Tuesday, May 8, 2007

Renungan 8 May

"Apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu"

(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)

Ign.Sumarya SJ

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku" (Yoh 14:27-31a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· "Bersih diri dan bersih lingkungan", demikian salah satu program kegiatan pemerintahan Orde Baru. Program kegiatan tersebut adalah 'membersihkan alias mem-PHK' pegawai atau pejabat pemerintah yang 'berbau PKI', maka mereka yang pernah ikut kegiatan PKI atau anak-cucu dari leluhur anggota PKI dipecat sebagai pegawai atau pejabat pemerintah. Konon tujuan program kegiatan tersebut adalah kesejahteraan dan kedamaian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dampak dari program kegiatan ini antara lain pengangguran yang juga berakibat dengan tindakan jahat untuk mempertahankan hidup. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.", demikian sabda Yesus. Yang diberikan atau diwartakan oleh Yesus adalah 'kasih pengampunan' , sementara itu dunia (Negara) mewartakan 'balas dendam'. 'Kasih pengampunan' Tuhan kiranya telah kita terima secara melimpah-ruah melalui orangtua dan sesama kita dalam hidup sehari-hari, maka baiklah kita meneladan Yesus dalam mewartakan kasih pengampunan. Hemat saya yang dapat membuat damai sejahtera sejati adalah kasih pengampunan. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness' (Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan) , demikian pesan Perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millennium Ketiga. Mewartakan kasih pengampunan berarti tinggal meneruskan apa yang telah kita terima secara melimpah-ruah, maka tidak sulit alias mudah. Kepada anda sekalian yang telah menerima balas dendam kami ajak untuk membalas atau menanggapi dengan 'kasih pengampunan' .

· "Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kis 14:22), demikian berita perihal Paulus dan Barnabas. Rasanya berita ini layak kita tanggapi secara positif, artinya marilah kita bertekun di dalam iman meskipun untuk itu harus mengalami banyak sengsara. Memang dalam hidup bersama yang masih sarat dengan aneka macam bentuk kemesorotan moral saat ini bertekun dalam iman pasti akan mengalami banyak tantangan dan hambatan. Namun demikian marilah kita tidak gelisah, takut dan gentar ketika mengalami tantangan, hambatan atau sengsara, karena sebagai murid-murid atau pengikut Yesus kita dapat meneladan Dia, yang telah menempuh jalan sengsara dan penderitaan sampai wafat di kayu salib. Sengsara, derita dan salib sebagai konsekwensi dari kesetiaan dan ketaatan kita pada iman, panggilan dan tugas perutusan merupakan jalan menuju hidup damai sejahtera sejati, maka marilah kita hayati dengan rendah hati, gembira dan ceria. Dengan rendah hati, gembira dan ceria kita akan kuat menghadapi tantangan, hambatan dan sengsara, bahkan dapat mengatasinya. Memang untuk itu kita harus meneladan Yesus yang telah menyerahkan Diri kepada Allah dan dunia, artinya dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan menghayati dan melaksanakan panggilan maupun tugas perutusan. Kita persembahkan, kerahkan hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tubuh kita sepenuhnya pada panggilan dan tugas perutusan. Dengan mempersembahkan diri seutuhnya kita tidak akan dimiskinkan melainkan diperkaya, tentu saja kaya akan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan atau membahagiakan jiwa. Ingat: suami-isteri yang sungguh saling mempersembahkan diri (sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh) telah melahirkan kegembiraan atau hidup baru yang menggembirakan.

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan- Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu" (Mzm 145:10-12)

Jakarta, 8 Mei 2007

No comments: