Sunday, May 6, 2007

Renungan Mg Paskah V

Mg Paskah Vc : Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34- 35

"Kamu adalah murid-murid- Ku jikalau kamu saling mengasihi".

Ign.Sumarya SJ

Jenis dan kualitas pohon dapat dikenal dari buahnya, demikian kata sebuah nasihat, sebagaimana disabdakan oleh Yesus : "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Mat 12:33). Senada dengan nasihat ini orang Jawa juga memiliki motto atau pegangan hidup lebih-lebih terkait dengan masa depan keturunan, maka dalam mencari pasangan hidup atau calon suami atau isteri bermotto ini: bibit, bebet, bobot. Bibit secara harafiah berarti asal-usul atau dari keturunan macam apa, sedangkan bebet berarti lingkungan keluarga dan bobot adalah kekayaan. Dengan memilih bibit, bebet dan bobot yang baik mereka berharap masa depan akan hidup bahagia dan sejahtera. Namun hemat saya yang menjamin hidup bahagia dan sejahtera adalah cintakasih, sebagaimana disabdakan oleh Yesus : " Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yoh 13:34). Maka marilah kita sebagai murid-murid atau pengikut Yesus mawas diri perihal perintah Yesus untuk saling mengasihi dalam hidup, kerja dan pelayanan kita setiap hari.

"Semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid- Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yoh 13:35)

Kita semua diciptakan oleh Allah, diadakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing, dimana bapak-ibu saling mengasihi dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan tubuh, yang secara konkret bapak-ibu bersetubuh sebagai perwujudan kasih dan menghasilkan buah antara lain saya saat ini. Masing-masing dari kita juga 'yang terkasih', dan hanya karena dan oleh kasih kita dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagai manusia seperti saat ini. Rasanya semua orang tahu bahwa setiap anak manusia diadakan, dilahirkan dan dibesarkan oleh dan dalam kasih. Memang kedalaman atau kualitas bapak-ibu kita mungkin berbeda sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan apa itu kasih.

Jika kita menyadari dan menghayati bahwa kita berasal dari kasih dan dibesarkan oleh dan karena kasih, kiranya panggilan atau tugas dari Yesus untuk saling mengasihi tidak sulit. Apa itu kasih? Perkenankan saya mengajak mawas diri apa itu kasih sebagaimana dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus : "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7)

Secara khusus saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri salah satu cirikhas kasih tersebut di atas yaitu " tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain". Mengapa cirikhas kasih ini saya pilih dan angkat, karena mencermati masih maraknya orang untuk marah dan menyimpan kesalahan sesamanya yang menyebabkan hidup bersama tidak bahagia dan sejahtera. Tindakan marah dan menyimpan kesalahan orang lain hemat saya merupakan pelecehan harkat martabat sesama, merendahkan yang lain atau melanggar hak asasi. Banyak orang marah juga tidak pada tempatnya, artinya ia memarahi orang yang tidak bersalah tetapi orang yang tidak tahu. Hemat saya mereka yang tidak tahu alias bodoh tidak boleh dimarahi, tetapi jika kita sungguh hidup saling mengasihi kita akan memberitahu dengan penuh kasih mereka yang tidak tahu alias bodoh. Memang memberitahu atau mengajar mereka yang bodoh tidak mudah, penuh tantangan dan hambatan, maka baiklah kita renungkan dan hayati nasihat di bawah ini.

"Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara." (Kis 14:22)

Ada tiga keutamaan yang saling kait terkait, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan yaitu iman, harapan dan kasih, dan yang terutama adalah kasih. Bertekun dalam iman atau kasih memang 'harus mengalami banyak sengsara', namun demikian kita diharapkan tetap berharap alias dengan gembira, ceria dan bergairah dalam menghadapi atau mengalami aneka macam bentuk sengsara atau derita sebagai konsekwensi kesetiaan iman dan kasih kita. Dalam hal kasih yang harus mengalami banyak sengsara namun tetap berharap ini, rasanya kita semua dapat mawas diri perihal pengalaman masa-masa pacaran dan tunangan serta bulan-bulan pertama laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi atau masa-masa persiapan hidup imamat dan membiara. Pada masa-masa itu rasanya banyak orang harus mengalami banyak sengsara namun tetap berharap alias tidak putus asa menghadapi aneka tantangan dan kesulitan dalam mengarungi panggilan hidup. Maka marilah kita 'back to basic' , menyegarkan semangat kita dengan kembali ke pengalaman dan pengahayatan masa-masa yang indah meskipun penuh tantangan dan penderitaan.

Tumbuh berkembang dalam iman, harapan dan kasih memang tak akan terlepas dari derita dan sengsara serta perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana terjadi pada kecambah yang baru tumbuh ditutupi dedaunan dan terus berjuang untuk mencari sinar.matahari yang menghidupkan. Demikian juga apa yang harus dialami jika kita ingin 'masuk ke dalam Kerajaan Allah' atau 'dirajai/dikuasai oleh Allah', mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak orang bertindak amoral atau lebih 'dirajai/dikuasai oleh setan'. Hendaknya kita tidak perlu takut dan gentar menghadapi tantangan dan derita serta marilah kita tetap bergairah dalam berjuang karena "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." ((Why 21:4)

Sekiranya ada tantangan atau hambatan dalam menghayati iman, harapan dan kasih, yang muncul dari setan, baiklah kita percaya atau imani bahwa Allah senantiasa dapat mengalahkan setan, sebagaimana telah terjadi dengan kebangkitanYesus dari mati. Maka selama kita bersama dan bersatu dengan Allah kita pasti akan dapat mengalahkan setan yang menggejala dalam aneka tantangan dan hambatan tersebut. Dalam hal ini kiranya kita juga boleh percaya dan menghayati sabda Yesus ini : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu" (Yoh 16:20-22). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan hemat saya lahir dari 'penderitaan' : sabar lahir dan diperdalam ketika harus menunggu, lemah lembut lahir dan diperdalam ketika harus mengalami kekerasan, tabah lahir dan diperdalam ketika menghadapi banyak tantangan dan hambatan, tekun dan teliti lahir dan diperdalam ketika menghadapi banyak tugas dan pekerjaan, dst..

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan- Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu " (Mzm 145:8-12)

Jakarta, 6 Mei 2007

No comments: