Monday, April 30, 2007

Renungan 30 April

"Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dalam segala kelimpahan"

(Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10)

Ign.Sumarya SJ

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yoh 1:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam kunjungan pastoral ke Negara yang didatangi, begitu keluar dari pintu pesawat terbang, menuruni tanggap pesawat, Paus Yohanes Paulus II senantiasa kemudian berlutut mencium tanah Negara yang bersangkutan. Dalam acara resmi Paus juga sering menyimpang dari protokoler, yang begitu ketat. Cara bertindak yang demikian ini kiranya mau meneladan cara bertindak Penyelamat Dunia, Yesus, yang melepaskan ke Allah-anNya dan menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa atau menghayati sabda Yesus "Siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba". Rasanya kita semua yang beriman kepada Yesus dipanggil untuk bertindak sama: "masuk pada orang/kelompok lain melalui pintu". Secara konkret hal ini antara lain dapat kita laksanakan dengan berusaha 'menjadi sama dengan orang atau kelompok' yang kita kunjungi atau datangi dan cara berpastoral yang baik memang 'mengunjungi' . Untuk itu kita harus berani dengan hati besar dan rela berkorban 'melepaskan kebesaran atau atribut-atribut' yang melekat pada kita. Kita adalah sama-sama manusia, sama-sama beriman, sama-sama karyawan, sama-sama warga Negara dst.. Ketika masing-masing dari kita dengan mendalam menghayati apa yang sama di antara kita, maka kita akan saling menghidupkan dan menggairahkan dan kita datang semunya mempunyai hidup dalam segala kelimpahan. Tentu saja cara bertindak yang demikian itu pertama-tama dituntut dari mereka yang merasa di atas atau menjadi pemimpin, sehingga kedatangan seorang atasan atau pemimpin menyebabkan bawahan atau anggota mempunyai hidup dalam segala kelimpahan, dan kedatangan atasan atau pemimpin senantiasa dirindukan. Rasanya cara demikian pernah terjadi secara konkret ketika Paus Yohanes Paulus II berkunjung di Yogyakarta: baik umat katolik yang berparitisipasi dalam Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Paus maupun masyarakat Yogya dan sekitarnya pada umum sungguh saat itu merasa mempunyai hidup dalam segala kelimpahan, karena mereka semua sungguh diuntungkan dalam kegiatan kunjungan pastoral Paus tersebut.

· "Kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."(Kis 11:18) Kutipan ini kiranya layak menjadi pedoman dan permenungan kita. Yesus adalah Penyelamat Dunia, kedatanganNya untuk menyelamatkan 'dunia seisinya', bukan hanya manusia saja, apalagi yang mengakui diri sebagai Kristen atau Katolik. Sebagai murid-murid atau pengiikutNya kita dipanggil untuk 'mendunia', berpartisipasi dalam seluk-beluk dan urusan duniawi setiap hari; tentu saja kedatangan atau kehadiran kita bukan untuk merusak melainkan untuk menyelamatkan. Maka dimana ada murid atau pengikut Yesus berada dan hadir maka situasi hidup menjadi damai, tenang, menggairahkan dan menyenangkan: semuanya hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan. Baiklah jika ada bagian dunia yang tidak/kurang selamat, damai dan sejahtera, kita berani mendatangi dan menyelamatkannya. Mungkin bagian dunia tersebut tidak terlalu jauh dari kita melainkan ada di sekitar kita, misalnya tempat tinggal/rumah atau tempat kerja/kantor, dimana setiap hari kita hidup dan sibuk. Kiranya kita semua berharap agar rumah maupun kantor kita sungguh menarik dan disukai oleh semua orang dan orang atau siapapun yang mendatangi rumah atau kantor kita merasa hidup, bahkan kemudian mempunyai hidup dalam segala kelimpahan. Marilah kita galang dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

(Mzm 42:2-3)

Jakarta, 30 April 2007

Bacaan 30 April 2007

Kisah Para Rasul 11 : 1 - 18

Kis 11 : 1
Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa
lain juga menerima firman ALLAH.

Kis 11 : 2 - 3
Ketika Petrus tiba di Jerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat
berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah
orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka."

Kis 11 : 4 - 6
Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut, katanya: "Aku
sedang berdoa di kota Yope, tiba-tiba rohku diliputi kuasa Ilahi dan aku
melihat suatu bentuk penglihatan; suatu benda berbentuk kain lebar yang
bergantung kepada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai didepanku.
Aku menatapnya dan didalamnya, aku lihat segala jenis binatang berkaki empat
dan binatang liar dan binatang menjalar dan burung-burung. "

Kis 11 : 7 - 8
Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku: "Bangunlah hai Petrus,
sembelihlah dan makanlah." Tetapi aku berkata: "Tidak, TUHAN, tidak, sebab
belum pernah sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke mulutku."

Kis 11 : 9 - 11
Akan tetapi untuk kedua kalinya suara dari Surga berkata kepadaku: "Apa
yang dinyatakan halal oleh ALLAH , tidak boleh engkau nyatakan haram!" Hal
itu terjadi sampai tiga kali, lalu semuanya terangkat ke langit. Dan
seketika itu juga tiga orang berdiri didepan rumah, di mana kami menumpang;
mereka diutus kepadaku dari Kaisarea.

Kis 11 : 12 - 14
Lalu kata Roh kepadaku: "Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang!" Dan
keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu,
dan ia menceritakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat
berdiri di dalam rumahnya dan berkata kepadanya: "Suruhlah orang ke Yope
untuk menjemput Simon yang disebut Petrus. Ia akan menyampaikan suatu
berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi
seisi rumahmu."

Kis 11 ; 15 - 16
Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama
seperti dahulu keatas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan TUHAN:
"Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."

Kis 11 : 17
"Jadi, jika ALLAH memberikan karunia-NYA kepada mereka sama seperti
kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimana
mungkin aku mencegah DIA?"

Kis 11 : 18
Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan
ALLAH, katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga ALLAH mengaruniakan
pertobatan yang memimpin kepada hidup."

Yohanes 10 : 1 - 10
Yoh 10 : 1 - 2
AKU berkata kepadamu: "Sesungguhnya siapa yang masuk kedalam kandang domba
dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembaok, ia adalah
seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi, siapa yang masuk melalui
pintu, ia adalah gembala domba."

Yoh 10 : 3
"Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan
ia memanggil domba-dombanya masung-masing menurut namanya dan menuntunnya
keluar."

Yoh 10 : 4 - 5
"Jika semua dombanya telah dibawanya keluar, ia berjalan didepan mereka dan
domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi,
seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya,
karena suara orang asing itu tidak mereka kenal."

Yoh 10 : 6
Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka
tidak mengerti apa maksudnya IA berkata demikian kepada mereka.

Yoh 10 : 7
Maka kata Yesus sekali lagi: "AKU berkata kepadamu, sesungguhnya AKU-lah
pintu ke domba-domba itu. Semua yang datang sebelum AKU adalah pencuri dan
perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka."

Yoh 10 : 9 - 10
"AKU-lah pintu; barangsiapa masuk melalui AKU, ia akan selamat dan ia akan
masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk
mencuri dan membunuh dan membinasakan; AKU datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

God Calling 30 April

MUSIM SEMI

Bersuka cita dalam musim semi. Buatlah musim semi di
dalam hatimu. Musim buah belum sampai tetapi sudah ada
janji dari mekarnya bunga.

Yakinlah bahwa hidupmu juga penuh janji-janji gembira.
Berkat berlimpah-limpah, suka cita dan hal-hal yang
indah dan ajaib akan menjadi milikmu.

Segalanya betul dalam keadaan baik-baik saja. Hiduplah
di dalam Cahaya MatahariKu dan di dalam KasihKu.

Sunday, April 29, 2007

God Calling 29 April

KETIDAKSELARASAN

Carilah maka kamu akan mendapat. Akan mendapat
pengetahuan rohani, yang akan membuat
persoalan-persoalan hidup menjadi jelas.

Kesukaran hidup disebabkan oleh ketidakselarasan di
dalam diri manusia. Di dalam KerajaanKu tidak ada
ketidakselarasan, itu hanya sesuatu yang belum
ditaklukkan di dalam murid-muridKu. Hukum KerajaanKu
adalah keteraturan yang sempurna, keselarasan yang
sempurna, kepatuhan yang sempurna, Kasih yang
sempurna, kejujuran yang sempurna, kepatuhan yang
sempurna – segala kuasa, segala kemenangan, segala
sukses.

Tetapi begitu sering pelayan-pelayanKu kekurangan
kuasa, kemenangan, sukses, perbekalan, keselarasan,
dan merasa Aku gagal memenuhi janjiKu karena hal-hal
ini tidak menjadi kenyataan dalam hidup mereka.

Hal-hal itu merupakan kenyataan keluar sebagai hasil
kepatuhan, kejujuran, keteraturanm kasih – dan hal-hal
itu diperoleh bukan sebagai jawaban doa-doa yang
mendesak, tetapi begitu alamiah seperti datangnya
sinar dari lilin yang dinyalakan.

Injil Minggu Paskah IV/C

Injil Minggu Paskah IV/C

Tgl. 29 April 2007 (Yoh 10:27-30)

MEMPERCAYAI = MEMPERCAYAKAN DIRI?

Rekan-rekan yang baik!
Orang serta-merta merasa aman bila mengenal siapa yang sedang dihadapi. Dan sebaliknya juga, gampang orang merasa terancam hal-hal yang tak dikenal. Injil Yohanes 10:27-30 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah IV tahun C ini menggambarkan keakraban antara Yesus dan pengikut-pengikutny a dengan memakai kiasan domba dan gembala. Ditawarkan dalam petikan ini analisis teologi mengenai hidup rohani. Orang merasa tenang di hadapan dia yang dapat membawakan hidup kekal. Tak ada kekuatan jahat apapun yang mampu menjauhkan darinya. Kepercayaan akan Yang Mahakuasa sendiri menjadi jaminan.

GEMBALA YANG BAIK

TANYA: Yoh 10 berbicara mengenai gembala yang baik dan menerapkannya kepada Yesus. Rasa-rasanya Yohanes mendapat ilham dari Perjanjian Lama?

JAWAB: Benar! Perjanjian Lama acap kali menggambarkan Tuhan sebagai gembala yang menjaga domba-dombanya, Mzm 23 contoh klasik. Orang yang berada di dekatNya tak perlu merasa kekurangan apapun. Lihat juga Mzm 28:2; 77:21; 78:52; Yer 23:3; 50:19. Yehezkiel maju lebih jauh. Ia berbicara mengenai Tuhan sebagai gembala yang membela umat dari para gembala yang menyalahgunakan kuasa, yakni para pemimpin yang hanya memperkaya diri, tidak peduli akan penderitaan rakyat dan bahkan menghisap, berlaku kejam dan membiarkan mereka kehilangan rasa aman. Lihat saja Yeh 34:1-10. Dan selanjutnya dalam Yeh 34:11-22, Ia sendiri akan mengumpulkan mereka yang tercerai berai, membebat luka, memberi rasa aman. Di dalam seluruh bab itu nabi Yehezkiel mengutarakan prinsip-prinsip moral sosial dan pengaturan masyarakat zamannya.

TANYA: Bisakah dikatakan Yoh 10 menerapkan gagasan Yehezkiel tadi bagi para murid Yesus?

JAWAB: Ya, tetapi Yohanes juga memberi arah baru. Ia tidak memperlawankan Yesus dengan gembala yang jahat, melainkan dengan "pencuri dan perampok" (ayat 1), dengan "orang asing" (ayat 5) dan dengan "orang upahan" (ayat 12-13). Yohanes tidak menampilkan dua tipe gembala seperti pada Yehezkiel. Hanya ada satu gembala saja, yakni Yesus sendiri. Memang ada orang-orang yang diminta mengurusi domba-domba. Ada yang sungguh baik, tapi ada yang bertindak sebagai orang upahan.

TANYA: Tolong dijelaskan lebih jauh!

JAWAB: Nabi Yehezkiel mengamati kehidupan sosial politik di Israel pada zaman pembuangan. Ia mengecam para pemimpin yang tak banyak berbuat bagi umat yang sedang kehilangan pegangan. Masalah yang dihadapi Yohanes berbeda. Banyak pengikut Yesus generasi pertama merasa kurang aman hidup di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Terintimidasi. Dan memang ada yang meninggalkan. Tapi ada pula yang bertekun. Yohanes memakai keadaan ini untuk menjelaskan apa itu "percaya" kepada Yesus dan bagaimana mereka bisa menghayatinya bila mereka memang memilih mau tetap bersamanya. Yohanes menekankan Yesus sebagai gembala yang baik untuk menunjukkan bahwa percaya kepada Yesus tidak sia-sia karena ia sendiri akan melindungi murid-muridnya dengan mempertaruhkan hidupnya. Semacam analisis teologi hidup rohani. Kelanjutan dari perkara ini ada dalam penugasan Petrus agar mengurusi domba-domba dalam Yoh 21:15-19 yang dibicarakan minggu lalu.

TANYA: Lalu apa arti penegasan bahwa tak ada yang dapat merenggut domba-domba dari Yesus?

JAWAB: Di situ ada pernyataan mengenai kebenaran mengikuti dia yang mau merujukkan kemanusian kembali dengan Yang Mahakuasa, yang disebut sebagai Bapa itu. Artinya, membuat orang makin menemukan diri merasa dimiliki oleh Yang Mahakuasa dan bukan dibawahkan kepada kuasa lain. Kiasannya, gembala yang baik berusaha membuat orang makin sadar akan hal itu. Orang upahan tidak. Pencuri dan perampok menjauhkan orang dari sana. Orang yang tak dikenal juga tidak menimbulkan rasa percaya.

TANYA: Dalam Yoh 10:27 dibicarakan "domba-dombaku mendengarkan suaraku dan aku mengenal mereka dan mengikut aku". Pernyataan ini berbicara mengenai keadaan tertentu atau dimaksud untuk mengajak orang percaya dan mengikut Yesus.

JAWAB: Kedengarannya memang seperti pernyataan biasa. Namun di dalam kalimat itu terkandung nuansa "akan dapat mendengarkan suaraku, akan dapat mengikut aku". Katakan saja, di samping berbicara mengenai apa adanya juga diutarakan apa yang bakal terjadi.

TANYA: Dan tentunya nuansa "harus mendengarkan. .."?

JAWAB: Tidak! Gagasan keharusan tidak muncul dalam kalimat aslinya. Seandainya mau disampaikan makna seperti itu, akan dipakai ungkapan yang jelas-jelas menunjuk ke sana..

TANYA: Jadi perkara mengikuti Yesus tidak bersangkutan dengan wilayah "keharusan"?

JAWAB. Benar. Bila keharusan menjadi pokok pembicaraan, seluruh pembicaraan mengenai gembala yang baik akan tawar.

MEMPERCAYAKAN DIRI: MASALAH BESAR BAGI ZAMAN INI

Tidak sulit menyadari bahwa dalam tahun-tahun belakangan ini kita sedang mengalami krisis kepercayaan dalam pelbagai lapis kehidupan di masyarakat, juga dalam kehidupan agama. Memang kepercayaan belum hilang. Kebutuhan untuk itu makin dirasakan. Sering kepercayaan diterjemahkan ke dalam tatacara pertanggungjawaban serta birokrasi atau serangkai kesetujuan yang diandaikan bakal dihormati sebagian besar anggota masyarakat. Tetapi itu ini semua acap kali tidak sungguh menjamin. Orang malah merasa sering tertipu oleh ulah mereka yang mendapat kepercayaan mengurusi pertanggungjawaban. Ada kolusi di kalangan pemerintahan. Peradilan kotor. Tak sedikit aparat yang kejam. Malah sekarang tak jarang orang makin merasa sulit mempercayakan diri pada kelembagaan yang dibuat untuk menjamin kepercayaan publik seperti halnya lembaga perwakilan sendiri. Juga kelembagaan nonpolitik seperti perkawinan, adat, dan lembaga keagamaan. Banyak orang merasa tidak ada pegangan yang jelas. Ada yang kembali ke cara-cara dulu yang dirasa lebih menjamin, ada yang makin jauh dari kebiasaan dan mencoba apa saja. Lambannya pembenahan aparatur negara serta perbaikan hidup di negeri ini menjadi pertanda bagi kenyataan yang diutarakan di atas: krisis kepercayaan dalam pelbagai lapis kehidupan. Apatisme mulai melumpuhkan inisiatif.

Masalah yang aktual di mana-mana itu diuraikan dengan rapi dan tajam tapi dengan bahasa sederhana oleh seorang filsuf, Onora O'Neill, dalam "BBC Reith Lectures 2002: A Question of Trust". (Lihat www.bbc.co.uk/ radio4/reith2002 untuk teks dan audio filenya.) Ditekankan, krisis kepercayaan tidak dapat dikurangi dengan jalan bersikap pasrah membuta. Mempercayakan diri baru mungkin bila dijalankan dengan "good judgment" atau ikhtiar yang sungguh. Namun untuk itu orang butuh informasi yang sepadan. Terutama pada zaman kita yang sarat macam-macam informasi dan data yang tidak jelas juntrungnya.

Pembicaraan sarjana etika di atas tidak secara khusus mengupas hubungan antara rasa percaya - "trust" - dan "iman" karena ini memang lebih termasuk bidang pastoral kehidupan beragama. Bagaimanapun juga tidak jarang kepercayaan terhadap kelembagaan (termasuk para pemimpin) disamakan dengan iman, atau di ujung lain, samasekali dipisahkan. Akan tetapi, mempercayai bertumpang tindih dengan mengimani. Iman tidak bisa berkembang sehat bila tidak disertai kepercayaan terhadap orang-orang serta kelembagaan yang bertanggung jawab mengusahakan hidup iman mendapat ungkapan yang cocok, baik secara doktrin maupun secara liturgi. Tetapi kepercayaan melulu malah akan membuat iman bersifat buta dan mengarah ke perpecahan dan akhirnya tidak ada yang betul-betul dipegang sebagai iman kecuali keyakinan-keyakinan pribadi yang diharapkan agar diikuti orang lain.

WARTA YOHANES BAGI ZAMAN SEKARANG

Tersirat dalam kata-kata "domba-dombaku mendengarkan suaraku....mengikut aku" (Yoh 10:27) suatu imbauan untuk ikut membantu agar orang dapat mengenali siapa yang diikuti itu. Istilahnya, menyediakan informasi yang dapat diterima nalar dan yang bisa membantu orang untuk percaya. Teringat Yohanes Pembaptis yang menunjukkan. memberi informasi kepada murid-muridnya, siapa Yesus itu, "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud.... " (Yoh 1:29-30). Kemudian ketika orang bertanya kepada Yesus sendiri di mana ia tinggal, jawabnya, "Mari ikut dan lihatlah!" (Yoh 1:38-39). Orang-orang yang diminta mengurusi domba-domba - seperti halnya Petrus dalam Yoh 21:15-19 - menjawab kebutuhan seperti ini. Orang upahan tidak. Mereka malah menyampaikan informasi yang palsu. Membodohi. Menyesatkan. Membiarkan orang dalam ketidaktahuan. Domba-domba akan merasa berhadapan dengan pihak-pihak yang tidak lagi dapat dikenali (Yoh 10:5) dan tak tahu bisa berbuat apa lagi. Tiada pegangan lagi. Keadaan ini mudah memburuk. Mereka akan mencari apa saja dan menjadi mangsa para "pencuri" dan para "perampok" (Yoh 10:1). Di Indonesia wacana mengenai keagamaan makin mbludag dan makin santer. Adakah yang dapat membantu memilah-milah dan memilih agar orang tidak jadi bulan-bulanan para penjaja informasi simpang siur, juga dalam bidang keagamaan? Ajakan tersirat Yohanes hari ini masih terdengar.

salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ

Saturday, April 28, 2007

God Calling 28 April

JALAN MEMUTAR

Aku membimbing melalui semak duri, melalui
tempat-tempat terlantar, melalui hutan belukar,
melalui gunung dan lembah. Tetapi kepemimpinanKu
selalu disertai Tangan yang menolong.

Betapa nikmat untuk mengikuti jejak Tuhan. Tetapi
ingatlah untuk bermacam-macam keadaan tidak berarti
engkau memerlukan bermacam-macam latihan.

Kita pergi mencari domba yang hilang, kita membawa
Kerajaan ke tempat-tempat di mana sebelumnya Kerajaan
itu tidak dikenal. Jadi sadarlah bahwa engkau
mendampingi Aku dalam misi abadiKu mencari jiwa-jiwa.
Aku tidak memilih jalan sulit dan melelahkan hanya
sekedar supaya sulit dan melelahkan; kita keluar
berjalan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Engkau
mungkin tidak melihat jiwa-jiwa yang kita cari. Aku
melihat dan mengenal mereka.

Friday, April 27, 2007

Cintailah Aku Sebagaimana Adanya Engkau

Aku mengenal kerapuhanmu , pergumulan dan penderitaan jiwamu
Kekurangan , kelemahan dan penyakit tubuhmu;
Aku mengenal takutmu, dan dosa-dosamu.
Walaupun begitu Aku tetap berkata kepadamu;
"Berikanlah hatimu kepadaKu, cintailah Aku sebagaimana adanya
Engkau..."

Jika engkau menantikan dahulu untuk menjadi seperti malaikat
dan kemudian menyerahkan dirimu kepada cinta
Engkau tidak akan pernah mencintai
Walaupun masih juga takut dalam menjalankan kewajiban
dan keutamaan, walaupun masih jatuh dan jatuh lagi,
Aku tidak mengijinkan engkau untuk tidak mencintai Aku.

Cintailah Aku seperti apa adanya engkau
Di setiap saat dan dalam situasi kondisi apapun,
dalam semangat atau kekeringan, dalam kesetiaan atau ketidaksetiaan,
Cintailah Aku seperti adanya engkau.

Aku menghendaki kasih dari hatimu yang miskin itu.
Jika engkau menunggu menjadi sempurna lebih dulu,
engkau tidak akan eprnah mencintai Aku
Tidak dapatkah Aku mengubah sebutir pasir dan menjadikannya
seorang serafin yang bercahaya kemurnian, kemuliaan dan cinta?
Bukankan Aku Yang Maha Kuasa

Jika Aku senang membiarkan berada dalam ketiadaaan
mahluk-mahluk yang sangat indah ini dan menyukai cinta yang sederhana
dari hatimu,
Bukankah Aku ini tuan atas cintaKu?

Putera-puteriKu
biarkan Aku mencintaimu., AKu merindukan hatimu
Memang Aku rindu untuk mengubah engkau dalam peredaran waktu,
tapi untuk sekarang ini ,
Aku mencntaimu begitu seperti adanya engkau...
dan Aku ingin agar engkau berbuat begitu juga.
Aku ingin melihat dari kerapuhan yang paling mendasar
lahirlah cinta. Aku mencintai dalam dirimu
Kelemahanmu juga, Aku ingin, agar dari jiwa - jiwa
yang tidak bersih keluarlah terus - menerus suatu seruan
" YESUS , AKU MENCINTAIMU "

Aku hanya menghendaki melodi hatimu,
Aku tidak membutuhkan baik ilmu maupun bakatmu,
Hanya satu hal saja yang Kurindukan
melihat engkau bekerja dengan cinta
Lakukan segala pekerjaanmu dengan sukacita
Demi cintamu kepadaKu
Pesembahkanklah segala yang kau lakukan untukKU
sebagai tanda cintamu kepadaKu.

Bukan keutamaan-keutamaanlah yang AKu rindukan,
Sebab seandainya Aku mengaruniakannya kepadamu
pastilah engkau yang begitu lemah akan mempergunakannya
untuk memupuk cinta diri yang egois; jangan cemas karena hal itu.
Sebenarnya Aku dapat menentukan kamu untuk hal - hal yang mulia
Tidak engkau akan menjadi hamba yang tidak berguna
malahan yang sedikit yang ada padamu akan Aku ambil....
karena Aku telah menciptakan kamu hanya untuk cinta

Hari ini Aku berada diambang pintu hatimu seperti seorang pengemis
Aku Raja dari segala raja! Aku mengetuk dan menanti
Bergegaslah , bukalah hatimu bagiKu
Jangan gunakan kerapuhanmu sebagai dalih
Seandainya engkau sungguh mengenal kekuranganmu
pasti engkau mati karena kesedihanmu
Apa yang akan dapat melukai hatiKu ialah sikapmu
yang ragu-ragu terhadapKu dan kurang percaya kepadaKu.

Aku ingin agar engkau membawa diriKu dalam hatimu
pada setiap jam di siang maupun malam hari.
Aku ingin agar engkau melakukan perbuatan yang paling kecil sekalipun
hanya demi cinta
Aku meletakkan keyakinanKu atas dirimu untuk menemukan kegembiraan.

janganlah engkau cemas karena tidak memiliki keutamaan
Aku akan berikan kepadamu segala yang Aku miliki
Apabila engkau menderita, Aku akan memberikan kekuatanKu

Engkau telah memberi cinta
Aku mengaruniakan kemampuan untk mencintai lebih daripada yang engkau
harapkan
Maka ingatlah, cintailah Aku seperti apa adanya engkau...
Aku telah memberi ibuKu , buatlah agar semua tindakanmu
melalui Hatinya yang tidak bernoda

Apa saja yang terjadi
janganlah menunggu menjadi suci untuk mempersembahkan dirimu kepada
cinta
Seandainya demikian engkau tidak akan pernah berhasil mencintaiKu.
Pergilah


(Aku yang mencintaimu)

TEACH ME HOW TO PRAY

Teach me to Pray
Please teach me, Lord ...
I want to know
Exactly how to pray.

I need some words
Which ones are right?
Please tell me what to say.

I've bowed my head
I have knelt down,But ...
should I be upright?

I've closed my eyes,
I've raised my hands,Or ...
should I fold them tight?

Do I stand up?
Should I sit down?
Dear Lord ... what do you like?

Are lights turned on
Or are they off?Maybe ...
candle light?
Wear my glasses?

Take them off?
Be at my desk or table?
Should I whisper?
Speak out loud?

Do I quote the Bible?
What do you think about the time?
Do You prefer the dawn?

Should I pray fast,
Or keep it slow?
Better short ... or long?

I'm new at this
What are the rules?
I want to do it right.

How do I know
You'll even hear
That I am in Your sight?

And while I sat there quietly,
Waiting for some sign,
I heard a gentle voice say,

"Oh, dearest child of mine ...
Do you think I really care
About the time of day,
Or whether you are standing up,
Or kneeling when you pray?"

"I don't care about your posture,
Or about the place you choose;
Just open up your soul to me,
I have no other rules.

Tell me what is in your heart,
And tell me what you seek;
Tell me of your sorrows,
And of those things that made you weak."

"Speak to me in private
About what concerns you most;
I know about your good deeds ...
You have no need to boast.

My child, you don't need lessons,
Just talk to me each day;
Tell me anything you want, dear child, Anyone can pray."


Author Unknown

BICARALAH DENGAN BAHASA HATI

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa
tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam
menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya
dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya
dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus
mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang
jauh di dalam dada anda.

God calling 27 April

MELIHAT KRISTUS

Aku berada di sampingmu. Apakah engkau tidak dapat
merasakan KehadiranKu? Kontak denganKu tidak dicapai
dengan bantuan panca indera. Kesadaran rohani
menggantikan penglihatan.

Kalau manusia melihat Aku dengan mata manusia tidak
berarti pengamatan rohaninya lebih tinggi. Tidak,
untuk jiwa itu, Aku harus menjembatani yang jasmani
dan yang rohani dengan penglihatan rohani, yang jelas
untuk mata manusia.

Ingatlah hal ini untuk memberi semangat kepada
murid-muridKu yang walaupun belum pernah melihat Aku,
tetapi yang mempunyai kesadaran rohani yang jelas
tentang Aku.

Renungan 27 April

"Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan."

(Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

Ign.Sumarya SJ

"Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. " Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat" (Yoh 6:52-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Petrus Kanisius hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pewahyuan atau penyingkapan 'sesuatu' yang semakin luas dan mendalam pada umumnya menimbulkan berbagai pertanyaan atau komentar/reaksi. Penyingkapan masalah korupsi pejabat tinggi yang telah lama tersembunyi menimbulkan gejolak di sana-sini. Demikian pula ketika Yesus menyingkapkan DiriNya bahwa 'dagingNya adalah benar-benar makanan dan darahNya benar-benar minuman yang menyelamatkan' , orang-orang Yahudi berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan". Memang jika tiada relasi kasih dan saling percaya segala macam bentuk penyingkapan akan menimbulkan kecurigaan atau pertanyaan, sebaliknya jika ada relasi kasih dan saling percaya, sebagaimana terjadi antar suami-isteri yang saling menelanjangi diri, maka penyingkapan merupakan perwujudan kasih yang menyelamatkan dan membahagiakan. Kita percaya bahwa ketika menerima komuni kudus dalam rupa roti berarti kita menerima 'Tubuh Kristus', dan dengan demikian kita sungguh dikuatkan dan diselamatkan atau digembirakan. Pengalaman penyingkapan dalam kasih dan saling percaya ini kiranya dapat menjadi modal atau kekuatan bagi kita untuk saling menyingkapkan atau membuka diri, sehingga tiada kepalsuan atau kebohongan dalam kebersamaan kita atau di antara kita. Dalam kasih dan saling percaya kiranya tiada ketakutan atau kekhawatiran apapun untuk saling terbuka satu sama lain, entah membuka hati, jiwa, akal budi maupun tubuh. Maka marilah dalam kasih dan saling percaya kita saling membuka diri atau menyingkapkan diri agar kita senantiasa hidup dalam kebahagiaan, kesegaran dan kebugaran dan dengan demikian 'akan hidup selama-lamanya' .

· "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." (Kis 9:17), demikian kata Ananias kepada Saulus, dan Saulus yang sebelumnya buta kemudian dapat melihat lagi. Karya kerasulan Petrus Kanisius terfokus pada bidang pendidikan, dan hemat saya karya pendidikan merupakan bentuk karya 'membuka mata para peserta didik/generasi muda untuk dapat lebih melihat dan penuh Roh Kudus'. Dengan dan melalui pengajaran serta kesaksian hidup para pendidik, para peserta didik dibuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaganya terhadap hal-hal yang sebelum belum mereka lihat. Maka dengan ini kami berseru dan mengingatkan para pendidik atau orangtua: marilah dengan rendah hati, tanpa takut dan gentar kita teruskan apa-apa yang baik dan yang dapat membekali peserta didik atau anak-anak. Marilah kita perkenalkan jalan-jalan benar dan baik menuju ke kehidupan dan kedewasaan sejati, ke pribadi cerdas beriman. Biarkanlah dalam dan dengan terang Roh Kudus para peserta didik atau anak-anak menumbuh-kembangkan sendiri apa yang mereka lihat dalam dan melalui pengajaran kesaksian pendidik atau orangtua. Petrus Kanisius juga dikenal sebagai pribadi yang setia pada tugas perutusan maupun Gereja, setia dalam meneruskan apa yang benar dan baik sesuai dengan ajaran Gereja. Melalui karya pastoral pendidikan atau sekolah kita semua juga diundang untuk meneruskan apa-apa yang baik dan benar, setia pada kebaikan dan kebenaran di tengah-tengah kemerosotan moral, kebohongan dan kesombongan yang masih marak pada masa kini. Marilah kita jiwai karya pendidikan kita, entah di sekolah maupun di dalam keluarga, dengan 'cintakasih dan kebebasan Injili'.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! "(Mzm 117)

Jakarta, 27 April 2007

Thursday, April 26, 2007

Choosing Your Life Partner

Choosing Your Life Partner

(Dr. John Chambers, Oct 10, 1998)
Introduction
Pilot illustration: it needs preparation and exercise, otherwise there will
be a disaster and many casualties.
Dalam memilih pasangan hidup kita sering tembak dulu, baru pikir kemudian.
Kalau sudah "fall in love" sudah sulit untuk berpikir obyektif.
Pasangan hidup harus dua-duanya dalam konteks citra Allah, saling mendorong
untuk melayani Tuhan. Jadi perlu tahu konteks dan arti pelayanan.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip hidup yang benar di mata Tuhan, itu akan
berguna untuk:
1. Pribadi kita sendiri dan keluarga kita
2. Menjadi berkat bagi orang lain
3. Nama Tuhan dipermuliakan
Ini berlaku untuk sebaliknya jika tidak mengikuti prinsip-prinsip yang
benar.

1. Need to know who I am (see topic: Singleness)

We are saved to serve Arti dalam mencari pasangan hidup adalah memenuhi
panggilan tersebut. Ini yang akan menjadi visi hidup, yaitu "to build a
life, not to find self-satisfaction."

2. Whose will do I want?

Apakah aku mau menyerahkan hidupku untuk Tuhan dalam hidup pribadiku, dalam
pernikahan, dan dalam rumah tangga? Ini artinya hidup yang tidak dikuasai
oleh sifat keakuan. Ini dicapai melalui proses, tidak bisa instant. Ini
bukanlah keputusan yang berdasarkan emosi sesaat saja, tapi adalah kemauan,
attitude of heart and mind and it becomes a habit of leaving.

Sifat keakuan ini ibarat semak liar yang selalu tumbuh setelah dipangkas.
Keakuan ini perlu selalu dibabat terus, hari demi hari. Kita perlu untuk
tunduk dihadapan Tuhan. Selama kita masih bernafas, keakuan (the desire of
the flesh) itu akan selalu ada.

Keputusan meninggalkan sifat keakuan itu akan menentukan sikap dan aspek
kehidupan kita. Setalah hubungan vertikal dengan Tuhan benar, hubungan
horisontal (dengan sesama dan lingkungan) akan beres juga.

Ibarat ban mobil, kalau ada satu lubang saja, seluruh ban akan kempes.
Hanya 1 aspek saja dalam kehidupan kita jatuh, seluruh hidup kita akan
terpengaruh dan menerima dampaknya (keinginan ber-fellowship hilang,
kerinduan untuk mencari Tuhan hilang). Kita musti sadar kalau Iblis sangat
tahu kelemahan kita. Kita musti tahu cara kerja Iblis yang sangat lihay.

Dengan mempunyai sikap hidup yang lurus, hidup kita akan semakin tenang, dan
hidup dalam pergaulan akan semakin efektif. Kita akan mempunyai hati yang
bebas dalam melayani tanpa ada "guilt."

The only reason for a "Boy Girl Relationship (BGR)" is that for marriage.
Hidup kita bukan milik kita, tp milik Tuhan. Hidup tidak untuk mencari
kepuasan sendiri. I need to know who I am and my identity as a child of
God.

Now, if I am ready, what kind of person is suitable for me?

3. Setting the Standards - a partner profile

( sama-sama anak Tuhan
( watak

Ini perlu dilakukan sebelum mulai berpacaran.
Illustrasi 2 orang mendaki gunung, yang di atas akan berat untuk menarik
yang di bawah karena ada pengaruh gaya gravitasi bumi. Tapi yang di bawah
akan lebih mudah untuk menarik yang di atas untuk jatuh.

7 areas of similarity which form a strong basis for marriage:
1. Spirituality
2. Common vision/goals/ideals
3. Common cultural/social/ethnic backgroud
4. Common intelligence and education
5. Common interests and hobbies
6. Common views of handling money
7. Common view in home-building and child-rearing, and roles of husband and
wife

7 areas above are not absolute, but it is an evaluation for leading to a
right direction. However, both are believers in Christ is absolute. Light
and dark can not come together.

4. "Waiting" - (positive attitude, not hunting)

Waiting ini adalah langkah selanjutnya setelah menyerahkan masa depan kita
ke Tuhan dan mempunyai konsep dasar (know who I am). Waiting jangan
diartikan sebagai sikap yang negatif yang tidak mau berbuat apa-apa, tapi
sikap yang bersabar menunggu dihadapan Tuhan, tidak terpengaruh oleh
lingkungan.

Banyak tekanan dari luar kita, orang lain mendorong kita untuk mencari
pasangan (sometimes those pressures are not in God's will, and therefore we
have to be strong to reject them). Tekanan dari orang tua akan lebih berat.


Sikap saya terhadap orang tua. Aku musti jauh-jauh hari menjalin komunikasi
yang baik dengan mereka untuk menunjukkan bahwa aku care, obey, love, dan
respect mereka as they are God's gift for me.
Sometimes it takes years to have a good communication with them. I need to
show them my faith, and gain respect from them, too. Itu adalah tanggung
jawab saya sebagai seorang anak kepada orang tua. Dengan demikian, pada
saat aku membicarakan mengenai suatu hal, mereka tidak tersinggung, marah,
dll. It is very important to build trust and communication in my
relationship with my parent. Tunjukkan kepada mereka apa yang aku lakukan
selama di US, aktifitas-aktifitas ku, dll. I need to share my live while I
am here in US that they may see that I am not the same person as I was in
Indonesia. (can not make decision, childish, not growing, etc)

Pria musti yang ambil inisiatif dalam BGR. Jika tidak:
1. Dalam rancangan Tuhan akan pernikahan, pria adalah kepada keluarga.
Kalau dari permulaan wanita yang mengambil inisiatif dahulu, akhirnya bisa
kacau karena awalnya sudah terbalik. Nanti istri yang akan menjadi kepala
keluarga, bukannya suami.
2. Demonstrate disregard for Scripture to other people. It is a misleading
role model. It becomes a stumbling block to others.
3. In BGR, there is always tempation for sexual immorality. Kalau pada
mulanya wanita yang kejar pria, dan pria ingin melakukan sexual immorality,
wanita yang takut kehilangan si pria akan takut dan sulit untuk bilang "No."
Ini sering terjadi dalam mahasiswa-mahasiswa, akibatnya akan fatal.

5. "Falling in Love"

Banyak orang berpikir kalau udah falling in love, semuanya sudah not under
my control any more, I just follow my emotion to this relationship (kalau
sudah terlanjur cinta mau diapakan lagi? Ya udah, terusin aja). Ini adalah
pandangan yang salah. Sikap yang demikian adalah bertentangan dengan fruit
of the Spirit (Gal 5:22-23): self-control. Bagaimana sebetulnya sikap kita,
apakah mau hidup kita di kontrol oleh Roh Kudus (Spirit filled), bukannya
dikontrol oleh keinginan diri sendiri.

Perlu evaluasi diri, films macam apa yang kita tonton. Majalah macam apa
yang kita baca. Perkataan dalam pergaulan macam apa yang kita keluarkan.
You reap what you sow. Untuk menyerahkan diri kepada Tuhan secara penuh
membutuhkan usaha yang banyak, karena sikap keakuan akan selalu ada. Phil
4:8, jangan juga hanya bertindak: saya tidak mau memikirkan atau melihat
pornography atau hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Tetapi pikiran kita
perlu dipenuhi dengan pikiran seperti yang tertulis di Phil 4:8. Kita tidak
bisa biarkan pikiran kita kosong dengan satu hal dan tidak diisi dengan hal
lain. Kalau dibiarkan kosong akan berbahaya karena adanya kedagingan dalam
manusia.

6. Courtship - Priorities and Discipline

Jangan mendewakan pasangan kita. Tuhan tetap nomor satu. Dua belah pihak
perlu tahu kelemahan masing-masing dan mempunyai pengertian yang benar
tentang "who am I?" dan disiplin dalam setiap aspek kehidupan agar Tuhan
yang dipermuliaakan melalui hubungan mereka.
Kebenaran Hollywood : love = physical relationship = go to bed.


7. Long Distance Relationship (LDR) and other problems

Perlu serahkan partner kita ke Tuhan dan anggap sebagai suatu kesempatan
bahwa LDR adalah untuk mengetest hubungan tersebut dan pakai untuk belajar
berkomunikasi lewat surat, e-mail, maupun telepon. Belajar mengekspresikan
perasaan lewat tulisan dan suara. Ini adalah pelajaran yang penting untuk
berkomunikasi. Dampaknya akan baik, learn to share, express concerns and
feelings, and learn to communicate. Bisa juga belajar untuk build trust,
and not be jealous. LDR baik untuk menjaga supaya hubungan tidak terlalu
banyak physical contact.

8. Preparing for Marriage

Belajar dulu dari sekarang, jangan setelah menikah baru belajar. Baca buku,
cari konsel. Perlu belajar tentang kepribadian diri sendiri dan si dia,
belajar background keluarga si dia. Jangan berpikir: how I can change
him/her.

Persiapan harus dimulai dari sudut pandang pribadi (persiapan pribadi). Apa
arti cinta kasih yang sebenarnya? Yaitu mencari yang terbaik untuk pasangan
kita. Give the best for him/her; not getting what I want, but to sacrifice
and to serve.

God Calling 26 April

AKU MEMBUAT KESEMPATAN

Jangan pernah ragu-ragu. Jangan takut. Perhatikanlah
getaran yang paling kecil dari rasa takut, dan
hentikanlah segala pekerjaan, segalanya, tenanglah di
hadapanKu sampai engkau bersuka cita dan kuat kembali.

Bersikaplah yang sama terhadap semua perasaan lelah.
Aku merasa lelah juga waktu berada di dunia, dan Aku
memisahkan diri dari radul-rasulKu, dan duduk
beristirahat di sumur. Dalam Istirahat – waktu itu
perempuan Samaria itu tertolong.

Saat-saat memisahkan diri selalu mendahului pekerjaan
mujizat yang segar. Belajarlah padaKu. Waktu Aku
menerima semua keterbatasan manusia. Aku menerima
keadaan manusia selengkapnya, kecuali dosa.

Aku harus mengajar rasul-rasulKu bahwa tubuh harus
beristirahat untuk mendapat pembaharuan Roh. Dan
sebagai contoh untukmu, Aku berbaring dengan KepalaKu
di atas bantal, tidur di dalam perahu. Itu bukan sikap
acuh tak acuh, seperti yang mereka sangka. Meteka
berseru,” Guru, Engkau tidak peduli kalau kita
binasa?” dan Aku harus mengajar mereka bahwa aktivitas
tanpa henti bukan bagian dari rencana BapaKu.

Ketika Paulus mengatakan,”Aku dapat melakukan segala
sesuatu melalui Kristus yang menguatkan aku”, dia
tidak bermaksud mengatakan bahwa dia harus melakukan
segala sesuatu dan percaya kepadaKu untuk memperoleh
kekuatan. Yang dia maksud adalah untuk semua yang Aku
perintahkan untuk dilakukan olehnya dia bisa percaya
kepadaKu untuk memberikan kekuatan.

PekerjaanKu di dunia dihalangi oleh pekerjaan manusia,
pekerjaan, pekerjaan. Banyak tubuh yang letih, dan
gugup telah mengusir roh. Roh selalu yang harus jadi
majikan, dan secara sederhana dan alamiah
pergunakanlah tubuh sesuai dengan kebutuhan.
Beristirahatlah di dalam Aku.

Janganlah mencari pekerjaan, yang ingin engkau lakukan
untukKu. Jangan berusaha sendiri membuat kesempatan,
Hiduplah dengan Aku dan di dalam Aku. Aku yang
melakukan pekerjaan dan membuat kesempatan.

KUALITAS HATI

Saduran berikut mungkin dapat menjadi renungan dan memberi inspirasi bagi kita:

Kepada mereka yang meninggalkanku seorang diri, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak akan pernah menemukan diriku sendiri.

Kepada mereka yang selalu mencelaku, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak pernah memperbaiki kesalahanku.

Kepada mereka yang selalu menghakimiku, terima kasih,
Dari kalian aku belajar melihat orang lain tidak hanya dari penampilan luar saja..

Kepada mereka yang menganggapku lemah dan tak berdaya, terima kasih,
Dari kalian aku bisa belajar untuk selalu berharap kepada TUHAN.

Kepada mereka yang telah mentertawakanku, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak pernah belajar untuk intropeksi diri.

Kepada mereka yang telah menyakitiku, terma kasih,
Tanpa kalian, aku tidak akan pernah belajar mengampuni.

Kepada mereka yang telah mengecewakanku, terima kasih.
Tanpa kalian, aku tidak pernah bisa belajar memahami orang lain.

Kepada mereka yang berpikir bahwa aku tidak dapat melakukan sesuatu,terima kasih
karena tanpa mereka, aku tidak akan pernah mencoba sesuatu yang baru ataupun sikap baru.

Renungan 26 April

"Sesungguhnya barangsiapa percaya memperoleh hidup yang kekal"

(Kis 8:26-40; Yoh 6:44-51)

Ign.Sumarya SJ

"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yoh 6:44-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Makanan utama bagi kerbau adalah rumput, sedangkan makanan utama bagi singa adalah daging, maka ada sindirian atau rumor dalam bahasa Jawa "bodo kaya kebo" (bodoh seperti kerbau). Kerbau memang boleh dikatakan bodoh dan cara berjalanpun pelan-pelan, sementara singa boleh dikatakan cerdas dan cekatan (nampak ketika singa mencari dan mau menangkap mangsanya. Senada dengan singa adalah ular. Apa yang dimakan memang kurang lebih menentukan kwalitas hidup yang bersangkutan. Maka jika kita menghendaki sehat wal'afiat dalam hal makan hendaknya sesuai dengan motto 'empat sehat lima sempurna'. Sebagai orang beriman katolik kita sering menerima 'Tubuh Kristus' dalam rupa roti, maka diharapkan kita hidup sesuai dengan Yesus Kristus atau meneladan cara bertindakNya dan mentaati atau melaksanakan sabda-sabdaNya. "Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu yang akan Kuberikan untuk hidup dunia", demikian sabda Yesus. Ia telah melaksanakan apa yang disabdakan tersebut dengan wafat di kayu salib, mempersembahkan Diri seutuhnya kepada dunia dan Allah yang mengutusNya. Ia telah memberikan Diri untuk hidup dunia. Kita, yang setiap kali menyantap Tubuh Kristus kiranya juga dipanggil memberikan diri untuk hidup dunia, agar kita kelak juga dapat menikmati hidup kekal, sebagaimana Yesus dibangkitkan dari mati dan hidup mulia selamanya bersama Allah Bapa di sorga. Tanda bahwa kita sungguh beriman kepada Yesus Kristus adalah memberikan diri untuk hidup dunia, antara lain dengan melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari alias mendunia dengan sebaik mungkin, tidak setengah-setengah. Bekerja atau belajar dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tenaga itulah panggilan dan tugas perutusan kita semua.

· "Setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita." (Kis 8:39), demikian kutiapan kisah Filipus yang membaptis sida-sida/orang Ethiopia: dalam dan oleh Roh Kudus baik Filipus (yang membaptis) dan orang Ethiopia (yang dibaptis) tidak terikat lagi dalam relasi phisik dan mereka bergembira dan bergairah. Kita semua telah dibaptis dan kiranya kita dipanggil untuk meneruskan perjalanan hidup, tugas panggilan dan pekerjaan kita dengan gembira. Hidup, belajar atau bekerja dengan gembira kiranya akan menarik banyak orang, bagaikan orang gila yang senyum terus-menerus. Kita sendiri yang hidup, belajar atau bekerja dengan gembira pasti akan semakin gembira dan memperoleh kemudahan-kemudahan untuk memperkembangkan diri terus menerus, dan rasanya selama dalam perjalanan hidup, tugas pekerjaan dan panggilan tidak akan pernah jatuh sakit, senantiasa sehat wal'afiat dan segar bugar. Bukankah yang sehat wal'afiat dan segar bugar menarik banyak orang? Sebaliknya ketika kita dapat menggembirakan orang lain hendaknya kita tidak terikat secara phisik dengan orang yang bersangkutan dan seperti Filipus, biarlah kita dilarikan oleh Roh Kudus kemana Ia menghendaki kita. Dengan kata lain persaudaraan atau persahabatan kita diikat atau dalam Roh Kudus, berarti tiada batas waktu dan ruang atau SARA. Persaudaraan atau persahabatan dalam dan oleh Roh Kudus akan ditandai dengan kegembiraan, kegairahan atau keceriaan sejati, sehingga tejadilah kesatuan hati dan budi di antara kita. Marilah hidup dan bekerja dengan gembira sebagai tanda bahwa kita beriman kepada Allah Pencipta dan Penyelamat Dunia.

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah 6 Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian." (Mzm 66:8-9.16-17)

Jakarta, 26 April 2007

Wednesday, April 25, 2007

Serba - Serbi Komuni Kudus dan Larangannya

RENUNGAN Vacare Deo Artikel VACAREDEOHolytrinit yCarmel.com
05 Februari 2006; Iman Katolik: Serba - Serbi Komuni Kudus dan Larangannya
(Oleh : Fr Paulus Maria, CSE)

Pengantar

Setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi baik harian maupun mingguan, seluruh umat yang sudah dibaptis secara Katolik menerima komuni kudus dalam rupa Roti dan Anggur (atau sering pula dalam rupa Roti saja). Komuni kudus yang kita terima ini merupakan Tubuh dan Darah Kristus. Yesus telah menebus umat-Nya dengan wafat disalib. Kematian Yesus di salib bukanlah akhir segalanya namun merupakan awal dari misteri penebusan umat manusia, karena Yesus bukan hanya wafat begitu saja melainkan sungguh-sungguh bangkit ke surga. Jikalau Yesus tidak bangkit maka sia-sialah iman kepercayaan umat Katolik. Justru dengan kebangkitan Yesuslah seluruh umat Katolik akan dipersatukan- Nya di surga kelak.

Kemudian apakah Yesus juga meninggalkan semua umat Katolik sebagai yatim piatu dalam perjuangan hidup melawan dunia, setan, dan diri sendiri? Apakah Yesus meninggalkan kita sebatang kara di dunia ini? Tentu saja tidak. Yesus tidak meninggalkan kita seorang diri menghadapi perjuangan hidup yang semakin kompleks ini. Yesus hadir dalam setiap pribadi dan mendampingi kita. Ia tidak meninggalkan anak-anak-Nya sendirian, Yesus selalu menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman. (bdk. Mat. 28:20)

Pada hari sebelum menderita Ia mengambil roti dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia, dan sambil menengadah kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Ia mengucap syukur dan memuji Allah, memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid- Nya seraya berkata, "Terimalah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu." Demikian pula, sesudah perjamuan Ia mengambil piala yang luhur dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia. Sekali lagi Ia mengucap syukur dan memuji Allah lalu memberikan piala itu kepada murid-murid- Nya seraya berkata, "Terimalah dan minumlah, inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku." (Doa Syukur Agung I)

Realitas Saat Ini

Saudaraku yang terkasih, marilah mendalami tentang komuni kudus ini menurut perspektif iman Gereja Katolik. Melalui tulisan ini kita mau melihat kapan komuni kudus tidak boleh diterima oleh seseorang ataupun tidak boleh diberikan kepada seseorang. Komuni kudus ini lebih-lebih tidak boleh diterima oleh mereka yang sudah bercerai kemudian menikah lagi. Sedangkan realitas yang ditemui dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah banyaknya angka perceraian di kota-kota besar, dan sayangnya orang Katolik juga terkena "imbas" perceraian, sehingga ada juga orang Katolik yang bercerai.

Mereka yang mengalami permasalahan ini harus ditolong. Membantu saudara yang kesulitan bukanlah melulu tugas pastor paroki, melainkan juga merupakan kewajiban bagi seluruh umat-Nya. Sudah sepatutnya kita membantu saudara seiman yang dirundung permasalahan cerai, dan dengan penuh perhatian mengusahakan agar mereka jangan menganggap diri terpisah dari Gereja, karena sebagai orang yang telah dibaptis mereka dapat dan harus berpartisipasi dalam kehidupan menggereja sehari-hari. Terlebih lagi agar mereka tetap setia mendengarkan Sabda Allah, mengikuti Misa kudus dan tetap bertekun dalam doa-doa mereka. Seluruh umat bersatu padu bersama dengan Gereja mendoakan dan mendukung mereka agar semakin bertumbuh dalam iman, harapan, dan cintakasih akan Kristus.

Hubungan dengan Komuni Kudus

Praktik Gereja Katolik tidak mengizinkan mereka yang sudah bercerai dan menikah lagi untuk menerima komuni kudus. Hal ini disebabkan mereka hidup dalam status bertentangan dengan persatuan cintakasih Kristus dengan Gereja Katolik yang diwujudkan dalam Ekaristi suci. Mereka ini tidak diperkenankan menerima komuni, karena jika diperkenankan menerima komuni maka akan muncul kebingungan dan kesesatan dalam umat sehubungan dengan ikatan perkawinan yang tak terputuskan, yang merupakan salah satu ajaran sentral Gereja Katolik.

Maka dari itu, seperti yang ditekankan dalam Kitab Hukum Kanonik, mereka yang terlibat dalam dosa berat akan di ekskomunikasi dan interdik, lebih khusus mereka yang bercerai dan menikah lagi tidak diperkenankan untuk menerima komuni kudus (bdk. Kan. 915-916). Lalu bagaimana atau dengan cara apa mereka yang bercerai bisa dipersatukan kembali untuk menyambut Tubuh Kristus dalam setiap kali Misa kudus? Apa tindakan Gereja? Apakah Gereja diam saja? Pastilah Gereja Katolik tidak tinggal diam, mereka bisa menyambut Tubuh Kristus kembali dengan persyaratan tertentu.

Selanjutnya sarana yang dibutuhkan untuk menyatukan mereka dengan Kristus adalah melalui Sakramen Rekonsiliasi atau Sakramen Tobat. Baru setelah mereka mengakukan dosa berat tersebut, mereka diperbolehkan untuk menyambut komuni kudus, menyambut Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi suci. Hal ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa mereka betul-betul menyesali perbuatannya yang telah memutuskan perjanjian dan kesetiaan Kristus. Secara khusus lagi mereka siap untuk menjalani cara hidup yang tidak lagi bertentangan dengan ikatan perkawinan yang tak terputuskan. Dalam arti konkret mereka mewajibkan dirinya dalam pantang mutlak terhadap perbuatan-perbuatan suami-istri.

Akhirnya, bagaimana dengan mereka yang tidak mau bertobat? Apakah mereka juga masih boleh menerima komuni kudus? Namun demikian, Gereja memiliki keyakinan yang kokoh bahwa mereka yang tidak mau menerima hukum Tuhan dan masih hidup menyimpang, Tuhan tetap akan memberikan rahmat pertobatan dengan syarat mereka tetap bertekun dalam doa, tobat, dan cintakasih sehingga mereka pun bisa selamat.

Larangan-larangan

Kiranya penting untuk diketahui tentang berbagai larangan atau pun hal lainnya yang berkaitan erat dengan komuni kudus, di antaranya adalah :

1. Larangan pemberian komuni kudus
Larangan pemberian komuni kudus bisa dilihat dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) yakni :
Kan. 915, "Penyambutan komuni suci tak diperkenankan terhadap orang-orang yang terkena ekskomunikasi dan interdik.."

2. Larangan penerimaan komuni kudus
Kan. 916, "Yang sadar berdosa berat, tanpa menyambut Sakramen Pengakuan sebelumnya, jangan menyambut Tubuh Tuhan, kecuali jika ada alasan tepat serta tiada kesempatan mengaku. Dalam hal demikian hendaknya ia ingat bahwa ia wajib membuat tobat sempurna yang meliputi niat untuk sesegera mungkin mengaku."

Ada pun hal penting yang harus diperhatikan ketika setiap orang menerima Sakramen Tobat adalah disposisi batin (sikap batin), tidak hanya menyesali segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat namun juga memiliki niat yang teguh untuk memperbaiki diri dan kembali kepada Allah sepenuhnya. Disposisi batin amatlah penting agar Sakramen Tobat sungguh dapat menyelamatkan para "pendosa berat." (bdk. Kan.987)

Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) dirumuskan pula akan hal-hal tersebut :

KGK No. 1650
Dalam banyak negara, dewasa ini terdapat banyak orang Katolik yang meminta perceraian menurut hukum sipil dan mengadakan perkawinan baru secara sipil. Gereja merasa diri terikat kepada perkataan Yesus Kristus, "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah." (Mrk. 10 : 11-12) Oleh karena itu, Gereja memegang teguh bahwa ia tidak dapat mengakui sah ikatan yang baru kalau perkawinan pertama itu sah. Kalau mereka yang bercerai itu kawin lagi secara sipil, mereka berada dalam satu situasi yang secara obyektif bertentangan dengan hukum Allah. Itu sebabnya, mereka tidak boleh menerima komuni selama situasi ini masih berlanjut. Dengan alasan yang sama mereka juga tidak boleh melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam Gereja. Pemulihan melalui Sakramen Pengakuan hanya dapat diberikan kepada mereka yang menyesal, bahwa mereka
telah mencemari tanda perjanjian dan kesetiaan kepada Kristus, dan mewajibkan diri supaya hidup dalam pantang yang benar.

KGK No. 1651
Kepada orang-orang Kristen yang hidup dalam situasi ini dan yang seringkali mempertahankan imannya dan ingin mendidik anak-anaknya secara Kristen, para imam dan seluruh jemaat harus memberi perhatian yang wajar, supaya mereka tidak menganggap diri seakan-akan terpisah dari Gereja, karena mereka sebagai orang yang dibaptis dapat dan harus mengambil bagian dalam kehidupannya. Dan "Hendaklah mereka didorong untuk mendengarkan Sabda Allah, menghadiri kurban Ekaristi, tabah dalam doa, menyumbang kepada karya-karya cintakasih dan kepada usaha-usaha jemaat demi keadilan, membina anak-anak mereka dalam iman Kristen, mengembangkan semangat serta praktik olah tapa, dan dengan demikian dari hari ke hari memohon rahmat Allah." (FC 84)

Kesimpulan :

Melalui tulisan ini kiranya sudah jelas bahwa orang Katolik yang berdosa berat tidak boleh menerima komuni kudus, terutama mereka yang bercerai kemudian menikah lagi. Hubungan mereka dengan Allah harus kembali diperdamaikan melalui Sakramen Tobat. Baru setelah sakramen rekonsiliasi mereka diperbolehkan untuk menyambut komuni yang tidak lain merupakan Tubuh Kristus sendiri. Mereka juga dituntut untuk sungguh-sungguh mengubah cara hidupnya dan kembali kepada Kristus dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan tentunya seluruh perbuatannya harus sesuai dengan hukum Allah.

Oleh karena itu, marilah sungguh-sungguh mengimani Kristus yang sungguh hadir dan hidup dalam komuni kudus yang kita terima setiap kali merayakan kurban Kristus di meja altar dalam perjamuan suci Ekaristi. Sebab Kristuslah sumber dan pusat hidup umat Katolik seluruhnya.

Sharing :
Setiap kali akan menerima komuni kudus, apa saja yang engkau lakukan? Bagaimanakah engkau mempersiapkan dirimu untuk menyambut Tubuh Tuhan itu? Sharingkanlah pengalamanmu.

Father Cantalamessa on Infinite Chances

Father Cantalamessa on Infinite Chances
Pontifical Household Preacher Comments on Sunday's Readings

ROME, APRIL 20, 2007 (Zenit.org). - Here is a translation of a commentary by the Pontifical Household preacher, Capuchin Father Raniero Cantalamessa, on the readings from this Sunday's liturgy.

* * *

Do You Love Me?
Third Sunday of Easter
Acts 5:27b-32, 40b-41; Revelation 5:11-14; John 21:1-19

Reading the Gospel of John, we understand that originally it ended with Chapter 20. If Chapter 21 was added on later, why did the Evangelist or some disciple of his feel the need to insist yet again on the reality of Christ's resurrection.

The teaching that is drawn from this Gospel passage is that Jesus is risen not just in "a manner of speaking," but really, in his new body. "We ate and drank with him after his resurrection from the dead," Peter will say in the Acts of the Apostles, probably referring to this episode (Acts 10:4).

In John's Gospel, Jesus' dialogue with Peter follows the scene in which he eats the roasted fish with the apostles. Three questions: "Do you love me?" Three answers: "You know that I love you." Three conclusions: "Feed my sheep!"

With these words Jesus confers on Peter, de facto -- and according to the Catholic interpretation, to his successors -- the office of supreme and universal shepherd of the flock of Christ. He confers on him that primacy that he promised him when he said: "You are Peter and on this rock I will build my Church. To you I will give the keys of the kingdom of heaven" (Matthew 16:18-19).

The most moving thing about this page of the Gospel is that Jesus remains faithful to the promise made to Peter despite Peter's not having been faithful to his promise to never betray him even at the cost of his life (cf. Matthew 26:35).

Jesus' triple question is explained by his desire to give Peter the possibility of canceling out his triple denial of Jesus during the passion.

God always gives men a second chance, and often a third, a fourth and infinite chances. He does not remove people from his book at their first mistake.

What does this do for us? His master's confidence and his master's forgiveness made Peter a new person; strong, faithful unto death. He fed Christ's faithful in the difficult moments in the Church's beginning, when it was necessary to leave Galilee and take to the roads of the world.

Peter will be able in the end to keep his promise to give his life for Christ. If we would learn the lesson contained in Christ's interaction with Peter, putting our confidence in someone even after they have made a mistake, there would be a lot fewer failures and marginalized people in the world!

The dialogue of Jesus and Peter should be transferred to the life of each one of us. St. Augustine, commenting on this passage of the Gospel, says: "Questioning Peter, Jesus also questions each of us." The question: "Do you love me?" is addressed to each disciple.

Christianity is not an ensemble of teachings and practices; it is something much more intimate and profound. It is a relationship of friendship with the person of Jesus Christ. Many times during his earthly life he asked people: "Do you believe?" and never "Do you love me?" He does this only now, after giving us proof of how much he loves us in his passion and death.

Jesus makes love for him consist in serving others: "Do you love me? Feed my sheep." He does not want to benefit from the fruits of this love but he wants his sheep to. He is the recipient of Peter's love but not its beneficiary. It as if he said to Peter: "Consider what you do for my flock as done to me."

This implicates us as well. Our love for Christ should not be something private and sentimental but should express itself in the service of others, in doing good to others. Mother Teresa of Calcutta often said: "The fruit of love is service and the fruit of service is peace."

ZE07042029

Kenapa doa bapa kami berbeda?

diambil dr sebuah milis:

Dear Friends...

ada sebuah pertanyaan yang agak membuat saya berpikir. Pertanyaan tersebut adalah kenapa doa Bapa Kami di Katolik tidak sama dengan yang ada di Alkitab? dan kenapa juga kata-kata terakhir ("karna engkaulah yang empunya kerajaan surga.....") tidak disebutkan?
Pertanyaan tersebut sering diajukan oleh umat kristen dari denominasi2 protestan. Dan jujur aja saya sampai sekarang belum tau apa sebabnya doa Bapa Kami di Gereja Katolik itu berbeda.
Ada yang bisa membantu saya menemukan jawabannya?

............ ......... ........

trus gimana dengan kata2 "berilah kami rejeki pada hari ini"? bukankah di alkitab bahasa indonesia yang qta punya gak seperti itu? Trus dimana doa asli yang kamu sebut? apakah di manuskrip awal alkitab dalam bahasa yunani atau dalam vulgate? tolong doooongg....



-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban:


Setelah ada sekian banyak jawaban, kalau masih juga ada yang mengganjal atau belum puas, saya menyumbangkan tambahan pertimbangan atau informasi sekitar Doa Bapa Kami (BK), atau Doa Tuhan itu. (Pertanyaan Albee saya kumplkan di bawah)
Pertama, soal mengapa rumusan Doa BK yang dipakai di Gereja Katolik (GK) kok tidak sama dengan yang di Alkitab.
a. Menjawab pertanyaan tersebut tidak serta merta mudah dan menyelesaikan soal. Karena dalam Alkitab pun ada dua versi doa BK yang keduanya inti pokoknya sama, tetapi kelengkapan katanya tidak sama. Bandingkan Mat 6:9-13 dg Luk 11:2-4.
Maka yang dimaksudkan dengan istilah "menurut Alkitab" atau menurut Injil itu yang mana?
b. Kalau kemudian menyoal "kenapa juga kata-kata terakhir ("karna engkaulah yang empunya kerajaan surga.....") tidak disebutkan?" --- Jawabannya masih bisa sama. Doa BK versi Lukas memang tidak ada tambahan itu. Dus kalau jaman awal Gereja Perdana, saat para penulis suci itu menuliskan manuskrip yang sekarang kita sebut Injil itu juga telah terjadi perbedaan, karena yang satu memasukkan kata itu dan yang lain tidak, maka tidak cukup alasan untuk menyimpulkan doa dari GK tidak setia kepada Alkitab dan BK gereja lainnya setia, hanya karena kata yang ada dalam Mateus itu saja. Doa tanpa "karna engkaulah yang empunya kerajaan surga....." masih tetap biblis, atau tidak berlawanan dengan yang ada dalam Alkitab.

Kedua, soal bunyi doa BK versi GK "berilah kami rejeki pada hari ini" .... tidak cocok dengan Alkitab?
Mungkin lebih tepat kesimpulan itu seharusnya berbunyi: Kok doa BK yang dipakai GK Indonesia tidak sama dengan doa BK yang ada dalam Alkitab bahasa Indonesia sekarang?
Jawabannya rumit, ruwet dan panjang. Karena menyangkut sejarah perkembangan gereja dan kerjasama terjemahan Alkitab antara LBI dan LAI; dan di samping itu juga soal pembaharuan penterjemahan bunyi teks Alkitab secara kontekstual sesuai dengan perkembangan pola bahasa masyarakat real. Maksud saya, versi terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia ini saja ada banyak sekali. Yang hasil kerjasama saja ada banyak. Belum lagi bahwa dahulu LBI memiliki terjemahan sendiri dan LAI atau penerbit Alkitab lain juga memiliki terjemahan sendiri. Nah tidak serta merta kalau ada terjemahan baru Alkitab lalu semua gereja harus dan mau mengubah doa BK yang sudah mereka pakai agar sama dengan terjemahan baru itu.
Mengapa saya menjawab seperti itu.
Persoalan pokoknya memang terletak pada soal penterjemahan itu dan siapa yang menterjemahkan. Dalam GK yang menterjemahkan doa-doa Liturgis adalah Komisi atau Panitia Liturgi yang memperhitungkan rasa religiusitas masyarakat setempat. Sementara Komisi yang membawahi bidang pengadaan Kitabsuci mempunyai standard penterjemahan yang berbeda, karena tulisan itu pun dimaksudkan untuk sasaran dan kemungkinan efek yang timbul yang berbeda pun menjadi pertimbangan di dalamnya.

Simpelnya. Kalau kita simak doa BK yang dipakai dalam GK di luar Indonesia kita akan menemukan bahwa isinya amat Biblis.
Contoh:
- Inggris: "give us this day our daily bread"
- Italia: "Daci oggi il nostro pane quotidiano"
- Latin: "Panem nostrum cotidiaanum da nobis hodie"
atau kalau di GK Indonesia tetapi dalam bahasa Jawa: "Abdi dalem sami nyadong paring Dalem rejeki kangge sapunika" atau terjemahan baru "Kawula sami nyuwun rejeki kangge sapunika"

Nah, siapa yang pakar menterjemahkan kalimat-kalimat di atas, silahkan. Dan rasanya semua masih biblis: berilah kami hari ini rejeki kami; berilah kami hari ini roti (rejeki, makanan) harian kami. Berilah kami rejeki untuk hari ini. ......

Lalu mengapa kok yang dipakai dalam GK hari ini beda dengan yang dipakai di GK luar itu?
Sekali lagi problemnya untuk menterjemahkan suatu doa, suatu komunikasi iman kita manusia kepada Allah, maka harus melihat konteks iman atau rasa dan pola hidup religiusitas setempat. Doa dalam liturgi bisa menjadi lebih luwes dari format hukum atau Kitab. Begitulah adanya.

Kalau sempat menonton film "Bethelehem van Java" - saat para misionaris datang ke Indonesia di abad 19 pun belum tersedia Alkitab lengkap dalam bahasa Indonesia seperti sekarang. Sementara umat membutuhkan doa yang langsung harus tersedia untuk dipakai. Dipakai mengajar dan mengajari berdoa dan meneruskan nilai dan isi iman. Maka romo Van Lith pun membuat terjemahan. Ternyata terjemahan romo misionaris di Muntilan itu beda dengan yang di Mendut. Kok bisa? Ya memang karena waktu itu belum ada Komisi Liturgi kayak sekarang. Belum ada buku doa yang telah diresmikan oleh Uskup atau otoritas resmi gerejawi lain. Maka para misionaris dengan niat baik mencoba untuk menterjemahkan doa yang ada di negara asal mereka.
Nah, penguasaan bahasa, penguasaan rasa budaya akan mempengaruhi bunyi dan kelengkapan kalimat dalam suatu terjemahan. Dan itulah terjemahan. Tidak bisa menggunakan kamus dan kaku-kakuan.
Bandingkan kalau kita lihat film Barat yang diputar di Indonesia kita akan menemukan terjemahan bukan harafiah, tetapi komunikasi aktual. Seruan "Jesus" atau "Oh my God" --- lha diterjemahkan "Astaga" - kan? Apakah salah? Apakah si penterjemah tidak tahu padanan 4 kata itu dalam bahasa Indonesia?
Itulah terjemahan! Kalau seruan di film itu diterjemahkan "Yesus" atau "O Allahku" - malah ekspresi real yang mereka sampaikan keliru, karena bunyi seruan "O Allahku" di Indonesia adalah doa; sementara di aktor itu sedang berseru biasa saja tanpa mikirin Allah. Maka terjemahan "astaga" adalah terjemahan jitu.

