Saturday, May 12, 2007

Renungan 12 May

"Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya."

(Kis 16:1-10; Yoh 15:18-21)

Ign.Sumarya SJ

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku" (Yoh 15:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pada masa kini sering seorang anak lebih taat pada gurunya di sekolah dari pada orangtuanya di rumah, lebih rajin mengikuti kegiatan di sekolah dari pada melaksanakan pekerjaan di rumah dst.. Gejala ini rasanya cukup memprihatinkan dan menunjukkan kemerosotan hidup berkeluarga, suami-isteri. Begitulah kiranya yang banyak terjadi di dalam setiap 'perguruan' dimana seorang murid begitu taat dan setia pada gurunya. Kita adalah murid-murid Yesus Kristus dan memang diharapkan taat dan setia kepadaNya dengan menghayati 'kemuridan' kita, antara lain dengan meneladan atau mengikuti cara bertindakNya. Karena Yesus membawa dan mewartakan kebenaran-kebenaran atau keutamaan-keutamaan hidup di tengah masyarakat yang kurang bermoral atau bermental duniawi/materialist is, maka Ia dibenci oleh 'dunia'. Maka baiklah kita refleksikan sabdaNya: "Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dnia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu". Sebagai murid-murid Yesus kita adalah 'yang terpilih' untuk menghayati dan mewartakan kebenaran-kebenaran dan keutamaan-keutaman hidup di tengah kesibukan, pelayanan dan pekerjaan sehari-hari, di dunia yang masih sarat dengan aneka kebejatan atau kemerosotan moral saat ini. Maka sekiranya kita harus 'dibenci' oleh sesama dan saudara kita yang bermental duniawi atau materialistis berbahagialah dan bergembiralah, jangan mengeluh atau menggerutu atau balas dendam terhadap mereka yang membenci kita dan kita dapat berkata : "aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" (Gal 6:14). Mengikuti Yesus atau menjadi murid-muridNya berarti siap sedia untuk menelusuri 'jalan penderitaan/ salib'.

· "Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya" (Kis 16:4-5), demikian berita kegiatan rasul-rasul. Hidup beriman kita bersifat rasuli, artinya mengandung tugas perutusan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneguhkan sesama atau saudara-saudari kita dalam iman, sehingga mereka semakin beriman dan orang-orang beriman, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan semakin bertambah jumlahnya. Tentu saja kita sendiri harus sungguh-sungguh beriman artinya iman menjiwai cara berkata dan cara bertindak kita di manapun dan kapanpun. Tanda bahwa orang sungguh beriman antara lain hidup dengan bergairah dalam mengasihi, karena ada tiga keutamaan yaitu 'iman, harapan dan kasih' yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Beriman sekaligus berharap dan berkasih-kasihan, begitulah yang harus terjadi. Maka Yakobus berkata "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak 2:17). Perbuatan-perbuatan kasih memang sungguh meneguhkan dan menggairahkan, sebagaimana kasih Yesus yang memuncak di kayu salib: memandang dan menghadap Yang Tersalib kita sungguh diteguhkan dan digairahkan. Maka sekiranya kita mengalami kemunduran atau kemerosotan dalam hidup beriman marilah kita pandang Yang Tersalib, kita pasti akan diteguhkan dan digairahkan olehNya. Orang yang sungguh beriman juga dapat menjadi panutan atau teladan hidup bersama, artinya orang-orang lain akan menuruti pesan-pesan yang disampaikan oleh orang beriman tersebut karena pesan-pesannya adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan meskipun untuk menelusuri jalan tersebut harus menderita, berjuang menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Tantangan dan hambatan akan semakin menggairahkan dan meneguhkan hidup beriman.

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. " (Mzm 100:1-3)

Jakarta, 12 Mei 2007

No comments: