Sunday, May 13, 2007

Mg Paskah VI

Mg Paskah VI/C

Kis 15: 1-2.22-29; Why 21:10-14.22- 23; Yoh 14:23-29

"Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."

Ign.Sumarya SJ

Pak Kasidi, sopir pribadi Uskup Agung Semarang, adalah sopir tiga generasi, artinya dia telah menjadi sopir pribadi 3 (tiga) Uskup Agung Semarang : Mgr.A.Soegijapranat a SJ. Yustinus Kardinal Darmayuwana Pr dan Yulius Kardinal Darmaatmaja SJ. Sebagai sopir pribadi Uskup ia hafal betul jalan-jalan di wilayah Keuskupan Agung Semarang, termasuk gang-gang kecil atau lorong-lorong menuju komunitas-komunitas biara. Zaman berubah dan berkembang: kemajuan teknologi dan pembangunan phisik telah merubah berbagai jalan utama antara lain dengan pelebaran jalan dan pohon-pohon besar di pinggir jalan menjadi korban alias harus ditebang. Beberapa pohon besar di pinggir jalan tersebut oleh pak Kasidi dijadikan 'rambu-rambu lalu lintas', petunjuk jalan dimana harus berbelok menuju tempat yang harus dituju, maka ketika pohon-pohon tersebut tidak ada lagi ia merasa kehilangan orientasi atau petunjuk jalan dan sering sedikit tersesat atau harus menempuh jalan yang berbeda dan panjang. Begitulah yang terjadi ketika orang bertindak sesuai dengan tradisi, sementara itu perubahan terjadi di sana-sini alias tidak biasa lagi, tidak sesuai dengan tradisi. Mungkin di antara kita juga memiliki pengalaman yang senada: hidup mendasarkan diri pada tradisi dan tidak mengikuti perkembangan yang sedang terjadi. Jika terjadi demikian marilah kita dengan rendah hati bersedia merubah diri dan mengikuti bisikan atau dorongan Roh Kudus kemana kita didorong atau digerakkan, dan untuk itu memang kita harus membuka diri terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

"Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh 14:26)

Selama masa pendidikan atau pembinaan kita semua telah menerima berbagai informasi dan pengajaran atau ilmu serta keterampilan yang diharapkan menjadi bekal kehidupan dan kerja atau hidup setelah selesai pendidikan atau pembinaan. Namun karena disibukkan oleh berbagai kepentingan dan tugas pekerjaan kita sering hidup dan bekerja seperti mesin atau robot, melupakan berbagai macam bekal kehidupan yang kita terima dan geluti selama masa pendidikan atau pembinaan. Jika sudah demikian adanya maka kita lupa pada jati diri dan panggilan kita, entah panggilan sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster, sebagai orang beriman atau murid-murid Yesus Kristus: suami atau isteri bagaikan masih bujang atau perawan dalam cara hidup dan bertindaknya; imam, bruder atau suster hidup dan berkarya menurut selera sendiri dan tidak mengikuti peraturan ataupun tuntunan yang berlaku dan orang beriman juga hidup dan bertindak menurut adat-istiadatnya sendiri, dst.

Hidup terpanggil, entah menjadi suami-isteri, imam, bruder atau suster maupun orang beriman pada Yesus Kristus, hemat saya telah memperoleh anugerah Roh Kudus ketika saling menerimakan sakramen, menerima tahbisan, berkaul atau dibaptis. Roh Kudus mengingatkan kita semua tentang janji-janji atau kaul yang kita ikhrarkan kepada Tuhan dan disaksikan oleh umat Allah atau sanak-saudara dan sahabat-sahabat kita. Maka sekiranya dalam perjalanan hidup dan panggilan kita melupakan janji-janji atau kaul-kaul tersebut sehingga cara hidup dan cara bertindak kita tidak berkenan pada Tuhan dan sesama, marilah membuka diri terhadap peringatan Roh Kudus. Peringatan Roh Kudus menggejala dalam atau disuarakan oleh sesama yang mengasihi dan memperhatikan kita. Kasih dan perhatian mereka dapat berupa: pujian, syukur, kritikan, saran, tegoran dst.., maka marilah kasih dan perhatian tersebut kita terima dengan rendah hati dan lemah lembut. Ingatlah jika mereka tidak mengasihi atau memperhatikan kita pasti akan mendiamkan kita, maka apapun bentuk sapaan dan sentuhan sesama kita kiranya merupakan perwujudan kasih dan perhatian kepada kita yang lemah dan rapuh ini. Baiklah aneka bentuk sapaan atau sentuhan tersebut tidak kita hayati sebagai beban melainkan bantuan yang meringankan sebagaimana dikatakan oleh para rasul.

"Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:28-29)

Kepada mereka yang hendak mengingatkan saudara-saudarinya agar kembali setia pada panggilan, tugas perutusan maupun jabatannya, hendaknya berpegang pada kata-kata rasul ini: "Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu". Dengan kata lain ketika mengingatkan sesama kita agar berbuat sesuatu hendaknya apa yang harus dibuat atau dikerjakan dapat ia kerjakan sesuai dengan kemampuan, kelebihan dan keterbatasannya. Jika kepada mereka harus diberi tantangan., hendaknya tantangan tersebut tidak membuat mereka putus asa, melainkan membuat mereka semakin bergairah. Secara khusus dalam hal ini kami mengingatkan para orangtua atau pendidik/guru: berilah atau hadapkanlah anak-anak/peserta didik pada tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang mendorong mereka untuk bertindak. Tantangan atau masalah merupakan sarana pendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seorang anak menuju ke pribadi cerdas beriman. Sebaliknya kepada kita semua, entah orangtua, dewasa atau anak-anak/pelajar/ mahasiswa, marilah kita tidak gentar dan takut menghadapi tantangan atau masalah.Bersama Tuhan dan di dalam Roh Kudus tiada tantangan atau masalah yang tidak dapat diatasi atau diselesaikan.

Sebaliknya kepada mereka yang mungkin sudah melupakan janji-janji atau kaul baiklah mawas diri juga dengan pedoman kata-kata sang rasul tersebut:"Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan". Dari larangan-larangan ini rasanya yang up to date untuk kita taati adalah 'menjauhkan diri dari percabulan' , entah omongan atau sikap dan tindakan. Lebih-lebih bagi para orangtua, dewasa, atau pendidik dan pembina kami harap sungguh menjauhkan diri dari aneka macam bentuk percabulan tersebut, karena apa yang anda omongkan dan lakukan akan sangat berpengaruh pada anak-anak atau peserta didik anda. Aneka macam jenis sarana media massa atau komunikasi yang ada saat ini memang memberi kemudahan omongan atau tindakan percabulan untuk dilakukan. Maka baiklah kita cermat dan waspada dalam menghadirkan atau memanfaatkan aneka macam sarana media massa atau komunikasi yang ada pada saat ini. Dengan menjauhi aneka macam kenikmatan yang berlawanan sesuai kehendak Tuhan kita berharap berjalan dan hidup dalam Roh yang "membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal" (Why 21:10-11)

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan- Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu "

(Mzm 67:2-4.5-6)

Jakarta, 13 Mei 2007

No comments: