Wednesday, May 9, 2007

Renungan 9 May

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya"

(Kis 15:1-6; Yoh 15:1-8)

Ign.Sumarya SJ

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan- Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid- Ku." (Yoh 15:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sarana-prasarana komukasi tumbuh berkembang dengan cepat, sehingga dengan mudah dan cepat orang dapat berkomunikasi, entah dengan tilpon/HP, email atau alat elektronik lainnya. Namun rasanya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan sarana-prasarana komunikasi tersebut tumbuh berkembang juga egoisme, dimana orang hanya mementingkan diri sendiri dan kurang peka terhadap yang lain atau sesamanya. Komunikasi yang terjadi bersifat dangkal serta materialistis, sehingga tidak atau kurang ada komunikasi hati, budi dan jiwa yang membangun dan memperdalam kesatuan budi dan hati antar pribadi, yang memudahkan orang untuk bersatu dan berkomunikasi dengan Tuhan, Yang Ilahi. Dengan kata lain nampaknya umat beriman atau beragama kurang berdoa, menjalin relasi mesra dengan Tuhan. Maka menanggapi sabda Yesus sebagaimana diwartakan hari ini, marilah kita sebagai murid-murid Yesus atau ranting senantiasa 'bersatu dan tinggal di dalam Dia' yang menjadi nyata dalam perilaku/tindakan atau omongan/wacana. , sehingga cara hidup kita menghasilkan 'buah-buah' atau keutamaan-keutamaan /nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai itu antara lain "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), yang mendesak dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama pada masa kini. Jika hidup bersama kita, entah di dalam keluarga/komunitas, tempat kerja/kantor atau masyarakat serta pergaulan sungguh dijiwai oleh keutamaan atau nilai tersebut rasanya kebersamaan hidup kita sungguh 'memuliakan Allah' dan kita layak disebut sebagai orang beriman sejati atau murid-murid Yesus Kristus.

· "Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka" (Kis 15:4), demikian berita tentang Paulus dan Barnabas di hadapan saudara-saudarinya. Paulus dan Barnabas 'menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka' dan dengan demikian mereka disambut dengan gembira oleh jemaat serta rasul-rasul dan penatua-penatua. Kita semua dipanggil untuk bertindak seperti Paulus dan Barnabas dengan 'menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan kita, orang yang lemah dan hina dina'. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mewartakan Kabar Baik/Gembira, apa-apa yang baik dan menggembirakan, bukan yang jahat dan jelek yang membuat orang lain sedih dan kecewa. Apa yang baik pada umumnya menggairahkan atau menumbuh-kembangkan serta menyelamatkan. Ingatlah bahwa setiap bertemu atau berjumpa dengan orang lain atau sesama, kita sering memberi/mengucapkan 'Selamat' (Selamat pagi, selamat makan, selamat jalan, selamat bekerja dst..), yang berarti kita menyampaikan keselamatan dan mengharapkan sesama kita selamat, damai sejahtera. Semoga kebiasaan memberi 'selamat' tersebut tidak hanya manis di bibir, sebagai sopan santun belaka, melainkan merupakan ungkapan hati dan jiwa yang tulus dan suci, sehingga sapaan 'selamat' menusuk hati dan menggerakkan orang yang menerima ucapan 'selamat' untuk semakin mendekatkan diri pada Allah, Yang Ilahi, dan pada gilirannya mereka kemudian juga 'menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka'. Marilah kita galang dan perdalam persaudaraan atau persaahabatan sejati, marilah kita saling bersalam-salaman.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."

(Mzm 122:1)

Jakarta, 9 Mei 2007

No comments: