Sunday, May 13, 2007

Mg Paskah VI

Mg Paskah VI/C

Kis 15: 1-2.22-29; Why 21:10-14.22- 23; Yoh 14:23-29

"Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."

Ign.Sumarya SJ

Pak Kasidi, sopir pribadi Uskup Agung Semarang, adalah sopir tiga generasi, artinya dia telah menjadi sopir pribadi 3 (tiga) Uskup Agung Semarang : Mgr.A.Soegijapranat a SJ. Yustinus Kardinal Darmayuwana Pr dan Yulius Kardinal Darmaatmaja SJ. Sebagai sopir pribadi Uskup ia hafal betul jalan-jalan di wilayah Keuskupan Agung Semarang, termasuk gang-gang kecil atau lorong-lorong menuju komunitas-komunitas biara. Zaman berubah dan berkembang: kemajuan teknologi dan pembangunan phisik telah merubah berbagai jalan utama antara lain dengan pelebaran jalan dan pohon-pohon besar di pinggir jalan menjadi korban alias harus ditebang. Beberapa pohon besar di pinggir jalan tersebut oleh pak Kasidi dijadikan 'rambu-rambu lalu lintas', petunjuk jalan dimana harus berbelok menuju tempat yang harus dituju, maka ketika pohon-pohon tersebut tidak ada lagi ia merasa kehilangan orientasi atau petunjuk jalan dan sering sedikit tersesat atau harus menempuh jalan yang berbeda dan panjang. Begitulah yang terjadi ketika orang bertindak sesuai dengan tradisi, sementara itu perubahan terjadi di sana-sini alias tidak biasa lagi, tidak sesuai dengan tradisi. Mungkin di antara kita juga memiliki pengalaman yang senada: hidup mendasarkan diri pada tradisi dan tidak mengikuti perkembangan yang sedang terjadi. Jika terjadi demikian marilah kita dengan rendah hati bersedia merubah diri dan mengikuti bisikan atau dorongan Roh Kudus kemana kita didorong atau digerakkan, dan untuk itu memang kita harus membuka diri terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

"Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh 14:26)

Selama masa pendidikan atau pembinaan kita semua telah menerima berbagai informasi dan pengajaran atau ilmu serta keterampilan yang diharapkan menjadi bekal kehidupan dan kerja atau hidup setelah selesai pendidikan atau pembinaan. Namun karena disibukkan oleh berbagai kepentingan dan tugas pekerjaan kita sering hidup dan bekerja seperti mesin atau robot, melupakan berbagai macam bekal kehidupan yang kita terima dan geluti selama masa pendidikan atau pembinaan. Jika sudah demikian adanya maka kita lupa pada jati diri dan panggilan kita, entah panggilan sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster, sebagai orang beriman atau murid-murid Yesus Kristus: suami atau isteri bagaikan masih bujang atau perawan dalam cara hidup dan bertindaknya; imam, bruder atau suster hidup dan berkarya menurut selera sendiri dan tidak mengikuti peraturan ataupun tuntunan yang berlaku dan orang beriman juga hidup dan bertindak menurut adat-istiadatnya sendiri, dst.

Hidup terpanggil, entah menjadi suami-isteri, imam, bruder atau suster maupun orang beriman pada Yesus Kristus, hemat saya telah memperoleh anugerah Roh Kudus ketika saling menerimakan sakramen, menerima tahbisan, berkaul atau dibaptis. Roh Kudus mengingatkan kita semua tentang janji-janji atau kaul yang kita ikhrarkan kepada Tuhan dan disaksikan oleh umat Allah atau sanak-saudara dan sahabat-sahabat kita. Maka sekiranya dalam perjalanan hidup dan panggilan kita melupakan janji-janji atau kaul-kaul tersebut sehingga cara hidup dan cara bertindak kita tidak berkenan pada Tuhan dan sesama, marilah membuka diri terhadap peringatan Roh Kudus. Peringatan Roh Kudus menggejala dalam atau disuarakan oleh sesama yang mengasihi dan memperhatikan kita. Kasih dan perhatian mereka dapat berupa: pujian, syukur, kritikan, saran, tegoran dst.., maka marilah kasih dan perhatian tersebut kita terima dengan rendah hati dan lemah lembut. Ingatlah jika mereka tidak mengasihi atau memperhatikan kita pasti akan mendiamkan kita, maka apapun bentuk sapaan dan sentuhan sesama kita kiranya merupakan perwujudan kasih dan perhatian kepada kita yang lemah dan rapuh ini. Baiklah aneka bentuk sapaan atau sentuhan tersebut tidak kita hayati sebagai beban melainkan bantuan yang meringankan sebagaimana dikatakan oleh para rasul.

"Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:28-29)

Kepada mereka yang hendak mengingatkan saudara-saudarinya agar kembali setia pada panggilan, tugas perutusan maupun jabatannya, hendaknya berpegang pada kata-kata rasul ini: "Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu". Dengan kata lain ketika mengingatkan sesama kita agar berbuat sesuatu hendaknya apa yang harus dibuat atau dikerjakan dapat ia kerjakan sesuai dengan kemampuan, kelebihan dan keterbatasannya. Jika kepada mereka harus diberi tantangan., hendaknya tantangan tersebut tidak membuat mereka putus asa, melainkan membuat mereka semakin bergairah. Secara khusus dalam hal ini kami mengingatkan para orangtua atau pendidik/guru: berilah atau hadapkanlah anak-anak/peserta didik pada tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang mendorong mereka untuk bertindak. Tantangan atau masalah merupakan sarana pendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seorang anak menuju ke pribadi cerdas beriman. Sebaliknya kepada kita semua, entah orangtua, dewasa atau anak-anak/pelajar/ mahasiswa, marilah kita tidak gentar dan takut menghadapi tantangan atau masalah.Bersama Tuhan dan di dalam Roh Kudus tiada tantangan atau masalah yang tidak dapat diatasi atau diselesaikan.

Sebaliknya kepada mereka yang mungkin sudah melupakan janji-janji atau kaul baiklah mawas diri juga dengan pedoman kata-kata sang rasul tersebut:"Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan". Dari larangan-larangan ini rasanya yang up to date untuk kita taati adalah 'menjauhkan diri dari percabulan' , entah omongan atau sikap dan tindakan. Lebih-lebih bagi para orangtua, dewasa, atau pendidik dan pembina kami harap sungguh menjauhkan diri dari aneka macam bentuk percabulan tersebut, karena apa yang anda omongkan dan lakukan akan sangat berpengaruh pada anak-anak atau peserta didik anda. Aneka macam jenis sarana media massa atau komunikasi yang ada saat ini memang memberi kemudahan omongan atau tindakan percabulan untuk dilakukan. Maka baiklah kita cermat dan waspada dalam menghadirkan atau memanfaatkan aneka macam sarana media massa atau komunikasi yang ada pada saat ini. Dengan menjauhi aneka macam kenikmatan yang berlawanan sesuai kehendak Tuhan kita berharap berjalan dan hidup dalam Roh yang "membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal" (Why 21:10-11)

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan- Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu "

(Mzm 67:2-4.5-6)

Jakarta, 13 Mei 2007

Injil Minggu Paskah VI/C

Injil Minggu Paskah VI/C

Tgl. 13 Mei 2007 (Yoh 14:23-29)

Yohanes Samiran SCJ


LANGKAH-LANGKAH BATIN

Pada hari Minggu Paskah VI tahun C ini dibacakan Yoh 14:23-29. Petikan ini menutup pesan-pesan Yesus kepada para murid pada penutupan perjamuan malam terakhir. Pembicaraan berikut ini agak lebih "teologis" nadanya daripada ulasan-ulasan sebelumnya. Mohon kesabaran. Memang Injil Yohanes itu Injil yang paling rohani dan baru mulai bisa dinikmati bila kita akrabi dengan menghubungkannya dengan gerak-gerik Yang Ilahi yang kita alami sendiri.

"MENURUTI FIRMANKU"

Kata-kata Yesus yang mengawali petikan hari ini menjawab pertanyaan seorang murid yang hadir dalam perjamuan terakhir, yaitu Yudas yang lain (yang bukan Yudas Iskariot yang baru saja meninggalkan kelompok itu) mengapa Yesus akan menyatakan diri kepada mereka, yakni murid-murid itu, dan bukan kepada dunia (ayat 22). Maksudnya, mengapa ada perbedaan antara murid-murid dan "dunia". Memang dalam Injil Yohanes kata "dunia" menunjuk pada tempat kekuatan-kekuatan yang mau melawan Yang Ilahi. Jawabannya, yakni ayat 23, memuat pemberitahuan bahwa Yesus dan Bapanya akan tinggal bersama dengan orang yang menuruti firman Yesus dan mendapat perkenan Yang Mahakuasa sendiri. Kedua hal ini sebetulnya cara lain untuk mengatakan "mengasihi Yesus". Awal ayat 24 mengatakan hal yang sama tetapi dengan cara menyebut kebalikannya: yang tak mengasihinya ialah orang yang tidak menuruti firmannya. Kemudian ditegaskan pada bagian kedua ayat 24 itu bahwa firman tadi datang dari Bapanya, yakni Yang Mahakuasa yang mengutus Yesus.

Apa yang dimaksud dengan "firman" dalam ayat 23-24 itu? Apakah semua pengajaran yang telah diberikan Yesus kepada para murid? Memang begitulah kesan pertama. Namun bila dipikirkan lebih lanjut, makin terang yang dimaksudkan ialah perintah baru untuk saling mengasihi yang diberikan dalam Yoh 13:34-35 yang dibacakan hari Minggu yang lalu. Seperti diuraikan minggu lalu, inilah ajaran Yesus yang terbesar, ilmu terdalam yang diturunkannya kepada para murid sebelum ia pergi. Dengan demikian maka kata-kata bahwa firman itu berasal dari Bapa sendiri menegaskan bahwa asalnya dari atas sana. Diwariskan untuk menghadirkan Yang Mahakuasa sendiri di tengah para murid. Ini arti penegasan bahwa Yesus dan Bapanya akan tinggal bersama mereka yang menghidupi ajaran tadi.

Oleh karena itu perpisahan antara Yesus dengan murid-muridnya tidak lagi perlu menjadi hal yang menggelisahkan. Bahkan seharusnyalah menjadi alasan bersuka cita (ayat 28). Yesus akan berada dengan Bapanya yang dikatakan "lebih besar daripadanya" (ayat 29), dan kedua-duanya akan ada bersama manusia.

KEHADIRAN PENOLONG - APA ITU?

Kita boleh bertanya bagaimana pikiran-pikiran rohani itu di atas itu berhubungan dengan dunia nyata. Kunci untuk itu diberikan dalam petikan ini dengan bahasa rohani juga. Sang Penolong akan diutus dan kehadirannya akan membuat kata-kata Yesus tadi menjadi hidup. Orang akan teringat akan ajaran, akan "ilmu" yang diturunkan Yesus tadi. Dalam bahasa Yunaninya, yang disebut Penolong itu ialah Parakleetos, arti harfiahnya ialah dia yang dipanggil untuk mendampingi, untuk menolong, untuk menjadi pembela di hadapan dunia. Penolong ini kekuatan yang makin hadir di tengah-tengah kelompok orang yang percaya kepada kabar baik Yesus. Bagaimana persisnya ini terjadi dan dihidupi tidak diceritakan Yohanes lebih lanjut. Lukas-lah yang mengisahkannya dalam seluruh Kisah Para Rasul. Yohanes menghimbau orang-orang agar menyadari kehadiran ilahi yang membuat manusia dapat berjalan terus di dunia yang sarat kekuatan-kekuatan gelap.

Dalam arti itulah Injil Yohanes sebetulnya berbicara mengenai kehidupan sehari-hari. Kehadiran Penolong ada dalam perjalanan kehidupan. Seperti halnya para murid dulu mulai menemukan jalan-jalan baru dalam masyarakat dan hidup mereka, begitu juga kini kita boleh merasa dan percaya disertai Roh Tuhan yang menolong kita, yang selalu bisa dimintai tolong dalam keadaan kepepet, bisa "disambat". Itulah arti Parakleetos - "para", artinya dekat, "kleetos" yang dimintai bantuan dalam keadaan mendesak. Perlu ditambahkan, yang memanggil, yang "nyambat" ialah Yesus, bukan para murid, bukan kita, walau yang dibela ialah para murid. Dan dalam arti ini jelas pula bahwa Penolong itu memperhatikan gerak gerik kita tanpa selalu kita sadari. Dan bila mendapati kita sedang butuh bantuan, ia akan datang sebelum kita sempat memanggilnya - ia sudah "disambat" oleh dia yang perkataannya kita turuti.

Ada satu hal lagi yang penting. Kehadiran Penolong itu ada bersama dengan murid-murid, di tengah-tengah kita. Tidak dikatakan di dalam diri masing-masing mereka meskipun tentunya akibatnya akan demikian. Kehadirannya bukan "monopoli" orang yang lebih murah hati, yang lebih mampu berbuat baik, yang lebih spiritual dari yang lain. Bukan inilah yang hendak dikatakan. Penolong hadir di tengah-tengah umat, ada bersama. Ia menghidupkan sekelompok orang. Dengan menekankan segi ini Yohanes menunjukkan bahwa Roh itu tidaklah dapat disetir oleh ambisi-ambisi perorangan atau dibangga-banggakan sebagai bahan kesaksian sekalipun. Malah bisa dikatakan bila unsur ini tampil, orang boleh mempertanyakan apa di situ betul hadir Penolong yang dijanjikan Yesus tadi. Penolong, sang Parakleetos itu, datang di tengah-tengah himpunan orang-orang yang mau percaya - di tengah-tengah ekklesia - kumpulan orang yang terpanggil bersama itu. Tentang kedatangannya masih akan kita dalami nanti pada hari raya Pentakosta. Kini cukup bila kita pahami bahwa kehadirannya itu pertama-tama kehadiran ditengah-tengah kumpulan orang beriman, bukan terutama di dalam diri masing-masing.

CATATAN MENGENAI Yoh 15-17

Akhir ayat 29 yang dibacakan hari ini menyebutkan "...marilah kita pergi dari sini." Dengan ini dikatakan bahwa pertemuan dalam perjamuan terakhir itu telah selesai. Yesus dan murid-murid memasuki tahapan lain. Namun demikian, setelah menyebutkan akhir perjamuan tadi, Yohanes masih menuliskan tiga bab lagi, yakni Yoh 15, 16 dan 17, sebelum mulai menceritakan penangkapan Yesus dan kisah sengsara. Hingga kini para ahli tafsir belum dapat menerangkan secara memuaskan apakah tiga bab itu termasuk kata-kata dalam perjamuan atau disampaikan dalam kesempatan lain. Akan lebih berguna bila kita memandang ketiga bab itu seperti apa adanya sambil mencari kaitan dengan hal-hal yang telah diutarakan dalam perjamuan terakhir (Yoh 13-14). Akan tampak beberapa pokok yang digarisbawahi dalam Yoh 15-17:

- Yesus itu pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-8), maksudnya, orang bisa hidup bersemi bila menjadi ranting-ranting hidup darinya. Bila terpotong darinya maka orang akan binasa. Ini memberi keterangan lebih lanjut apa arti percaya kepadanya yang telah diutarakan dalam Yoh 14:1-14 selama perjamuan.

- Tetap tinggal sebagai ranting akan terwujud bila murid-murid saling mengasihi (Yoh 15:9-17), sebuah warisan rohani yang telah diberikannya dalam Yoh 13:34-35 yang telah diulas dalam tulisan sebelum ini, yakni karena Yesus mempperhatikan masing-masing. Inilah cara menghadapi kekuatan-kekuatan jahat dari dunia ini. Sekaligus ditegaskan cara terbaik mempersaksikan kebenaran ajaran Yesus (Yoh 15:18-26).

- Betul-betul akan datang Penolong yang menguatkan para murid (Yoh 16:1-15), juga bila orang merasa ditinggalkan sendirian (Yoh 16:16-33), satu pokok yang diutarakan dalam perjamuan terakhir yang dibacakan hari ini.

- Yesus berdoa agar Bapanya tetap melindungi murid-muridnya (Yoh 17). Mereka ini seperti halnya Yesus adalah orang-orang yang diutus mewartakan kehadiran Yang Ilahi di dunia yang dikungkung kekuatan-kekuatan jahat. Ini memberi arah rohani bagi semua pembicaraan dalam perjamuan terakhir.

Makin disimak makin kelihatan betapa besarnya kekayaan rohani yang termuat dalam ketiga bab ini. Dengan demikian Yoh 15-17 itu juga berperan seperti ringkasan Injil Yohanes yang sepatutnya didalami oleh mereka yang mau menyampaikan homili atas dasar Injilnya.

MINUM TEH DENGAN OOM HANS

GUS: Oom Hans ada catatan menyangkut uraian di atas?

OOM HANS: [Tersenyum.] You're my interpreter! Good or bad - that's what you're paid for.

GUS: Soalnya sih, Injil Yohanes itu rasanya makin misterius, makin mistik.

OOM HANS: Itu tuh kan kata orang. Isinya hanya cerita pengalaman, ingatan.

GUS: Kalau kita ngertinya sebagian-sebagian apa ya masih benar?

OOM HANS: [Alis putihnya tiba-tiba berdiri.] Pilatus-lah yang mempertanyakan apa itu kebenaran di hadapan Sang Kebenaran sendiri (Yoh 18;38a). Bukan aku! Pilatus ragu-ragu terus dan akhirnya malah memilih perkara yang sebetulnya tidak dimauinya. Belajarlah dari pengalaman. Juga dari Ma Miryam. Pegang yang sudah kau punyai sekarang, ikuti langkah batinmu...!

GUS: Wah, wah, ini makin gnostik nih! [Benar kata Luc: Oom Hans is at it again!]

OOM HANS: Ehm! [Sambil menghirup teh panas bergula batu. Lalu menyulut pipa cangklongnya. Dan mulai ke sana-sana lagi] By the way, what did that Bishop of Hippo say in one of his sermons about my letter?

GUS: "Dilige et quod vis fac!"

Terucap gagasan "Telateni dan jalankan apa yang kauinginkan! " dari Aurelius Augustinus, In epistolam Ioannis ad Parthos tractatus decem, VII, 8 yang dikotbahkannya kepada umat di Hippo dan kepada para baptisan baru pagi hari Sabtu Paskah th. 407. Sering kutipan itu tampil kembali dalam bentuk agak berbeda sebagai "Ama et fac quod vis!" Tapi amare tidak begitu menampilkan sisi ketekunan yang terumus dalam diligere. Sementara saya mengingat-ingat konteksnya untuk dibicarakan lebih lanjut dengan Oom Hans, ia sudah ke tempat lain. Memang ia pergi datang begitu saja. Boleh jadi hanya bisa diikuti dengan langkah-langkah batin....

God Calling 13 May

JANGAN PERNAH MENGHAKIMI

Betapa besar suka cita yang timbul dari penaklukan
diri sendiri! Engkau tidak dapat menaklukkan dan
mengontrol orang lain sebelum engkau menaklukkan diri
sendiri.

Dapatkah engkau membayangkan bahwa engkau mutlak
menguasai diri sendiri ? Pikirkanlah Aku, di depan
serdadu-serdadu yangmengolok- olok, menghina; Aku
didera, diludahi, dan tidak menjawab satu katapun,
tidak satu katapun. Lihatlah itu sebagai Kuasa Ilahi.
Ingatlah bahwa Kuasa dari sikap diam yang sempurna,
penguasaan diri sendiri yang sempurna, engkau dapat
membuktikan hakmu untuk membimbing.

Jangan pernah menghakimi. Hatii manusia begitu halus,
begitu kompleks, hanya Penciptanya yangmengenalnya.
Tiap hati begitu berbeda, didorong oleh motif yang
berbeda, dikontrol oleh keadaan yang berbeda,
dipengaruhi oleh penderitaan yang berbeda.

Bagaimana mungkin seseorang menghakimi orang lain?
Serahkanlah kepadaKu bagaimana mencari jalan keluar
untuk kesukaran dan teka teki hidup. Serahkanlah
kepadaKu bagaimana menumbuhkan pengertian.. Bawalah
tiap hati kepadaKu, Penciptanya, dan tinggalkanlah dia
bersamaKu. Engkau bisa merasa yakin bahwa Aku bisa
memperbaiki segala yang salah.

Saturday, May 12, 2007

Renungan 12 May

"Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya."

(Kis 16:1-10; Yoh 15:18-21)

Ign.Sumarya SJ

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku" (Yoh 15:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pada masa kini sering seorang anak lebih taat pada gurunya di sekolah dari pada orangtuanya di rumah, lebih rajin mengikuti kegiatan di sekolah dari pada melaksanakan pekerjaan di rumah dst.. Gejala ini rasanya cukup memprihatinkan dan menunjukkan kemerosotan hidup berkeluarga, suami-isteri. Begitulah kiranya yang banyak terjadi di dalam setiap 'perguruan' dimana seorang murid begitu taat dan setia pada gurunya. Kita adalah murid-murid Yesus Kristus dan memang diharapkan taat dan setia kepadaNya dengan menghayati 'kemuridan' kita, antara lain dengan meneladan atau mengikuti cara bertindakNya. Karena Yesus membawa dan mewartakan kebenaran-kebenaran atau keutamaan-keutamaan hidup di tengah masyarakat yang kurang bermoral atau bermental duniawi/materialist is, maka Ia dibenci oleh 'dunia'. Maka baiklah kita refleksikan sabdaNya: "Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dnia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu". Sebagai murid-murid Yesus kita adalah 'yang terpilih' untuk menghayati dan mewartakan kebenaran-kebenaran dan keutamaan-keutaman hidup di tengah kesibukan, pelayanan dan pekerjaan sehari-hari, di dunia yang masih sarat dengan aneka kebejatan atau kemerosotan moral saat ini. Maka sekiranya kita harus 'dibenci' oleh sesama dan saudara kita yang bermental duniawi atau materialistis berbahagialah dan bergembiralah, jangan mengeluh atau menggerutu atau balas dendam terhadap mereka yang membenci kita dan kita dapat berkata : "aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" (Gal 6:14). Mengikuti Yesus atau menjadi murid-muridNya berarti siap sedia untuk menelusuri 'jalan penderitaan/ salib'.

· "Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya" (Kis 16:4-5), demikian berita kegiatan rasul-rasul. Hidup beriman kita bersifat rasuli, artinya mengandung tugas perutusan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneguhkan sesama atau saudara-saudari kita dalam iman, sehingga mereka semakin beriman dan orang-orang beriman, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan semakin bertambah jumlahnya. Tentu saja kita sendiri harus sungguh-sungguh beriman artinya iman menjiwai cara berkata dan cara bertindak kita di manapun dan kapanpun. Tanda bahwa orang sungguh beriman antara lain hidup dengan bergairah dalam mengasihi, karena ada tiga keutamaan yaitu 'iman, harapan dan kasih' yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Beriman sekaligus berharap dan berkasih-kasihan, begitulah yang harus terjadi. Maka Yakobus berkata "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak 2:17). Perbuatan-perbuatan kasih memang sungguh meneguhkan dan menggairahkan, sebagaimana kasih Yesus yang memuncak di kayu salib: memandang dan menghadap Yang Tersalib kita sungguh diteguhkan dan digairahkan. Maka sekiranya kita mengalami kemunduran atau kemerosotan dalam hidup beriman marilah kita pandang Yang Tersalib, kita pasti akan diteguhkan dan digairahkan olehNya. Orang yang sungguh beriman juga dapat menjadi panutan atau teladan hidup bersama, artinya orang-orang lain akan menuruti pesan-pesan yang disampaikan oleh orang beriman tersebut karena pesan-pesannya adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan meskipun untuk menelusuri jalan tersebut harus menderita, berjuang menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Tantangan dan hambatan akan semakin menggairahkan dan meneguhkan hidup beriman.

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. " (Mzm 100:1-3)

Jakarta, 12 Mei 2007

God Calling 12 May

NIKMATNYA PERLINDUNGAN

Buanglah segala pikiran mengenai kekhawatiran dan
kesukaran. Janganlah mebiarkannya walaupun untuk satu
detik. Tutuplah jendela dan pintu jiwamu terhadapnya
seperti engkau menutup rumahmu terhadap pencuri yang
akan masuk mencuri milikmu.

Harta apakah yang dapat engkau miliki, yang lebih
bernilai daripada Damai dan Istirahat dan Suka Cita?
Dan ini dicuri darimu oleh keragu-raguan dan rasa
takut dan kesedihan.

Hadapilah tiap hari dengan Kasih dan Tawa. Hadapilah
badai.

Suka cita, Damai, Kasih adalah PemberianKu yang besar.
Ikutilah Aku untuk memperoleh ketiga-tiganya. Aku
menghendaki supaya engkau merasakan nikmatnya
perlindungan dan rasa aman sekarang. Setiap jiwa dapat
merasakan hal ini di pelabuhan, tetapi suka cita yang
sejati dan kemenangan diperoleh hanya oleh mereka yang
merasakannya di dalam badai.

Katakanlah “segalanya dalam keadaan baik-baik saja”.
Katakanlah itu bukan sekedar mengulangi. Pergunakanlah
itu seperti engkau mempergunakan balsem untuk luka,
sampai racun dikeluarkan, sampai luka disembuhkan,
sampai getaran dari aliran hidup yang segar memenuhi
dirimu.

Segalanya dalam keadaan baik-baik saja.

Friday, May 11, 2007

God Calling 11 May

PRIBADI KETIGA – PRIBADI ILAHI

Kalau Aku sudah membimbingmu melalui badai-badai ini,
akan ada perkataan-perkataan lain, pesan-pesan lain,
bimbingan lain untukmu.

Begitupun dalam persahabatanmu , begitu besar
keinginanmu untuk mengasihi dan mengikuti serta
melayani Aku sehingga segera. Kalau saat-saat
kesulitan telah berlalu, menyendiri bersama Aku akan
selalu berarti bersatu dengan Aku.

Persahabatan semacam itu jarang terdapat di dunia ini,
padahal Aku mengajar ketika Aku berada di dunia,
seperti yang Kuajarkan kepadamu berdua, betapa besar
kuasa dari dua orang yang bersatu dalam keinginan.

Dan sekarang ini lebih banyak yang harus Aku katakan
kepadamu. Aku mengatakan, bahwa saatnya akan datang,
malah saatnya adalah sekarang ini, di mana orang yang
mengunjungi kamu , akan tahu bahwa Aku adalah Pribadi
ketiga, Pribadi Ilahi di dalam persahabatanmu.

Renungan 11 May

"Aku menetapkan kamu pergi dan menghasilkan buah"

(Kis 15: 22-31; Yoh 15:12-17)

Ign.Sumarya SJ

"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:12-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Berrefleksi perihal 'kasih' rasanya paling mudah dikenakan pada hubungan laki-laki dan perempuan atau suami-isteri yang saling mengasihi. Sebagai laki-laki dan perempuan mereka 'pergi, meninggalkan keluarga mereka masing-masing' membangun keluarga baru dengan saling mengasihi yang dapat menghasilkan 'buah', yaitu anak. Rasanya baik suami atau isteri sungguh saling memberikan nyawanya, dan masing-masing dari mereka merasa sebagai yang dipilih alias saling memilih. Suami-isteri saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh, yang ditandai dengan persetubuhan sebagai perwujudan kasih yang nikmat dan membahagiakan. Kita semua juga sebagai 'yang terpilih', entah itu sebagai pegawai/pekerja atau pelajar/ mahasiswa, imam, bruder atau suster maupun sebagai orang Kristen/Katolik. Maka kita semua juga memiliki panggilan untuk pergi dan menghasilkan buah melalui cara hidup dan cara bertindak kita dalam pekerjaan, tugas perutusan atau panggilan kita. Agar kita dapat menghasilkan buah kiranya kita dapat bercermin pada suami-isteri yang saling mengasihi, yaitu: belajar, bekerja atau bertindak dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga. Jika kita menghayati hal ini kiranya sebagai pelajar akan terampil belajar sehingga sukses dalam belajar, sebagai pekerja akan terampil bekerja sehingga memperoleh imbalan atau balas jasa yang membahagiakan dan mensejahterakan, sebagai yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster akan terampil dalam berbakti kepada Tuhan yang menjadi nyata dalam pelayanan atau pengabdian bagi sesama, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan, dst.. Marilah kita dalam hidup bersama senantiasa saling mengasihi, sehingga kebersamaan hidup kita menghasilkan buah-buah keselamatan dan kebahagiaan serta menarik banyak orang.

· "Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini " (Kis 15:28), demikian salah satu keputusan pertemuan para rasul. Kutipan ini rasanya baik menjadi permenungan atau refleksi, lebih-lebih bagi orangtua, pendidik/guru, atasan/petinggi, pemimpin dst.. Kami berharap mereka yang merasa 'berada di atas' ini tidak memproyeksikan diri dalam menghayati panggilan atau tugas perutusannya antara lain dengan 'menekan atau memperkosa' mereka yang berada di bawah. "Gereja yang mendengarkan" , demikian tema SAGKI 2000, suatu ajakan atau peringatan agar para pemimpin atau gembala alias 'yang berada di atas' berani mendengarkan mereka 'yang berada di bawah'. Dengan kata lain mereka 'yang berada di atas' diharapkan menghayati dan melaksanakan 'kepemimpinan partisipatif' , dengan cara 'bottom up' bukan 'top down' . Ketika mereka yang 'berada di atas' bersikap dan bertindak dengan cara itu, kami yakin mereka tidak akan menanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu pada mereka yang 'berada di bawah'. Hendaknya, entah dalam belajar atau bekerja, dengan cara terpadu progresif, yaitu mulai dari yang mudah menuju ke yang sulit. Khususnya dalam proses pendidikan atau pembelajaran, entah di dalam rumah atau keluarga maupun sekolah hendaknya cara terpadu progresif ini dihayati atau dilaksanakan. Ingatlah bahwa hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi suami-isteri telah menghayati cara terpadu progresif ini, dan kami yakin banyak di antara anda telah menelusuri cara ini juga. Dengan cara terpadu progresif kiranya semua orang yang terlibat dalam kebersamaan belajar atau kerja dapat berpartisipasi secara aktif dan kreatif atau proaktif. Begitulah kita cara hidup orang yang cerdas beriman atau hidup dari Roh Kudus, cara hidup dan bertindak saling mengasihi dalam hidup sehari-hari.

"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan. Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (Mzm 57:8-12)

Jakarta, 11 Mei 2007

Thursday, May 10, 2007

God Calling 10 May

KETENANGAN, BUKAN TERBURU-BURU

Dalam tinggal tenang dan percaya, terletak
kekuatanmu. (Yes 30:15)

Segala ketidaktenangan menghancurkan yang baik. Segala
ketenangan membangun kebaikan, dan pada waktu yang
sama menghancurkan kejahatan.

Kalau orang mau menghancurkan kejahatan, begitu
seringnya ia cepat melakukan tindakan. Ini salah.
Pertama-tama tenanglah, dan ketahuilah bahwa Aku
Tuhan. Dan bertindaklah hanya seperti yang Aku katakan
kepadamu. Selalu tenang dengan Tuhan. Ketenangan
adalah Kepercayaan yang bertindak. Hanya kepercayaan,
kepercayaan yang sempurna dapat membuat orang tenang.

Jangan pernah takut terhadap setiap keadaan atau
kesukaran yang membantumu membangun ketenangan ini.
Seperti dunia harus belajar bertindak tergesa-gesa
untuk mencapai sesuatu, engkau harus belajar tenang
untuk mencapai sesuatu. Semua pekerjaan besar yang
dilakukan untukKu, pertama-tama dilakukan dalam jiwa
orang yang harus melakukan pekerjaan itu.

Renungan 10 May

"Tinggallah di dalam kasihKu"

(Kis 15:7-21; Yoh 15:9-11)

Ign.Sumarya SJ

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh" (Yoh 15:9-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kita semua berasal dari kasih dan hanya dapat tumbuh berkembang seperti saat ini kiranya hanya dan oleh kasih. Dengan kata lain sampai kini atau selama ini kita sungguh telah menerima kasih secara melimpah ruah dari Allah melalui orangtua maupun sanak-kerabat serta sesama kita. Memang menjadi pertanyaan: apakah kita telah menuruti atau melaksanakan perintah, nasihat atau saran dari mereka itu, sebagai tanda bahwa kasih mereka tidak sia-sia, melainkan menjadi nyata atau berbuah dengan tindakan-tindakan atau perilaku kasih kita? "Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu", demikian sabda Yesus. Mentaati perintah merupakan perwujudan kasih atau terima kasih kepada yang memberi perintah. 'Tinggal di dalam kasih Yesus Kristus atau Tuhan' berarti kita hidup saling mengasihi, dan karena masing-masing dari kita berasal dari kasih atau buah kasih kiranya panggilan untuk saling mengasihi tidak sulit: bertemu dan bergaul dengan sesama berarti kasih bertemu/bergaul dengan kasih. Mungkin baik kita ingat bahwa setiap kali menerima 'sesuatu' dari orang lain kita senantiasa menjawab 'terima kasih', berarti apa yang diberikan atau disampaikan kepada kita dalam bentuk apapun, entah itu sapaan, perintah, barang, uang, tegoran, kemarahan dst.. adalah kasih. Ketika kita sungguh menghayati apa yang kita katakan 'terima kasih' maka apa yang disampaikan atau diberikan kepada kita dalam bentuk apapun hemat saya enak adanya alias kita senantiasa bersukacita adanya dan dengan demikian semakin 'diberi atau disapa' orang lain berarti 'sukacita kita semakin menjadi penuh'. Pandanglah, sikapilah aneka yang datang pada diri kita dengan kasih, maka apapun yang mendatangi kita akan membuat sukacita kita semakin penuh.

· "Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah" (Kis 15:9.19) Beriman tidak identik dengan beragama, maka Gereja Katolik menyatakan bahwa " mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal" (Vatikan II: LG no 16). Beriman berarti melaksanakan kehendak Allah dengan perbuatan nyata, maka Yakobus berkata : "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yak 2:17). Yang selamat, damai sejatera adalah yang beriman bukan yang beragama, memang orang beragama diharapkan semakin beriman jika menghendaki selamat dan damai sejahtera, yaitu dengan melaksanakan atau menghayati ajaran-ajaran agama dengan dan dalam perbuatan-perbuatan nyata sehari-hari. Perbuatan nyata yang dimaksudkan tentu saja perbuatan baik dan apa yang disebut baik senantiasa berlaku umum atau universal, tidak terbatas oleh ruang dan waktu maupun SARA. Perbuatan baik dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapanpun juga. Maka saran dari para rasul 'bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah' hendaknya kita hayati dalam hidup sehari-hari dengan tidak menimbulkan kesulitan bagi sesama dan saudara-saudari kita untuk berbuat baik. Hendaknya birokrasi atau aneka peraturan jangan menimbulkan kesulitan bagi orang untuk berbuat baik, maka dari itu jika ada birokrasi atau peraturan yang menimbulkan kesulitan atau menghambat untuk berbuat baik harus didobrak atau dirubah. Birokrasi atau peraturan merupakan sarana untuk mempermudah/ fasilitator untuk berbuat baik, bukan untuk mempersulit dan menghambat. Dengan ini kami berharap kepada para petinggi atasan atasan hendaknya secara flesibel dan adaptif dalam memperlakukan atau mengaplikasikan aneka peraturan atau tananan hidup bersama.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan -Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Jakarta, 10 Mei 2007

Wednesday, May 9, 2007

God Calling 9 May

HARMONI DI DALAM HATI

Ikutlah petunjukKu. Jangan berani berjalan sendiri
seperti seorang anak kecil yang tidak berani
meninggalkan tempat di samping ibunya. Ragukanlah
kebijaksanaanmu sendiri, dan kepercayaan akan
kebijaksanaanKu akan mengajar sikap rendah hati
kepadamu.

Rendah hati bukan berarti mengecilkan “aku”. Artinya
adalah melupakan “aku”. Tidak, lebih dari itu,
melupakan “aku” karena engkau mengingat Aku.

Engkau jangan mengharapkan untuk hidup di dalam dunia
di mana ada harmoni dalam segala sesuatu. Engkau
jangan mengharap hidup di mana orang lain selalu dalam
keadaan harmonis denganmu. Adalah tugasmu untuk
mempertahankan damai di dalam hatimu dalam keadaan
yang tidak menguntungkan. Harmoni adalah selalu
milikmu kalau engkau memasang telinga untuk
mendengarkan musik surgawi.

Ragukanlah selalu kuasa atas kebijaksanaanmu untuk
memperbaiki keadaan, mintalah Aku memperbaiki keadaan,
serahkanlah kepadaKu sambil engkau terus berjalan
dengan kasih dan tawa. Aku adalah Kebijaksanaan. Hanya
kebijaksanaanKu yang dapat memutuskan dengan tepat
mengenai apapun dan dapat menyelesaikan setiap
persoalan. Karena itu percayalah kepadaKu. Segalanya
dalam keadaan baik-baik saja.

Renungan 9 May

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya"

(Kis 15:1-6; Yoh 15:1-8)

Ign.Sumarya SJ

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan- Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid- Ku." (Yoh 15:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sarana-prasarana komukasi tumbuh berkembang dengan cepat, sehingga dengan mudah dan cepat orang dapat berkomunikasi, entah dengan tilpon/HP, email atau alat elektronik lainnya. Namun rasanya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan sarana-prasarana komunikasi tersebut tumbuh berkembang juga egoisme, dimana orang hanya mementingkan diri sendiri dan kurang peka terhadap yang lain atau sesamanya. Komunikasi yang terjadi bersifat dangkal serta materialistis, sehingga tidak atau kurang ada komunikasi hati, budi dan jiwa yang membangun dan memperdalam kesatuan budi dan hati antar pribadi, yang memudahkan orang untuk bersatu dan berkomunikasi dengan Tuhan, Yang Ilahi. Dengan kata lain nampaknya umat beriman atau beragama kurang berdoa, menjalin relasi mesra dengan Tuhan. Maka menanggapi sabda Yesus sebagaimana diwartakan hari ini, marilah kita sebagai murid-murid Yesus atau ranting senantiasa 'bersatu dan tinggal di dalam Dia' yang menjadi nyata dalam perilaku/tindakan atau omongan/wacana. , sehingga cara hidup kita menghasilkan 'buah-buah' atau keutamaan-keutamaan /nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai itu antara lain "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), yang mendesak dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama pada masa kini. Jika hidup bersama kita, entah di dalam keluarga/komunitas, tempat kerja/kantor atau masyarakat serta pergaulan sungguh dijiwai oleh keutamaan atau nilai tersebut rasanya kebersamaan hidup kita sungguh 'memuliakan Allah' dan kita layak disebut sebagai orang beriman sejati atau murid-murid Yesus Kristus.

· "Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka" (Kis 15:4), demikian berita tentang Paulus dan Barnabas di hadapan saudara-saudarinya. Paulus dan Barnabas 'menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka' dan dengan demikian mereka disambut dengan gembira oleh jemaat serta rasul-rasul dan penatua-penatua. Kita semua dipanggil untuk bertindak seperti Paulus dan Barnabas dengan 'menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan kita, orang yang lemah dan hina dina'. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mewartakan Kabar Baik/Gembira, apa-apa yang baik dan menggembirakan, bukan yang jahat dan jelek yang membuat orang lain sedih dan kecewa. Apa yang baik pada umumnya menggairahkan atau menumbuh-kembangkan serta menyelamatkan. Ingatlah bahwa setiap bertemu atau berjumpa dengan orang lain atau sesama, kita sering memberi/mengucapkan 'Selamat' (Selamat pagi, selamat makan, selamat jalan, selamat bekerja dst..), yang berarti kita menyampaikan keselamatan dan mengharapkan sesama kita selamat, damai sejahtera. Semoga kebiasaan memberi 'selamat' tersebut tidak hanya manis di bibir, sebagai sopan santun belaka, melainkan merupakan ungkapan hati dan jiwa yang tulus dan suci, sehingga sapaan 'selamat' menusuk hati dan menggerakkan orang yang menerima ucapan 'selamat' untuk semakin mendekatkan diri pada Allah, Yang Ilahi, dan pada gilirannya mereka kemudian juga 'menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka'. Marilah kita galang dan perdalam persaudaraan atau persaahabatan sejati, marilah kita saling bersalam-salaman.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."

(Mzm 122:1)

Jakarta, 9 Mei 2007

Tuesday, May 8, 2007

Refleksi atas Pesan Paus Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia 2007

PENDIDIKAN MEDIA

Refleksi atas Pesan Paus Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia 2007

Oleh Agus Alfons Duka, SVD

Pada tangal 24 Januari 2007, Paus Benediktus XVI mengeluarkan pesan komunikasi bagi seluruh umat manusia yang berkehendak baik, dan secara khusus untuk umat katolik sejagat dalam rangka Hari Komunikasi Sedunia ke-41 yang dirayakan pada 20 Mei 2007. Dengan mengambil tema 'Anak-anak dan Media: Sebuah Tantangan bagi Pendidikan', Sri Paus mengajak umat kristiani untuk merenungkan dan merayakan peranan media komunikasi dalam pendidikan anak. Dalam tema itu termuat dua pikiran dasar yang patut mendapat perhatian gereja, yakni pendidikan anak dalam hubungan dengan realitas yang diciptakan oleh media komunikasi ( realitas mediasi atau realitas representasi) , dan yang berikut adalah peran media sebagai penanggungjawab perkembangan hidup anak.

Pendidikan Anak dalam kaitannya dengan realitas mediasi

Kita sepakat, bahwa ketiga institusi tradisional yakni keluarga, gereja dan sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya pencari, pengumpul dan penyaji informasi bagi masyarakat dan anak-anak. Kalau dahulu, seorang anak usia sekolah yang inosen, ragu-ragu dan membutuhkan suatu kejelasan tentang hal yang tak terpahami, ia berlari ke orang tua, bereferensi kepada ajaran-ajaran sekolah dan merujuk kepada nilai-nilai agama untuk menemukan jalan keluar. Kini, peran ketiga institusi itu diambil alih bahkan dengan cara yang lebih profesional oleh media komunikasi. Bisa terjadi bahwa seorang yang tamat SMU melalui pendidikan formal tidak memiliki cakupan pengetahuan yang melebihi seorang yang hanya menamati Sekolah Dasar tetapi mengetahui hampir lebih banyak hal dari sajian media komunikasi modern. Jangan heran bahwa peran guru sekolah kini menjadi lebih berat karena ia akan dipertemukan dengan para murid yang datang dengan sejumlah informasi dan pengetahuan berbasis media (koran, majalah, radio, televisi dan internet). Maka mau atau tidak, seorang guru di jaman information booming seperti sekarang ini dituntut untuk tanggap dan sigap dengan hadirnya jenis murid yang baru itu. Peran monolitik lembaga tradisional sebagai pewaris nilai dan pengetahuan menjadi direlativisir bahkan ditinggalkan. Dengan perkembangan media internet, semua lembaga itu menjadi berantakan. Silahkan mencermati mesin 'google', garasi informasi terbesar dalam dunia maya. Di sana semua informasi tentang apa saja dan dimana saja akan dihadirkan untuk bisa diakses dengan harga paling rendah malah secara gratis. Ensiklopedi dan kamus mulai ditinggalkan. Google menjadi 'buku pintar' pencari informasi yang tercepat, termudah dan terbaru mengikuti metodologi jurnalisme yang andal. Makanya, tak pelak, orang menyebut sebagai 'profesor google'. Informasi yang disajikan sangat diversifikatif karena berasal dari sumber yang beragam dengan idiologi yang juga beragam. Anak-anak akan terombang ambing untuk menentukan mana yang benar, mana yang baik untuk dicerna, dipercayai dan ditiru. Tak ada panduan moral untuk itu. Dan tanpa satu wadah diri yang kuat, anak-anak akan sangat mudah terjerumus dalam informasi yang dapat mencelakakan diri sendiri dan melecehkan orang lain. Jati diri mereka akan dibentuk berdasarkan realitas yang disajikan oleh media. Dan dalam situasi seperti itulah, pesan Paus Benediktus XVI menjadi sangat penting ketika ia mengajak ketiga lembaga tradisional itu untuk mengambil alih tanggungjawab mereka terhadap pendidikan anak dan tidak 'mempersembahkan' tanggungjawab itu melulu kepada media massa modern. Demikian Sri Paus menandaskan: 'Mendidik anak-anak agar mereka dapat memilih dengan baik pemanfaatan media adalah tanggung jawab orangtua, Gereja dan sekolah. Peranan orangtua adalah yang paling penting. Mereka mempunyai hak dan kewajiban untuk memastikan, bahwa anak-anak mereka memanfaatkan media dengan bijak, yakni dengan melatih hati nurani anak-anak agar dapat mengungkapkan secara sehat dan objektif penilaian mereka yang nantinya akan menuntun mereka untuk memilih atau menolak acara-acara yang tersedia.' (Pesan Paus Benendiktus XVI, pada Hari Komunikasi Sedunia ke-41)

Peran media sebagai penanggungjawab perkembangan hidup anak

Pengalaman sejarah membuktikan bahwa salah satu tantangan terbesar bagi media komunikasi untuk mengembangkan jurnalisme berkualitas selalu terhambat dengan idiologi kapitalis yang berada di belakangnya. Kalau mau berkualitas, diperlukan biaya produksi yang mahal. Untuk bisa mendanai mahalnya suatu industri media, peranan para kapitalis (pemilik modal) menjadi sangat penting. Idiologi kapitalis akan turut dimasukkan seiring dengan jumlah sumbangan modal yang diberikan. Kualitas berita dan pesan media perlahan-lahan mulai ditunggangi oleh idiologi-idiologi yang mendanai terciptakan program program itu. Bila media massa mulai masuk dalam industri, dan nilai ekonomi mulai menjadi wacana tandingan maka, nilai-nilai etika menjadi goncang. Idealisme tentang independensi media komunikasi hanyalah ilusi. Lihat saja, berapa banyak televisi yang bernuansa pendidikan murni yang masih bertahan. Bahkan televisi-televisi komersialah yang kini menjadi pendidik alternatif bagi anak-anak jaman sekarang ketimbang televisi pendidikan. Paus Benediktus XVI menyadari persoalan ini ketika menandaskan bahwa 'Sambil menegaskan keyakinan, bahwa banyak orang yang terlibat dalam komunikasi sosial berkemauan untuk melakukan apa yang benar (lih. Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, Ethics in Communications, 4), kami harus juga mengakui, bahwa mereka yang bekerja di bidang ini berhadapan dengan "tekanan psikologis khusus dan dilema-dilema etik" (Aetatis Novae, 19), karena adakalanya mereka harus menyaksikan bahwa persaingan komersial telah memaksa para komunikator untuk menurunkan standar mutunya.' (Pesan Paus Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia, 2007)

Bagaimana dengan Komunikasi Gereja?

Media teknologi modern memiliki stuktur, cara operasional, logikanya sendiri. Sebagai media massa, struktur dan operasionalnya telah ditata sedemikian rupa sehingga ia bersifat tunggal arah dan berdampak massal. Dalam model komunikasi yang demikian, titik perhatian komunikasi terarah kepada pengirim pesan, perancang media ( media maker) dan media yang dipakai untuk menyalurkan pesan-pesan itu. Riset khalayak hampir tidak pernah diperhitungkan atau kalau diperhatikan toh melulu sebagai pangsa pasar (sejauh mereka bernilai dalam mengkonsumsi produk media massa). Dengan demikian, apa yang menjadi kebutuhan khalayak bukanlah menjadi variabel. Dengan cara demikian, media massa memiliki potensi dalam proses peminggiran (marjinalisasi) khalayak teristimewa kaum miskin. Untuk itu, pada hemat saya, dua unsur berikut ini perlu mendapat perhatian secara khusus dalam komunikasi gereja dewasa ini.

Pertama, memanfaatkan daya media massa modern yang ada seperti radio, televisi, multimedia, internet. Karena sebagai piranti, media-media itu telah memiliki hubungan psikologis yang sangat erat dengan khlayak berbagai usia dan jenis kelamin. Karena itu tidak ada alasan untuk menolak menggunakannya. Yang perlu diperhatikan gereja dan para pelaku media adalah memasukan nilai-nilai manusiawi dan kristiani sesuai dengan struktur dan logika, seturut kekhasan kemasan media massa, sesuai dengan 'ekosistem' media massa. Karena seringkali terjadi bahwa pesan-pesan gereja tidak dikemas secara baik, ada kesan tergesa-gesa, improvisasi dan linear, berat pesannya, segala-galanya mau dimasukkan sekaligus dan berdurasinya panjang, dijejali dengan berbagai norma dan doktrin dalam bentuk rumusan (statement) dan bukan dalam bentuk nilai (value) dengan akibat khalayak menjadi jenuh dan bosan.

Kedua, Memberdayakan media alternatif yang lasim dikenal sebagai media komunitas seperti teater rakyat, wayang, drama, poster, selebaran, forum diskusi, dan folkmedia dalam bentuk sastra rakyat seperti pantun, teka-teki, syair, tarian, nyanyian dll. Media komunikasi komunitas ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya-budaya bangsa kita. Umumnya media-media itu memiliki hubungan yang sangat erat dengan pesan-pesan moral, tentang yang baik dan yang jahat. Tidak mahal, dapat dijangkau, bersifat kolektif sehingga pesan-pesanpun dapat dirancangkan dan didiskusikan bersama. Malah orang-orang sekomunitaslah yang akan menjadi lakon dalam media-media itu. Banyak pakar komunikasi mengatakan bahwa inilah model komunikasi yang ideal karena komunitas bersama-sama mendiskusikan persoalan hidup mereka lalu mencari cara untuk mengungkapkannya kepada publik tentang nilai-nilai yang mereka anut. Disini, justru riset khalayaklah yang menjadi variabel suatu proses komunikasi. Bahwa orang akan melihat dinamika hidup masyarakat tertentu lalu mencari media yang sesuai dengan bentukan masyarakat yang ada. Dan bukan sebaliknya, memilih media terlebih dahulu dan kemudian memformat masyarakat untuk diselaraskan dengan logika media.

Penulis adalah Koordinator Komunikasi Provinsi SVD Ende, Flores

http://mirifica. net/wmview. php?ArtID= 3937

salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ
------------ --------- --------- --------- --------- ---
*** Semoga Hati Yesus merajai hati kita ***
------------ --------- --------- --------- --------- ---

Pesan Bapa Suci Untuk Hari Komunikasi Sedunia ke 41 (20-05-2007)

Pesan Bapa Suci Untuk Hari Komunikasi Sedunia ke 41

Anak-anak dan Media: Sebuah Tantangan untuk Pendidikan

PESAN BAPA SUCI BENEDICTUS XVI
UNTUK HARI KOMUNIKASI SEDUNIA KE-41

Thema:

Anak-anak dan Media:

Sebuah Tantangan untuk Pendidikan

20 Mei 2007

Saudara dan Saudari yang terkasih,

1. Tema Hari Komunikasi Sedunia yang ke-41, "Anak-anak dan Media: Sebuah Tantangan untuk Pendidikan", mengajak kita untuk ber-refleksi atas dua pokok yang sangat penting yang berkaitan satu sama lain. Yang pertama adalah pembinaan anak-anak. Yang kedua, barangkali kurang nyata, namun tidak kalah pentingnya, adalah pembinaan media.

Aneka-ragam tantangan dalam menghadapi pendidikan dewasa ini sering dikaitkan dengan pengaruh media yang begitu menyeluruh di dunia kita ini. Sebagai suatu aspek dari gejala globalisasi, dan masih dipicu lagi dengan cepatnya perkembangan teknologi, media memang telah membentuk lingkungan budaya dengan sangat mendalam (bdk Paus Johanes Paulus II, Surat Apostolik Rapid Development, 3). Memang, sementara orang menegaskan, bahwa pengaruh formatif media ini telah menjadi saingan pengaruh sekolah, Gereja dan barangkali juga keluarga. "Realitas, bagi banyak orang, adalah apa yang nyata dalam pandangan media" (Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, Aetatis Novae, 4).

2. Hubungan antara anak-anak, media dan pendidikan dapat ditinjau dari dua sudut pandang: pembinaan anak-anak oleh media dan pembinaan anak-anak untuk dapat memberikan tanggapan yang sebaik-baiknya kepada media. Maka muncullah semacam ketimbalbalikan yang menunjuk kepada pertanggungjawaban dari media sebagai sebuah industri dan kepada kebutuhan untuk mengambil bagian secara aktif dan kritis dari pihak pembaca, pemirsa dan pendengar. Dalam kerangka ini, pelatihan untuk memanfaatkan media dengan sebaik-baiknya menjadi esensial bagi perkembangan anak-anak secara kultural, moral dan spiritual.

Bagaimanakah harus dilindungi dan dimajukan kebaikan-bersama ini? Mendidik anak-anak agar mereka dapat memilih dengan baik pemanfaatan media adalah tanggung jawab orangtua, Gereja dan sekolah. Peranan orangtua adalah yang paling penting. Mereka mempunyai hak dan kewajiban untuk memastikan, bahwa anak-anak mereka memanfaatkan media dengan bijak, yakni dengan melatih hati nurani anak-anak agar dapat mengungkapkan secara sehat dan objektif penilaian mereka yang nantinya akan menuntun mereka untuk memilih atau menolak acara-acara yang tersedia (lih. Paus Johanes Paulus II, Ekshortasi Apostolik Familiaris Consortio, 76). Dalam bertindak demikian, para orangtua seharusnya disemangati dan dibantu oleh sekolah dan paroki. Dengan demikian dipastikan, bahwa aspek peranan orangtua yang sukar tetapi sungguh memuaskan ini memang didukung oleh masyarakat yang lebih luas.

Media pendidikan seharusnya bersifat positif. Anak-anak yang diperhadapkan pada apa yang indah dan yang secara moral istimewa akan dibantu untuk mengembangkan apresiasi, kebijakan dan ketrampilan membuat pilihan untuk menentukan sikap. Disini pentinglah pengakuan akan nilai fundamental keteladanan orangtua dan pengakuan akan manfaat memperkenalkan kepada kaum muda pendidikan klasik bagi anak-anak di bidang kesusasteraan, kesenian dan musik yang sungguh mengangkat hati. Memang sastra populer akan senantiasa mendapatkan tempatnya dalam kebudayaan, namun godaan untuk menjadikannya hanya sebagai suatu sensasi, tidaklah boleh diterima, meskipun hanya secara pasif, terutama ditempat-tempat pembinaan. Keindahan, yang merupakan semacam cerminan keilahian, memberi inspirasi dan menghidupkan hati dan budi kaum muda, sedangkan yang buruk dan yang kasar memberi dampak depresi bagi sikap dan perilaku.

Pendidikan media, sebagaimana halnya dengan pendidikan pada umumnya, menuntut pembentukan dalam melaksanakan kebebasan. Inilah tugas yang mendesak. Begitu sering kebebasan ditampilkan sebagai upaya yang tak kunjung henti untuk mencari kesenangan atau mencari pengalaman-pengalam an baru. Kalau demikian, ini penghukuman bukannya pembebasan! Kebebasan sejati tidak pernah menghukum seseorang-khususnya seorang anak-untuk terus tak puasnya mengejar akan hal-hal yang baru. Dalam terang kebenaran, kebebasan yang otentik dialami sebagai jawaban definitif terhadap "ya" Allah kepada manusia, yang memanggil kita untuk memilih, bukan secara sembarangan, tetapi secara tahu dan mau, apa saja yang baik, benar dan indah. Oleh karena itu, orangtua, sebagai garda depan kebebasan itu, sambil secara bertahap memberikan kepada anak-anak kebebasan yang semakin besar, membawanya sampai kepada sukacita mendalam dari kehidupan itu (lih. Sambutan pada Pertemuan Internasional Keluarga, Valencia, 8 Juli 2006).

3. Kerinduan mendalam para orangtua dan guru untuk mendidik anak-anak di jalan keindahan, kebenaran dan kebaikan, dapat didukung oleh industri media sampai pada taraf manakala ia mendukung martabat manusia yang fundamental, mendukung makna sejati nilai perkawinan dan hidup keluarga, dan mendukung secara positif pencapaian tujuan hidup manusia. Maka, kebutuhan bagi media yang memiliki komitmen bagi pembinaan yang efektif dan komitmen bagi nilai etis yang standard, dilihat dengan perhatian khusus dan bahkan dengan sangat mendesak, bukan saja oleh para orangtua dan guru, tetapi juga oleh semua yang memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan.

Sambil menegaskan keyakinan, bahwa banyak orang yang terlibat dalam komunikasi sosial berkemauan untuk melakukan apa yang benar (lih. Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, Ethics in Communications, 4), kami harus juga mengakui, bahwa mereka yang bekerja di bidang ini berhadapan dengan "tekanan psikologis khusus dan dilema-dilema etik" (Aetatis Novae, 19), karena adakalanya mereka harus menyaksikan bahwa persaingan komersial telah memaksa para komunikator untuk menurunkan standard mutunya. Segala macam kecenderungan untuk menghasilkan program dan produksi, -termasuk film animasi dan video games,- yang dengan mengatasnamakan entertainment mengagungkan kekerasan dan memberikan potret tingkah laku yang anti-sosial atau yang merendahkan seksualitas manusia, adalah suatu kebejatan, dan hal itu harus semakin ditolak lagi, apabila program itu ditujukan bagi anak-anak dan remaja. Bagaimana dapat menjelaskan bahwa tayangan itu adalah suatu "hiburan" kepada begitu banyak kaum muda yang pada kenyataannya sedang mengalami sendiri penderitaan karena kekerasan, eksplotasi dan pelecehan?

Dalam kaitan ini, hendaknya semua pihak berusaha sungguh-sungguh untuk merenungkan betapa kontrasnya pertentangan antara Kristus yang "memeluk dan meletakkan tangan atas anak-anak itu dan memberkati mereka" (lih Mrk 10:16) dan dia "yang menyesatkan anak-anak ini ... yang lebih baik digantungi batu pada lehernya ..." (lih. Luk 17:2). Sekali lagi saya menghimbau para pemimpin industri media untuk mendidik dan mendorong para produsen untuk menjaga kebaikan-bersama, untuk menjunjung tinggi kebenaran, untuk melindungi martabat manusia secara pribadi dan untuk memajukan penghargaan terhadap kebutuhan-kebutuhan keluarga.

4. Gereja sendiri, dalam terang warta keselamatan yang dipercayakan kepadanya, adalah juga guru umat manusia dan Gereja senantiasa menyambut baik kesempatan untuk dapat memberikan bantuan kepada para orangtua, para pendidik, para komunikator dan juga kaum muda itu sendiri. Program-program paroki dan sekolah-sekolah Gereja dewasa ini haruslah menjadi yang terdepan di bidang pendidikan media. Dan di atas semuanya itu Gereja rindu untuk dapat membagikan visinya terhadap penghargaan martabat manusia, yang adalah juga pusat dari semula komunikasi antar manusia yang mulia.

"Sambil melihat dengan mata Kristus, Saya dapat memberikan kepada orang lain, jauh lebih banyak daripada apa yang menjadi kebutuhan lahiriah mereka; Saya dapat menunjukkan kepada mereka cintakasih yang sangat mereka dambakan itu" (Deus Caritas Est, 18).

Dikeluarkan di Vatikan, pada tanggal 24 Januari 2006, pada Pesta St Fransiskus dari Sales.


BENEDICTUS XVI

bahan liturgi misa:

DEWAN KEPAUSAN UNTUK KOMUNIKASI SOSIAL


Hari Komunikasi Sedunia

Tema:

"Anak-anak dan Media: sebuah Tantangan untuk Pendidikan"

20 Mei 2007

KOMENTAR / RENUNGAN


"Pendidikan media, sebagaimana halnya dengan pendidikan pada umumnya, menuntut pembentukan dalam melaksanakan kebebasan. Inilah tugas yang mendesak .... Kebebasan sejati tidak pernah menghukum seseorang-khususnya seorang anak-untuk terus tak puasnya mengejar akan hal-hal yang baru. Dalam terang kebenaran, kebebasan yang otentik dialami sebagai jawaban definitif terhadap "ya" Allah kepada manusia, yang memanggil kita untuk memilih, bukan secara sembarangan, tetapi secara tahu dan mau, apa saja yang baik, benar dan indah. Oleh karena itu, orangtua, sebagai garda depan kebebasan itu, sambil secara bertahap memberikan kepada anak-anak kebebasan yang semakin besar, membawanya sampai kepada sukacita mendalam dari kehidupan itu".

Dalam pesannya itu Paus Benedictus XVI memusatkan perhatiannya pada pendidikan pada umumnya dan pada masalah bagaimana pembinaan yang sesungguhnya dapat membantu anak-anak untuk belajar hidup dengan sungguh-sungguh bebas. Santo Bapa memperhatikan, bagaimana pengetahuan tentang bagaimana mereka menghayati kebebasan itu dalam konteks masyarakat di mana mereka sendiri berada, dapat membantu mereka untuk memperkembangkan kebahagiaan yang mendalam dalam hidup mereka. Cita-cita ideal ini merupakan tantangan yang besar, tetapi serentak juga memberikan pemahaman pada pengaruh yang sangat hebat dari pesan-pesan media komunikasi. Karena alasan itulah Santo Bapa menghimbau para anggota Gereja, keluarga-keluarga dan sekolah-sekolah, untuk memberikan pendidikan yang sungguh-sungguh efektif dalam penggunaan media komunikasi.

Pentinglah memperhatikan, bagaimana Paus Benedictus XVI mengajak kita semua untuk berani memasuki dunia komunikasi dan memilih dengan bijak mana yang terbaik bagi kita dan bagi penerus-penerus kita kelak. Santo Bapa sama sekali tidak mengajak kita untuk melarikan diri dari kenyataan media komunikasi. Kita semua ada di dalamnya.

Bapa Suci mengingatkan kita, bahwa anak-anak memerlukan pendampingan sebanyak mungkin ketika mereka berhadapan dengan media, karena di sana ada risiko, bahwa kadang-kadang mereka mengalami kebingungan antara mana yang memang kenyataan dan mana yang hanya fiksi. Idealnya adalah: para orangtua, para pendidik dan komunitas-komunitas paroki sungguh paham akan bahasa dan teknik-teknik yang dipergunakan oleh media, agar dengan demikian mereka sungguh-sungguh dapat selektif terhadap tawaran media ini, lalu dengan demikian mereka dapat membantu anak-anak untuk mempertimbangkannya , lalu bisa memilih sendiri dengan baik. Kriteria umum yang didasarkan pada prinsip-prinsip keindahan, kebaikan dan kebenaran akan dapat memberikan tuntunan arahan dalam memilih program, isi atau bahkan videogames.

Salah satu tujuan utamanya adalah juga untuk menghindarkan kesempatan-kesempat an, di mana anak-anak dapat terbawa ke hal-hal atau situasi-situasi yang bisa memiskinkan atau bahkan memperdaya anak-anak dengan kedok kebebasan, atau anak-anak terbawa ke keinginan yang tak habis-habisnya untuk mencari hal-hal baru, yang tokh, lama-kelamaan, akan ternyata tidak bisa memuaskan mereka atau tidak memberikan kebahagiaan yang sejati. Yang paling ideal adalah bahwa anak-anak sendiri dimampukan untuk belajar bagaimana mereka dapat memilih sendiri yang paling baik bagi mereka, yang dapat membantu mereka untuk bertumbuh dalam kegembiraan dan kebahagiaan: "Keindahan, yang merupakan semacam cerminan keilahian, memberi inspirasi dan menghidupkan hati dan budi kaum muda, sedangkan yang buruk dan yang kasar memberi dampak depresi bagi sikap dan perilaku.". Keindahan, "cerminan keilahian" ini, dapat membantu dan memberi inspirasi dalam penggunaan kebebasan secara bertanggung- jawab.

Pesan Paus itu juga terdiri dari himbauan kepada para pemimpin industri media untuk menunjukkan penghargaan kepada martabat manusia. Dengan menyadari akan sering terjadinya tekanan komersial yang hebat terhadap mereka yang bekerja di bidang ini, namun Pesan ini tetap menghimbau para produser: "untuk menjaga kebaikan bersama, untuk menjunjung tinggi kebenaran, untuk melindungi martabat manusia secara pribadi dan untuk memajukan penghargaan terhadap kebutuhan-kebutuhan keluarga".

BACAAN-BACAAN

BACAAN PERTAMA

Kis 1:1-11 "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku".

Ef 1:7-23 "Semoga Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu me-ngerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya" .

Kbj 9:1-9 "Sungguh, andaikata seseorang adalah sempurna diantara anak-anak manusia, tapi kebijaksanaan yang berasal dari padaMu tidak ada, niscaya ia tidak terbilang apa-apa".

MAZMUR TANGGAPAN

Mzm 46 "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti".

Mzm 23 "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku".

Mzm 75 "Kami bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kami bersyukur, dan orang-orang yang menyerukan nama-Mu menceritakan perbuatan-perbuatan -Mu yang ajaib".

BACAAN KEDUA

Ibr 9:24-28 "Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya".

Ibr 10:19-23 "Marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni".

2Kor 7:1-4 "Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah".

BACAAN INJIL

Luk 24:46-53 "Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku"

Luk 17:1-4 "Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia".

Mrk 10:13-16 "Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah".


DOA UMAT

Imam : Allah yang mahabelas-kasih. Kami berdoa kepadaMu dan mohon, agar kami dapat senantiasa setia kepada PutraMu, Sang Cahaya dunia dan Pangeran Perdamaian. Semoga Engkau juga berkenan penuntun kami dalam upaya kami untuk melindungi anak-anak dan keluarga-keluarga kami.

Marilah kita berdoa:

Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksi- Mu.

Pembaca : Marilah kita berdoa untuk Santo Bapa kita, Paus Benediktus XVI, agar supaya ia senantiasa mendapat kekuatan dari Allah dalam karyanya untuk mengkomunikasikan cintakasih Allah yang telah dinyatakan dalam Kristus, Tuhan, terutama dalam pelayanan bagi mereka yang miskin dan paling menderita,

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksi- Mu.

Pembaca : Untuk para Uskup, para Imam dan para Diakon, semoga pelayanan mereka bagi reksa pastoral Umat sungguh-sungguh mencerminkan pewartaan yang menyelamatkan dari Tuhan Yesus, yang mengasihi anak-anak dengan kasih yang sederhana dan rendah hati,

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksi- Mu.

Pembaca : Untuk semua komunitas-komunitas kita, agar kita yang menjadi warganya dapat melayani orang lain, dan dalam media komunikasi sosial, dapat menemukan sarana yang ampuh untuk evangeliasasi, kesaksian dan kemajuan rohani.

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksi- Mu.

Pembaca : Untuk mereka yang memegang tampuk pimpinan pemerintahan sipil, agar mereka dapat melaksanakan tugas mereka menjaga terjaminnya penggunaan sarana-sarana komunikasi sosial secara bertanggungjawab, terutama yang menyangkut kepentingan dan penghargaan terhadap anak-anak.

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksi- Mu.

Pembaca : Untuk para Orangtua dan para Guru, agar supaya mereka, baik di rumah maupun di sekolah, mampu meneruskan dan menanamkan di dalam diri anak-anak penghargaan yang mendalam terhadap kehidupan.

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksi- Mu.

Pembaca : Untuk anak-anak, teristimewa mereka yang menderita pelecehan dan tidak mendapat perhatian, semoga mereka dapat menemukan orang-orang yang dapat memberikan kehangatan, penghargaan dan kekeluargaan,

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksiMu.

Pembaca : Bagi para pemegang pimpinan sarana komunikasi sosial, semoga Roh Kudus menganugerahkan kepada mereka pencerahanNya yang menguduskan, kebijaksanaan yang membangun, dan terutama kerinduan untuk memperjuangkan martabat manusia yang luhur,

Marilah kita berdoa:

Umat : Tuhan, ajarilah kami menjadi saksi-saksiMu.

Imam : Allah, Bapa yang Mahabaik, terimalah dengan rela doa-doa yang kami unjukkan kepadaMu, sehingga, melalui pengantaraan Santa Perawan Maria, Bunda Allah dan Bunda kami, kami dapat belajar untuk menjadi saksi-saksiMu, dengan memanfaatkan sarana-sarana yang Kau anugerahkan kepada kami melalui ciptaan-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.

Umat : Amin.



=========

http://mirifica. net/wmview. php?ArtID= 3863

salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ
------------ --------- --------- --------- --------- ---
*** Semoga Hati Yesus merajai hati kita ***

ROSARIO AKTIF TANPA KEKERASAN

Dalam nama Bapa & Putera & Roh Kudus,
A. Aku Percaya
B. Bapa Kami
C. * Jadikan aku Pencinta Perdamaian
- Salam Maria
* Jadikan aku Pembawa Perdamaian
- Salam Maria
* Jadikan aku Pejuang Perdamaian
- Salam Maria


1. Bapa Kami
“Aku datang membawa hidup, agar kamu memilikinya dalam kepenuhan” (Bdk. Yoh 10:10)
Salam Maria (10 kali)
- Kemuliaan
- Terpujilah

2. Bapa Kami
“Tidak mungkin mengasihi Allah yang tak kelihatan, jika tidak mengasihi saudaranya yang kelihatan” (Bdk. Mat 22: 34-40)
Salam Maria (10 kali)
- Kemuliaan
- Terpujilah

3. Bapa Kami
“Berbahagiah yang membawa damai, sebab dia disebut anak Allah” (Bdk. Mat 5: 8)
Salam Maria (10 kali)
- Kemuliaan
- Terpujilah

4. Bapa Kami
“Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, Tetapi balaslah dengan kebaikan” (Bdk. Rm 12:17-21 )
Salam Maria (10 kali)
- Kemuliaan
- Terpujilah

5. Bapa Kami
“Aku ini hamba Tuhan, Jadilah padaku menurut perkataanMu” (Bdk. Luk 1:38)
Salam Maria (10 kali)
- Kemuliaan
- Terpujilah

> Crt by: Rm. Joseph Adi Wardaya, SJ & Rm. Hugo Susdiyanto, O.Carm

Three Trees

Once there were three trees on a hill in a woods.
They were discussing their hopes and dreams when
the first tree said "Someday I hope to be a trea-
sure chest."

"I could be filled with gold, silver and precious
gems. I could be decorated with intricate carving
and everyone would see the beauty."

Then the second tree said "Someday I will be a-
mighty ship. I will take kings and queens across
the waters and sail to the corners of the world.
Everyone will feel safe in me because of the
strength of my hull."

Finally the third tree said. "I want to grow to
be the tallest and straightest tree in the forest.
People will see me on top of the hill and look-
up to my branches, and think of the heavens and
God and how close to them I am reaching. I will
be the greatest tree of all time and people will
always remember me."

---

After a few years of praying that their dreams
would come true, a group of woodsmen came upon
the trees. When one came to the first tree he
said, "This looks like a strong tree, I think
I should be able to sell the wood to a carpenter."
and he began cutting it down. The tree was happy,
because he knew that the carpenter would make him
into a treasure chest.

At the second tree a woodsman said, "This looks
like a strong tree, I should be able to sell it
to the shipyard." The second tree was happy
because he knew he was on his way to becoming
a mighty ship.

When the woodsmen came upon the third tree,
the tree was frightened because he knew that
if they cut him down his dreams would not come
true. One of the woodsman said, "I don’t need
anything special from this tree so I’ll take
this one and he cut it down."

---

When the first tree arrived at the carpenters,
he was made into a feed box for animals. He was
then placed in a barn and filled with hay. This
was not at all what he had prayed for.

The second tree was cut and made into a small
fishing boat. His dreams of being a mighty ship
and carrying kings had come to an end.

The third tree was cut into large pieces and
left alone in the dark.

---

The years went by, and the trees forgot about
their dreams. Then one day, a man and women came
to the barn. She gave birth and they placed the
baby in the hay in the feed box that was made
from the first tree.

The man wished that he could have made a crib
for the baby, but this manger would have to do.
The tree could feel the importance of this event
and knew that it had held the greatest treasure
of all time.

Years later, a group of men got in the fishing
boat made from the second tree. One of them was
tired and went to sleep.

While they were out on the water, a great storm
arose and the tree didn’t think it was strong
enough to keep the men safe.

The men woke the sleeping man, and he stood
and said "peace" and the storm stopped.

At this time, the tree knew that it had carried
the King of Kings in it’s boat.

Finally, someone came and got the third tree.
It was carried through the streets as the people
mocked the man who was carrying it.

When they came to a stop, the man was nailed to
the tree and raised in the air to die at the
top of a hill.

When Sunday came, the tree came to realize that
it was strong enough to stand at the top of the
hill and be as close to God as was possible,
because Jesus had been crucified on it.

---


The moral of this story is that when things don’t
seem to be going your way, always know that God
has a plan for you.

If you place your trust in Him, He will give you
great gifts. Each of the trees got what they
wanted, just not in the way they had imagined.

Bacaan 9 May 2007

Kisah Para Rasul 15 : 1 - 6

Kis 15 : 1
Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada
saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat
yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan. "

Kis 15 : 2
Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat
mereka itu. Akhirnya ditetapkan supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa
orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua
di Jerusalem untuk membicarakan soal itu.

Kis 15 : 3
Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan
melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceritakan
tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal ALLAH. Hal itu sangat
menggembirakan hati saudara-saudara di situ.

Kis 15 : 4
Setibanya di Jerusalem, mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul
dan penatua-penatua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang ALLAH
lakukan dengan perantaraan mereka.

Kis 15 : 5 - 6
Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya,
datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan
untuk menaati hukum Musa." Maka bersidanglah rasul-rasul dan
penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.


Yohanes 15 : 1 - 8

Yoh 15 : 1 - 2
"AKU-lah pokok anggur yang benar dan BAPA-KU lah pengusahanya. Setiap
ranting pada-KU yuang tidak berbuah dipotong-NYA dan setiap ranting yang
berbuah dibersihkan- NYA, supaya ia lebih banyak berbuah."

Yoh 15 : 3 - 4
"Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah KU-katakan kepadamu.
Tinggallah didalam AKU, dan AKU didalam kamu. Sama seperti ranting tidak
dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok
anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal
didalam AKU."

Yoh 15 : 5
"AKU-lah pokok anggur, dan kamu ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal
didalam AKU dan AKU didalam dia, ia berbuah banyak, sebab diluar AKU, kamu
tidak dapat berbuat apa-apa."

Yoh 15 : 6
"Barangsiapa tidak tinggal didalam AKU, ia dibuang ke luar seperti ranting
dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan kedalam api
lalu dibakar."

Yoh 15 : 7
"Jikalau kamu tinggal didalam AKU dan firman-KU tinggal didalam kamu,
mintalah apa yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. "

Yoh 15 : 8
"Dalam hal inilah BAPA-KU dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan
dengan demikian kamu adalah murid-murid- KU."

God Calling 8 May

ISTIRAHAT TUHAN

Aku membimbingmu. Jalan yang harus engkau tempuh
jelas. Majulah terus tanpa rasa takut. Aku berada di
sampingmu. Dengarkanlah, dengarkanlah, dengarkanlah
SuaraKu. TanganKu mengontrol segala sesuatu.

Ingatlah bahwa Aku dapat bekerja lebih baik melalui
engkau kalau engkau dalam keadaan beristirahat.
Berjalanlah dengan sangat perlahan-lahan, dengan
sangat tenang dari satu kewajiban ke kewajiban yang
lain, mengambil waktu untuk beristirahat dan berdoa di
antaranya.

Jangan terlalu sibuk. Kerjakanlah semuanya secara
teratur sesuai urutan seperti yang Aku katakan.
Istirahat Tuhan berada dalam alam yang lebih tinggi
dari aktivitas manusia. Kunjungilah alam ini
seringkali, dan engkau betul akan mendapatkan Damai
dan Suka cita.

Semua pekerjaan yang merupakan hasil istirahat di
dalam Tuhan adalah pekerjaan mukjijat. Tuntutlah kuasa
untuk melakukan mukjijat, kamu berdua.

Ketahuilah bahwa engkau dapat melakukan segala sesuatu
melalui Kristus yang menguatkan engkau. Tidak, bahkan
lebih, ketahuilah bahwa engkau dapat melakukan segala
sesuatu melalui Kristus yang memberi istirahat kepadamu.

Renungan 8 May

"Apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu"

(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)

Ign.Sumarya SJ

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku" (Yoh 14:27-31a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· "Bersih diri dan bersih lingkungan", demikian salah satu program kegiatan pemerintahan Orde Baru. Program kegiatan tersebut adalah 'membersihkan alias mem-PHK' pegawai atau pejabat pemerintah yang 'berbau PKI', maka mereka yang pernah ikut kegiatan PKI atau anak-cucu dari leluhur anggota PKI dipecat sebagai pegawai atau pejabat pemerintah. Konon tujuan program kegiatan tersebut adalah kesejahteraan dan kedamaian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dampak dari program kegiatan ini antara lain pengangguran yang juga berakibat dengan tindakan jahat untuk mempertahankan hidup. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.", demikian sabda Yesus. Yang diberikan atau diwartakan oleh Yesus adalah 'kasih pengampunan' , sementara itu dunia (Negara) mewartakan 'balas dendam'. 'Kasih pengampunan' Tuhan kiranya telah kita terima secara melimpah-ruah melalui orangtua dan sesama kita dalam hidup sehari-hari, maka baiklah kita meneladan Yesus dalam mewartakan kasih pengampunan. Hemat saya yang dapat membuat damai sejahtera sejati adalah kasih pengampunan. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness' (Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan) , demikian pesan Perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millennium Ketiga. Mewartakan kasih pengampunan berarti tinggal meneruskan apa yang telah kita terima secara melimpah-ruah, maka tidak sulit alias mudah. Kepada anda sekalian yang telah menerima balas dendam kami ajak untuk membalas atau menanggapi dengan 'kasih pengampunan' .

· "Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kis 14:22), demikian berita perihal Paulus dan Barnabas. Rasanya berita ini layak kita tanggapi secara positif, artinya marilah kita bertekun di dalam iman meskipun untuk itu harus mengalami banyak sengsara. Memang dalam hidup bersama yang masih sarat dengan aneka macam bentuk kemesorotan moral saat ini bertekun dalam iman pasti akan mengalami banyak tantangan dan hambatan. Namun demikian marilah kita tidak gelisah, takut dan gentar ketika mengalami tantangan, hambatan atau sengsara, karena sebagai murid-murid atau pengikut Yesus kita dapat meneladan Dia, yang telah menempuh jalan sengsara dan penderitaan sampai wafat di kayu salib. Sengsara, derita dan salib sebagai konsekwensi dari kesetiaan dan ketaatan kita pada iman, panggilan dan tugas perutusan merupakan jalan menuju hidup damai sejahtera sejati, maka marilah kita hayati dengan rendah hati, gembira dan ceria. Dengan rendah hati, gembira dan ceria kita akan kuat menghadapi tantangan, hambatan dan sengsara, bahkan dapat mengatasinya. Memang untuk itu kita harus meneladan Yesus yang telah menyerahkan Diri kepada Allah dan dunia, artinya dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan menghayati dan melaksanakan panggilan maupun tugas perutusan. Kita persembahkan, kerahkan hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tubuh kita sepenuhnya pada panggilan dan tugas perutusan. Dengan mempersembahkan diri seutuhnya kita tidak akan dimiskinkan melainkan diperkaya, tentu saja kaya akan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan atau membahagiakan jiwa. Ingat: suami-isteri yang sungguh saling mempersembahkan diri (sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh) telah melahirkan kegembiraan atau hidup baru yang menggembirakan.

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan- Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu" (Mzm 145:10-12)

Jakarta, 8 Mei 2007

Monday, May 7, 2007

God Calling 7 May

MELAWAN ARUS

Pendayung yang percaya kepadaKu, tidak menggantungkan
diri pada dayungnya dan mengikuti arus, mempercayakan
diri pada arus.

Tidak, lebih sering – sekali Aku menunjukkan Jalan
kepadamu – engkau harus memakai seluruh tenaga dan
usahamu untuk mendayung melawan arus. Dan walaupun
kesukaran-kesukaran muncul, dengan usahamu mereka akan
teratasi. Tetapi selalu kekuatan dan Suka Cita dalam
melakukannya dapat engkau peroleh melalui Aku.

Rasul-rasulKu yang adalah nelayan tidak mendapat ikan
langsung tersedia di pantai di dalam jala mereka. Aku
mempergunakan usaha manusia dan memberkatinya. Aku
membutuhkan usaha manusia, dia membutuhkan berkatKu.
Kerja sama ini yang menghasilkan sukses.

Renungan 7 May

"Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku"

(Kis 14:5-18; Yoh 14:21-26)

Ign.Sumarya SJ

"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh 14:21-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Entah berapa banyak nasihat, saran atau perintah baik yang telah kita terima sampai kini melalui orangtua, teman, guru/pendidik, atasan dst.., kiranya kita tidak dapat menghitung atau bahkan telah kita lupakan semuanya. Ada rumor bahwa nasihat, saran atau perintah tersebut masuk melalui telinga kiri dan langsung keluar melalui telinga kanan, karena orang kurang atau tidak sungguh mendengarkannya. Keutamaan 'mendengarkan' memang pernting sekali; 'mendengarkan' merupakan kegiatan salah satu dari pancaindera yang pertama kali aktif dan berfungsi -> bayi sejak masih dalam kandungan atau rahim ibu sudah dapat mendengarkan, dan apa yang ia dengarkan membentuk kepribadiannya. Sayang keutamaan 'mendengarkan' tersebut semakin tambah usia anak/manusia yang bersangkutan sering semakin berkurang. "Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya", demikian sabda Yesus. Kiranya untuk dapat 'memegang dan melakukan perintah', pertama-tama kita harus sungguh mendengarkan perintah tersebut dengan rendah hati, artinya dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh yang terbuka. Kami yakin jika kita memiliki hati, jiwa, akal budi dan tubuh yang baik dan sehat, ketika mendengarkan 'sesuatu' kita pasti akan tergerak untuk bertindak. Untuk melatih dan membina keutamaan 'mendengarkan' antara lain dengan membiasakan diri melakukan 'pemeriksaan batin' (examen conscientiae) setiap hari. Dalam dan melalui 'pemeriksaan batin' kita akan mengalami apa yang disabdakan YesusL "Roh Kudus.yang akn mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu". Marilah kita perdalam dan tingkatkan keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup sehari-hari kita.

· "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya" (Kis 14:15), demikian kata Paulus. Kita semua adalah manusia biasa seperti Paulus, manusia yang lemah dan rapuh, maka ketika ada perbuatan baik atau 'mujizat' yang terjadi melalui cara bertindak atau perilaku kita semata-mata merupakan karya Allah. Demikian juga ketika kita berani mengingatkan saudara atau sesama untuk 'meninggalkan perbuatan sia-sia dan berbalik kepada Allah yang hidup' semata-mata merupakan karya Allah dalam diri kita yang rapuh dan lemah. Kita dipanggil untuk 'memberitakan Injil/Kabar Gembira dan mengajak orang meninggalkan perbuatan sia-sia dan berbalik kepada Allah'. Rasanya panggilan atau tugas perutusan ini dapat kita lakukan pertama-tama dan terutama melalui kesaksian iman kita, sebagai 'yang memegang perintah Allah dan melakukannya' , dengan kata lain melalui atau dengan tindakan/perbuatan nyata bukan wacana atau omongan. Percayalah di dunia ini lebih banyak orang baik daripada orang jahat, lebih banyak yang berkehendak baik daripada berkehendak jahat. Marilah kita bangkitkan kehendak baik mereka menjadi tindakan atau perbuatan dengan dan melalui kesaksian iman kita, melalui teladan perbuatan atau perilaku baik. Orang yang berkehendak baik melihat perbuatan atau perilaku baik pasti akan tergerak untuk menggabungkan diri berbuat baik. Semoga dengan perbuatan atau perilaku baik kita semakin banyak orang 'meninggalkan perbuatan sia-sia dan berbalik kepada Allah yang hidup'.

"Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia" (Mzm 115:15-16)

Jakarta, 7 Mei 2007

Sunday, May 6, 2007

God Calling 6 Mei

KEBERANIAN SURGAWI

Jalan ini panjang dan melelahkan. Ini adalah dunia
yang lelah. Begitu banyak orang merasa lelah.
“Datanglah kepadaKu dan Aku akan memberi kelegaan
kepadamu”.

Anak-anakKu yang mau berdiri di bawah benderaKu,
engkau harus melihat bahwa di atas bendera itu
tertulis kata-kata “Anak Manusia”.
Apapun yang dirasakan dunia, harus Aku rasakan juga,
Aku, Anak Manusia. Kamu adalah pengikut-pengikutKu ,
jadi engkau harus berbagi kelelahan manusia, yang
letih lesu dan berbeban berat harus datang kepada kamu
dan mendapat kelegaan yang engkau dapatkan di dalam
Aku.

Anak-anakKu, pengikutKu harus bersedia tidak untuk
duduk di sebelah kananKu dan di sebelah kiriKu, tetapi
untuk turut minum dari cawan yang Aku pakai untuk
minum.

Dunia yang malang, ajarilah dia bahwa hanya ada satu
penyembuhan dari segala kemalangan yaitu Persatuan
dengan Aku. Beranilah untuk menderita, beranilah untuk
menaklukkan, dipenuhilah engkau dengan keberanian
SurgawiKu. Ingatlah itu. Tuntutlah yang tidak mungkin.
Yang dikira tidak mungkin oleh dunia, bisa menjadi
milikmu. Ingatlah anak-anakKu, Keberanian Surgawi.

Renungan Mg Paskah V

Mg Paskah Vc : Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34- 35

"Kamu adalah murid-murid- Ku jikalau kamu saling mengasihi".

Ign.Sumarya SJ

Jenis dan kualitas pohon dapat dikenal dari buahnya, demikian kata sebuah nasihat, sebagaimana disabdakan oleh Yesus : "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Mat 12:33). Senada dengan nasihat ini orang Jawa juga memiliki motto atau pegangan hidup lebih-lebih terkait dengan masa depan keturunan, maka dalam mencari pasangan hidup atau calon suami atau isteri bermotto ini: bibit, bebet, bobot. Bibit secara harafiah berarti asal-usul atau dari keturunan macam apa, sedangkan bebet berarti lingkungan keluarga dan bobot adalah kekayaan. Dengan memilih bibit, bebet dan bobot yang baik mereka berharap masa depan akan hidup bahagia dan sejahtera. Namun hemat saya yang menjamin hidup bahagia dan sejahtera adalah cintakasih, sebagaimana disabdakan oleh Yesus : " Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yoh 13:34). Maka marilah kita sebagai murid-murid atau pengikut Yesus mawas diri perihal perintah Yesus untuk saling mengasihi dalam hidup, kerja dan pelayanan kita setiap hari.

"Semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid- Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yoh 13:35)

Kita semua diciptakan oleh Allah, diadakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing, dimana bapak-ibu saling mengasihi dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan tubuh, yang secara konkret bapak-ibu bersetubuh sebagai perwujudan kasih dan menghasilkan buah antara lain saya saat ini. Masing-masing dari kita juga 'yang terkasih', dan hanya karena dan oleh kasih kita dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagai manusia seperti saat ini. Rasanya semua orang tahu bahwa setiap anak manusia diadakan, dilahirkan dan dibesarkan oleh dan dalam kasih. Memang kedalaman atau kualitas bapak-ibu kita mungkin berbeda sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan apa itu kasih.

Jika kita menyadari dan menghayati bahwa kita berasal dari kasih dan dibesarkan oleh dan karena kasih, kiranya panggilan atau tugas dari Yesus untuk saling mengasihi tidak sulit. Apa itu kasih? Perkenankan saya mengajak mawas diri apa itu kasih sebagaimana dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus : "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7)

Secara khusus saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri salah satu cirikhas kasih tersebut di atas yaitu " tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain". Mengapa cirikhas kasih ini saya pilih dan angkat, karena mencermati masih maraknya orang untuk marah dan menyimpan kesalahan sesamanya yang menyebabkan hidup bersama tidak bahagia dan sejahtera. Tindakan marah dan menyimpan kesalahan orang lain hemat saya merupakan pelecehan harkat martabat sesama, merendahkan yang lain atau melanggar hak asasi. Banyak orang marah juga tidak pada tempatnya, artinya ia memarahi orang yang tidak bersalah tetapi orang yang tidak tahu. Hemat saya mereka yang tidak tahu alias bodoh tidak boleh dimarahi, tetapi jika kita sungguh hidup saling mengasihi kita akan memberitahu dengan penuh kasih mereka yang tidak tahu alias bodoh. Memang memberitahu atau mengajar mereka yang bodoh tidak mudah, penuh tantangan dan hambatan, maka baiklah kita renungkan dan hayati nasihat di bawah ini.

"Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara." (Kis 14:22)

Ada tiga keutamaan yang saling kait terkait, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan yaitu iman, harapan dan kasih, dan yang terutama adalah kasih. Bertekun dalam iman atau kasih memang 'harus mengalami banyak sengsara', namun demikian kita diharapkan tetap berharap alias dengan gembira, ceria dan bergairah dalam menghadapi atau mengalami aneka macam bentuk sengsara atau derita sebagai konsekwensi kesetiaan iman dan kasih kita. Dalam hal kasih yang harus mengalami banyak sengsara namun tetap berharap ini, rasanya kita semua dapat mawas diri perihal pengalaman masa-masa pacaran dan tunangan serta bulan-bulan pertama laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi atau masa-masa persiapan hidup imamat dan membiara. Pada masa-masa itu rasanya banyak orang harus mengalami banyak sengsara namun tetap berharap alias tidak putus asa menghadapi aneka tantangan dan kesulitan dalam mengarungi panggilan hidup. Maka marilah kita 'back to basic' , menyegarkan semangat kita dengan kembali ke pengalaman dan pengahayatan masa-masa yang indah meskipun penuh tantangan dan penderitaan.

Tumbuh berkembang dalam iman, harapan dan kasih memang tak akan terlepas dari derita dan sengsara serta perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana terjadi pada kecambah yang baru tumbuh ditutupi dedaunan dan terus berjuang untuk mencari sinar.matahari yang menghidupkan. Demikian juga apa yang harus dialami jika kita ingin 'masuk ke dalam Kerajaan Allah' atau 'dirajai/dikuasai oleh Allah', mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak orang bertindak amoral atau lebih 'dirajai/dikuasai oleh setan'. Hendaknya kita tidak perlu takut dan gentar menghadapi tantangan dan derita serta marilah kita tetap bergairah dalam berjuang karena "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." ((Why 21:4)

Sekiranya ada tantangan atau hambatan dalam menghayati iman, harapan dan kasih, yang muncul dari setan, baiklah kita percaya atau imani bahwa Allah senantiasa dapat mengalahkan setan, sebagaimana telah terjadi dengan kebangkitanYesus dari mati. Maka selama kita bersama dan bersatu dengan Allah kita pasti akan dapat mengalahkan setan yang menggejala dalam aneka tantangan dan hambatan tersebut. Dalam hal ini kiranya kita juga boleh percaya dan menghayati sabda Yesus ini : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu" (Yoh 16:20-22). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan hemat saya lahir dari 'penderitaan' : sabar lahir dan diperdalam ketika harus menunggu, lemah lembut lahir dan diperdalam ketika harus mengalami kekerasan, tabah lahir dan diperdalam ketika menghadapi banyak tantangan dan hambatan, tekun dan teliti lahir dan diperdalam ketika menghadapi banyak tugas dan pekerjaan, dst..

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan- Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu " (Mzm 145:8-12)

Jakarta, 6 Mei 2007