dihidupi tidak diceritakan Yohanes lebih lanjut. Lukas-lah yang mengisahkannya dalam seluruh Kisah Para Rasul. Yohanes menghimbau orang-orang agar menyadari kehadiran ilahi yang membuat manusia dapat berjalan terus di dunia yang sarat kekuatan-kekuatan gelap.

Dalam arti itulah Injil Yohanes sebetulnya berbicara mengenai kehidupan sehari-hari. Kehadiran Penolong ada dalam perjalanan kehidupan. Seperti halnya para murid dulu mulai menemukan jalan-jalan baru dalam masyarakat dan hidup mereka, begitu juga kini kita boleh merasa dan percaya disertai Roh Tuhan yang menolong kita, yang selalu bisa dimintai tolong dalam keadaan kepepet, bisa "disambat". Itulah arti Parakleetos - "para", artinya dekat, "kleetos" yang dimintai bantuan dalam keadaan mendesak. Perlu ditambahkan, yang memanggil, yang "nyambat" ialah Yesus, bukan para murid, bukan kita, walau yang dibela ialah para murid. Dan dalam arti ini jelas pula bahwa Penolong itu memperhatikan gerak gerik kita tanpa selalu kita sadari. Dan bila mendapati kita sedang butuh bantuan, ia akan datang sebelum kita sempat memanggilnya - ia sudah "disambat" oleh dia yang perkataannya kita turuti.

Ada satu hal lagi yang penting. Kehadiran Penolong itu ada bersama dengan murid-murid, di tengah-tengah kita. Tidak dikatakan di dalam diri masing-masing mereka meskipun tentunya akibatnya akan demikian. Kehadirannya bukan "monopoli" orang yang lebih murah hati, yang lebih mampu berbuat baik, yang lebih spiritual dari yang lain. Bukan inilah yang hendak dikatakan. Penolong hadir di tengah-tengah umat, ada bersama. Ia menghidupkan sekelompok orang. Dengan menekankan segi ini Yohanes menunjukkan bahwa Roh itu tidaklah dapat disetir oleh ambisi-ambisi perorangan atau dibangga-banggakan sebagai bahan kesaksian sekalipun. Malah bisa dikatakan bila unsur ini tampil, orang boleh mempertanyakan apa di situ betul hadir Penolong yang dijanjikan Yesus tadi. Penolong, sang Parakleetos itu, datang di tengah-tengah himpunan orang-orang yang mau percaya - di tengah-tengah ekklesia - kumpulan orang yang terpanggil bersama itu. Tentang kedatangannya masih akan kita dalami nanti pada hari raya Pentakosta. Kini cukup bila kita pahami bahwa kehadirannya itu pertama-tama kehadiran ditengah-tengah kumpulan orang beriman, bukan terutama di dalam diri masing-masing.

CATATAN MENGENAI Yoh 15-17

Akhir ayat 29 yang dibacakan hari ini menyebutkan "...marilah kita pergi dari sini." Dengan ini dikatakan bahwa pertemuan dalam perjamuan terakhir itu telah selesai. Yesus dan murid-murid memasuki tahapan lain. Namun demikian, setelah menyebutkan akhir perjamuan tadi, Yohanes masih menuliskan tiga bab lagi, yakni Yoh 15, 16 dan 17, sebelum mulai menceritakan penangkapan Yesus dan kisah sengsara. Hingga kini para ahli tafsir belum dapat menerangkan secara memuaskan apakah tiga bab itu termasuk kata-kata dalam perjamuan atau disampaikan dalam kesempatan lain. Akan lebih berguna bila kita memandang ketiga bab itu seperti apa adanya sambil mencari kaitan dengan hal-hal yang telah diutarakan dalam perjamuan terakhir (Yoh 13-14). Akan tampak beberapa pokok yang digarisbawahi dalam Yoh 15-17:

- Yesus itu pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-8), maksudnya, orang bisa hidup bersemi bila menjadi ranting-ranting hidup darinya. Bila terpotong darinya maka orang akan binasa. Ini memberi keterangan lebih lanjut apa arti percaya kepadanya yang telah diutarakan dalam Yoh 14:1-14 selama perjamuan.

- Tetap tinggal sebagai ranting akan terwujud bila murid-murid saling mengasihi (Yoh 15:9-17), sebuah warisan rohani yang telah diberikannya dalam Yoh 13:34-35 yang telah diulas dalam tulisan sebelum ini, yakni karena Yesus mempperhatikan masing-masing. Inilah cara menghadapi kekuatan-kekuatan jahat dari dunia ini. Sekaligus ditegaskan cara terbaik mempersaksikan kebenaran ajaran Yesus (Yoh 15:18-26).

- Betul-betul akan datang Penolong yang menguatkan para murid (Yoh 16:1-15), juga bila orang merasa ditinggalkan sendirian (Yoh 16:16-33), satu pokok yang diutarakan dalam perjamuan terakhir yang dibacakan hari ini.

- Yesus berdoa agar Bapanya tetap melindungi murid-muridnya (Yoh 17). Mereka ini seperti halnya Yesus adalah orang-orang yang diutus mewartakan kehadiran Yang Ilahi di dunia yang dikungkung kekuatan-kekuatan jahat. Ini memberi arah rohani bagi semua pembicaraan dalam perjamuan terakhir.

Makin disimak makin kelihatan betapa besarnya kekayaan rohani yang termuat dalam ketiga bab ini. Dengan demikian Yoh 15-17 itu juga berperan seperti ringkasan Injil Yohanes yang sepatutnya didalami oleh mereka yang mau menyampaikan homili atas dasar Injilnya.

MINUM TEH DENGAN OOM HANS

GUS: Oom Hans ada catatan menyangkut uraian di atas?

OOM HANS: [Tersenyum.] You're my interpreter! Good or bad - that's what you're paid for.

GUS: Soalnya sih, Injil Yohanes itu rasanya makin misterius, makin mistik.

OOM HANS: Itu tuh kan kata orang. Isinya hanya cerita pengalaman, ingatan.

GUS: Kalau kita ngertinya sebagian-sebagian apa ya masih benar?

OOM HANS: [Alis putihnya tiba-tiba berdiri.] Pilatus-lah yang mempertanyakan apa itu kebenaran di hadapan Sang Kebenaran sendiri (Yoh 18;38a). Bukan aku! Pilatus ragu-ragu terus dan akhirnya malah memilih perkara yang sebetulnya tidak dimauinya. Belajarlah dari pengalaman. Juga dari Ma Miryam. Pegang yang sudah kau punyai sekarang, ikuti langkah batinmu...!

GUS: Wah, wah, ini makin gnostik nih! [Benar kata Luc: Oom Hans is at it again!]

OOM HANS: Ehm! [Sambil menghirup teh panas bergula batu. Lalu menyulut pipa cangklongnya. Dan mulai ke sana-sana lagi] By the way, what did that Bishop of Hippo say in one of his sermons about my letter?

GUS: "Dilige et quod vis fac!"

Terucap gagasan "Telateni dan jalankan apa yang kauinginkan! " dari Aurelius Augustinus, In epistolam Ioannis ad Parthos tractatus decem, VII, 8 yang dikotbahkannya kepada umat di Hippo dan kepada para baptisan baru pagi hari Sabtu Paskah th. 407. Sering kutipan itu tampil kembali dalam bentuk agak berbeda sebagai "Ama et fac quod vis!" Tapi amare tidak begitu menampilkan sisi ketekunan yang terumus dalam diligere. Sementara saya mengingat-ingat konteksnya untuk dibicarakan lebih lanjut dengan Oom Hans, ia sudah ke tempat lain. Memang ia pergi datang begitu saja. Boleh jadi hanya bisa diikuti dengan langkah-langkah batin....

God Calling 13 May

JANGAN PERNAH MENGHAKIMI

Betapa besar suka cita yang timbul dari penaklukan
diri sendiri! Engkau tidak dapat menaklukkan dan
mengontrol orang lain sebelum engkau menaklukkan diri
sendiri.

Dapatkah engkau membayangkan bahwa engkau mutlak
menguasai diri sendiri ? Pikirkanlah Aku, di depan
serdadu-serdadu yangmengolok- olok, menghina; Aku
didera, diludahi, dan tidak menjawab satu katapun,
tidak satu katapun. Lihatlah itu sebagai Kuasa Ilahi.
Ingatlah bahwa Kuasa dari sikap diam yang sempurna,
penguasaan diri sendiri yang sempurna, engkau dapat
membuktikan hakmu untuk membimbing.

Jangan pernah menghakimi. Hatii manusia begitu halus,
begitu kompleks, hanya Penciptanya yangmengenalnya.
Tiap hati begitu berbeda, didorong oleh motif yang
berbeda, dikontrol oleh keadaan yang berbeda,
dipengaruhi oleh penderitaan yang berbeda.

Bagaimana mungkin seseorang menghakimi orang lain?
Serahkanlah kepadaKu bagaimana mencari jalan keluar
untuk kesukaran dan teka teki hidup. Serahkanlah
kepadaKu bagaimana menumbuhkan pengertian.. Bawalah
tiap hati kepadaKu, Penciptanya, dan tinggalkanlah dia
bersamaKu. Engkau bisa merasa yakin bahwa Aku bisa
memperbaiki segala yang salah.

Saturday, May 12, 2007

Renungan 12 May

"Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya."

(Kis 16:1-10; Yoh 15:18-21)

Ign.Sumarya SJ

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku" (Yoh 15:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pada masa kini sering seorang anak lebih taat pada gurunya di sekolah dari pada orangtuanya di rumah, lebih rajin mengikuti kegiatan di sekolah dari pada melaksanakan pekerjaan di rumah dst.. Gejala ini rasanya cukup memprihatinkan dan menunjukkan kemerosotan hidup berkeluarga, suami-isteri. Begitulah kiranya yang banyak terjadi di dalam setiap 'perguruan' dimana seorang murid begitu taat dan setia pada gurunya. Kita adalah murid-murid Yesus Kristus dan memang diharapkan taat dan setia kepadaNya dengan menghayati 'kemuridan' kita, antara lain dengan meneladan atau mengikuti cara bertindakNya. Karena Yesus membawa dan mewartakan kebenaran-kebenaran atau keutamaan-keutamaan hidup di tengah masyarakat yang kurang bermoral atau bermental duniawi/materialist is, maka Ia dibenci oleh 'dunia'. Maka baiklah kita refleksikan sabdaNya: "Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dnia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu". Sebagai murid-murid Yesus kita adalah 'yang terpilih' untuk menghayati dan mewartakan kebenaran-kebenaran dan keutamaan-keutaman hidup di tengah kesibukan, pelayanan dan pekerjaan sehari-hari, di dunia yang masih sarat dengan aneka kebejatan atau kemerosotan moral saat ini. Maka sekiranya kita harus 'dibenci' oleh sesama dan saudara kita yang bermental duniawi atau materialistis berbahagialah dan bergembiralah, jangan mengeluh atau menggerutu atau balas dendam terhadap mereka yang membenci kita dan kita dapat berkata : "aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" (Gal 6:14). Mengikuti Yesus atau menjadi murid-muridNya berarti siap sedia untuk menelusuri 'jalan penderitaan/ salib'.

· "Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya" (Kis 16:4-5), demikian berita kegiatan rasul-rasul. Hidup beriman kita bersifat rasuli, artinya mengandung tugas perutusan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneguhkan sesama atau saudara-saudari kita dalam iman, sehingga mereka semakin beriman dan orang-orang beriman, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan semakin bertambah jumlahnya. Tentu saja kita sendiri harus sungguh-sungguh beriman artinya iman menjiwai cara berkata dan cara bertindak kita di manapun dan kapanpun. Tanda bahwa orang sungguh beriman antara lain hidup dengan bergairah dalam mengasihi, karena ada tiga keutamaan yaitu 'iman, harapan dan kasih' yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Beriman sekaligus berharap dan berkasih-kasihan, begitulah yang harus terjadi. Maka Yakobus berkata "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak 2:17). Perbuatan-perbuatan kasih memang sungguh meneguhkan dan menggairahkan, sebagaimana kasih Yesus yang memuncak di kayu salib: memandang dan menghadap Yang Tersalib kita sungguh diteguhkan dan digairahkan. Maka sekiranya kita mengalami kemunduran atau kemerosotan dalam hidup beriman marilah kita pandang Yang Tersalib, kita pasti akan diteguhkan dan digairahkan olehNya. Orang yang sungguh beriman juga dapat menjadi panutan atau teladan hidup bersama, artinya orang-orang lain akan menuruti pesan-pesan yang disampaikan oleh orang beriman tersebut karena pesan-pesannya adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan meskipun untuk menelusuri jalan tersebut harus menderita, berjuang menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Tantangan dan hambatan akan semakin menggairahkan dan meneguhkan hidup beriman.

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. " (Mzm 100:1-3)

Jakarta, 12 Mei 2007

God Calling 12 May

NIKMATNYA PERLINDUNGAN

Buanglah segala pikiran mengenai kekhawatiran dan
kesukaran. Janganlah mebiarkannya walaupun untuk satu
detik. Tutuplah jendela dan pintu jiwamu terhadapnya
seperti engkau menutup rumahmu terhadap pencuri yang
akan masuk mencuri milikmu.

Harta apakah yang dapat engkau miliki, yang lebih
bernilai daripada Damai dan Istirahat dan Suka Cita?
Dan ini dicuri darimu oleh keragu-raguan dan rasa
takut dan kesedihan.

Hadapilah tiap hari dengan Kasih dan Tawa. Hadapilah
badai.

Suka cita, Damai, Kasih adalah PemberianKu yang besar.
Ikutilah Aku untuk memperoleh ketiga-tiganya. Aku
menghendaki supaya engkau merasakan nikmatnya
perlindungan dan rasa aman sekarang. Setiap jiwa dapat
merasakan hal ini di pelabuhan, tetapi suka cita yang
sejati dan kemenangan diperoleh hanya oleh mereka yang
merasakannya di dalam badai.

Katakanlah “segalanya dalam keadaan baik-baik saja”.
Katakanlah itu bukan sekedar mengulangi. Pergunakanlah
itu seperti engkau mempergunakan balsem untuk luka,
sampai racun dikeluarkan, sampai luka disembuhkan,
sampai getaran dari aliran hidup yang segar memenuhi
dirimu.

Segalanya dalam keadaan baik-baik saja.

Friday, May 11, 2007

God Calling 11 May

PRIBADI KETIGA – PRIBADI ILAHI

Kalau Aku sudah membimbingmu melalui badai-badai ini,
akan ada perkataan-perkataan lain, pesan-pesan lain,
bimbingan lain untukmu.

Begitupun dalam persahabatanmu , begitu besar
keinginanmu untuk mengasihi dan mengikuti serta
melayani Aku sehingga segera. Kalau saat-saat
kesulitan telah berlalu, menyendiri bersama Aku akan
selalu berarti bersatu dengan Aku.

Persahabatan semacam itu jarang terdapat di dunia ini,
padahal Aku mengajar ketika Aku berada di dunia,
seperti yang Kuajarkan kepadamu berdua, betapa besar
kuasa dari dua orang yang bersatu dalam keinginan.

Dan sekarang ini lebih banyak yang harus Aku katakan
kepadamu. Aku mengatakan, bahwa saatnya akan datang,
malah saatnya adalah sekarang ini, di mana orang yang
mengunjungi kamu , akan tahu bahwa Aku adalah Pribadi
ketiga, Pribadi Ilahi di dalam persahabatanmu.

Renungan 11 May

"Aku menetapkan kamu pergi dan menghasilkan buah"

(Kis 15: 22-31; Yoh 15:12-17)

Ign.Sumarya SJ

"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:12-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Berrefleksi perihal 'kasih' rasanya paling mudah dikenakan pada hubungan laki-laki dan perempuan atau suami-isteri yang saling mengasihi. Sebagai laki-laki dan perempuan mereka 'pergi, meninggalkan keluarga mereka masing-masing' membangun keluarga baru dengan saling mengasihi yang dapat menghasilkan 'buah', yaitu anak. Rasanya baik suami atau isteri sungguh saling memberikan nyawanya, dan masing-masing dari mereka merasa sebagai yang dipilih alias saling memilih. Suami-isteri saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh, yang ditandai dengan persetubuhan sebagai perwujudan kasih yang nikmat dan membahagiakan. Kita semua juga sebagai 'yang terpilih', entah itu sebagai pegawai/pekerja atau pelajar/ mahasiswa, imam, bruder atau suster maupun sebagai orang Kristen/Katolik. Maka kita semua juga memiliki panggilan untuk pergi dan menghasilkan buah melalui cara hidup dan cara bertindak kita dalam pekerjaan, tugas perutusan atau panggilan kita. Agar kita dapat menghasilkan buah kiranya kita dapat bercermin pada suami-isteri yang saling mengasihi, yaitu: belajar, bekerja atau bertindak dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga. Jika kita menghayati hal ini kiranya sebagai pelajar akan terampil belajar sehingga sukses dalam belajar, sebagai pekerja akan terampil bekerja sehingga memperoleh imbalan atau balas jasa yang membahagiakan dan mensejahterakan, sebagai yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster akan terampil dalam berbakti kepada Tuhan yang menjadi nyata dalam pelayanan atau pengabdian bagi sesama, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan, dst.. Marilah kita dalam hidup bersama senantiasa saling mengasihi, sehingga kebersamaan hidup kita menghasilkan buah-buah keselamatan dan kebahagiaan serta menarik banyak orang.

· "Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini " (Kis 15:28), demikian salah satu keputusan pertemuan para rasul. Kutipan ini rasanya baik menjadi permenungan atau refleksi, lebih-lebih bagi orangtua, pendidik/guru, atasan/petinggi, pemimpin dst.. Kami berharap mereka yang merasa 'berada di atas' ini tidak memproyeksikan diri dalam menghayati panggilan atau tugas perutusannya antara lain dengan 'menekan atau memperkosa' mereka yang berada di bawah. "Gereja yang mendengarkan" , demikian tema SAGKI 2000, suatu ajakan atau peringatan agar para pemimpin atau gembala alias 'yang berada di atas' berani mendengarkan mereka 'yang berada di bawah'. Dengan kata lain mereka 'yang berada di atas' diharapkan menghayati dan melaksanakan 'kepemimpinan partisipatif' , dengan cara 'bottom up' bukan 'top down' . Ketika mereka yang 'berada di atas' bersikap dan bertindak dengan cara itu, kami yakin mereka tidak akan menanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu pada mereka yang 'berada di bawah'. Hendaknya, entah dalam belajar atau bekerja, dengan cara terpadu progresif, yaitu mulai dari yang mudah menuju ke yang sulit. Khususnya dalam proses pendidikan atau pembelajaran, entah di dalam rumah atau keluarga maupun sekolah hendaknya cara terpadu progresif ini dihayati atau dilaksanakan. Ingatlah bahwa hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi suami-isteri telah menghayati cara terpadu progresif ini, dan kami yakin banyak di antara anda telah menelusuri cara ini juga. Dengan cara terpadu progresif kiranya semua orang yang terlibat dalam kebersamaan belajar atau kerja dapat berpartisipasi secara aktif dan kreatif atau proaktif. Begitulah kita cara hidup orang yang cerdas beriman atau hidup dari Roh Kudus, cara hidup dan bertindak saling mengasihi dalam hidup sehari-hari.

"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan. Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (Mzm 57:8-12)

Jakarta, 11 Mei 2007