Demikian tambahan masukan saya. Semoga tidak menambah bingung.
Akhirnya, tradisi doa GK yang berkembang di Indonesia ya memang itulah bunyi rumusan doa BK. Isi di dalamnya masih sama dan tepat sesuai dengan rasa rohani dan pola komunikasi kita orang Indonesia.

salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ

Jadilah seperti pohon pisang

Jadilah pribadi bagaikan pohon pisang,
pohon pisang selalu siap untuk "kaderisasi" sebelum ia menunjukkan
tanda-tanda mulai berbuah,
namun selalu "beranak" tunas pisang yang baru.
pohon pisang selalu memberi peneguhan akan harapan bahwa selalu akan
ada buah pisang.

Hidup itu bagaikan pohon pisang,
mestinya mereka yang sudah matang dan dewasa serta jadi pemimpin,
jangan lupa untuk kaderisasi, agar ada kesinambungan hidup.

Sebagaimana pohon pisang itu memberi sebuah harapan akan berbuah,
demikianlah Tuhan menaruh harapan besar dan percaya bahwa engkau
manusia, walau rapuh, tetaplah dipercaya Tuhan mampu tumbuh dan berkembang
seturut kehendak-Nya.

Pohon pisang itu mudah ditanam di segala jenis tanah apapun,
demikianlah juga hidup bersama, tantangannya jelas bagaimanakah
seseorang mampu menampilkan pribadi yang "bernilai": kemurahan hati, mudah
memaafkan di manapun ia tinggal. Apakah aku bisa hidup beradaptasi dengan
berbagai macam lingkungan seperti pohon pisang?


salam hangat,
bslametlasmunadip

Masalah = Berkat??

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan
seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang
sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada
suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari
begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai Pak
tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan
membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak
seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa.
Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni "koleksi"
kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang
kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk
dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan
hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak
tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha
menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat,
sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak
tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah
kakinya. Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah akan baik kembali.
Keesokan harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan
memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk
bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib
bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus
berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya
bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut:
non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami
rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita
sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa depan baru
ketahuan adalah jalan menuju "keberuntungan" . Maka orang-orang seperti Pak
Tani di atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan label-label
"beruntung", "sial", dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak
tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat
perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata status
job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi
boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian
–kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya
. . . .yang selama ini kita sebut dengan "kesialan" , "musibah "
dll , karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian
dibalik peristiwa itu (di).

"Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan
kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja."

UANG = JALAN KE "SORGA" ATAU KE "NERAKA"?

Krismon atau Krisis Moneter, begitulah istilah yang pernah mencuat kuat di negara kita akhir-akhir- akhir ini. Dampak dari krisis tersebut antara lain pengangguran yang mengarah ke berbagai bentuk tindak kejahatan. Mengapa krisis? Kalau kita lihat dan refleksikan dengan cermat aneka macam bentuk ketegangan yang terjadi, baik di dalam masyarakat, negara maupun aneka karya pelayanan Gereja, dalam bahasa sehari-hari, alasan dan sebab ketegangan adalah UUD (Ujung-Ujungnya Duwit/Uang). Harus diakui banyak orang pandai/mahir mencari uang tetapi belum tentu mahir mengurus uang. Bahkan dapat dikatakan semua orang senang uang, tetapi untuk mengurusnya dengan baik layak untuk dipertanyakan.

Uang adalah sarana/jalan

"Manusia.harus memandang hal-hal lahiriah yang dimilikinya secara sah bukan hanya sebagai miliknya sendiri, melainkan juga sebagai milik umum, dalam arti bahwa hal-hal itu dapat berguna tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi sesamanya" (Konsili Vatikan II: GS no 69). Dengan dan melalui uang orang dengan mudah untuk pergi kemana-mana dan dalam arti itu orang semakin memiliki banyak relasi atau mengenal lebih banyak sesamanya. Mereka yang tidak memiliki uang secara kongkret terbatas juga langkah, gerak serta relasinya. Dengan kata lain uang merupakan sarana atau jalan.

Sebagai jalan atau sarana, sebagaimana ketika jalan itu baru selesai dibuat atau dibangun, ketika masih baru sungguh menarik. Tetapi setelah sekian lama digunakan, jika tidak ada perawatan atau pengurusan yang memadai atas jalan tersebut, jalan dapat tidak menarik lagi, tidak membuat para pengguna jalan berbahagia, tetapi sebaliknya para pengguna jalan dapat marah-marah, saling memusuhi. Demikianlah halnya dengan uang. Ketika uang mulai "berjalan-jalan" alias digunakan, jika para pengguna kurang terampil dan mahir di dalam menggunakannya atau mengurusnya, ia dapat menimbulkan berbagai masalah yang dapat membuat tegang di antara para pengguna uang tersebut. Dengan kata lain pada dasarnya uang atau harta benda pada umumnya bersifat netral, ia sangat tergantung dari para penggunanya, 'the man behind the gun'.

Permasalahan muncul ketika orang lebih memperhatikan jalan atau uangnya dari para orang atau penggunanya, atau lebih memperhatikan 'the gun' daripada 'the man' nya. Dan inilah secara jujur harus kita akui apa yang sungguh terjadi di antara kita. Maklum kita adalah anak bangsa, di mana bangsa kita secara politis lebih menekankan 'material investment' daripada 'human investment, lebih menekankan yang kelihatan daripada yang tidak kelihatan,dst. . Sebagai contoh: pinjam uang jutaan US$ dari luar negeri untuk membangun phisik atau gedung-gedung, bukan untuk memajukan pendidikan, dan sekarang nampak hasilnya mutu pendidikan alias mutu bangsa kita sungguh terperosok. Jalan-jalan dibangun di mana-mana, tetapi para pengguna jalan tdak dididik dengan memadai bagaimana menjadi pengguna jalan. Dalam pemahaman macam-macam itulah uang dapat menjadi jalan ke "neraka". Bagaimana uang dapat menjadi jalan ke "sorga?" Jawabnya sederhana: para pengguna uang harus mahir menggunakan atau mengurusnya. Memang pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana mengurusnya?

Administrator = pengurus?

Kata kerja administrare (bahasa Latin) berarti mengurus atau mengelola. Dari akar kata ini muncul kata administrasi yang berarti pengurusan dan yang mengurus disebut administrator. Bukankah kalau kita cermati banyak administrasi pekerjaan di kantor-kantor kita sering amburadul alias tidak diurus dengan baik atau dengan kasar dapat dikatakan pengurus tidak becus.

Tugas sebagai pengurus memang berat dan sungguh membutuhkan pengorbanan. Di dalam Undang-Undang Yayasan, yang katanya akan sedikit direvisi, dikatakan bahwa mereka yang menjadi pengurus yayasan di satu pihak tidak boleh memperkaya diri dengan harta kekayaan yayasan dan di lain pihak kalau pengurus lalai atau menyelewengkan tujuan harta kekayaan yayasan diancam hukuman. Dari catatan ini dapat dimengerti dengan jelas bahwa mereka yang menjadi pengurus adalah sungguh-sungguh orang yang terampil dalam hal administrasi sekaligus jujur atau disiplin, tidak boleh korupsi sedikitpun.

Dalam hal mengurus uang apa yang disebut catatan harian atau jornal merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar, harus dibuat dengan teliti dan benar. Dalam hal catatan ini saya sangat terkesan dengan apa yang dikerjakan oleh Bapak Justinus Kardinal Darmoyuowo pr alm., ketika beliau pensiun sebagai uskup dan kemudian menjadi pastor paroki di Banyumanik, Semarang Selatan. Setelah beliau dipanggil Tuhan, saya temukan dua buah buku catatan harian keuangan . Dua buku tersebut berisi catatan keuangan harian yang beliau tangani terhitung sejak 1 Desember 1981 s/d 27 Januari 1994 (dua hari sebelum beliau masuk rumah sakit dan kemudian dipanggil Tuhan tgl 3 Februari 1994). Apa yang beliau terima dan keluarkan dicatat setiap hari di dalam buku ini, misalnya: obat nyamuk Rp.150.-, pangkas rambut Rp.500,-, terima sumbangan Rp.500.000,- dst.. Dari dua buku tersebut dengan cepat saya yang ditugasi mengurus peninggalan harta kekayaan beliau, antara lain uang, dapat mengurusnya. Ada uang paroki, uang untuk seminari, uang untuk kematian, uang untuk pribadi dst. Beliau sungguh dapat dikatakan sebagai administrator/ pengurus uang atau harta benda yang baik serta menyelamatkan.

Semangat/spirituali tas mengurus uang

1. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perakara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?" (Luk 16:10-12)

Kecuali di dalam bentuk cek atau surat berharga, tidak ada lembaran mata uang bernilai satu milyard, satu juta; kebetulan mata uang tertinggi di negara kita bernilai Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) sampai yang terendah bernilai Rp.1,-. Mata uang terkecil ini di perkotaan mungkin sulit ditemukan lagi, tetapi di dalam hitungan (perhatikan rekening Bank), hitungan bahkan sampai pada pecahan rupiah, misalnya 50 sen atau 25 sen. Jika kita bekerja atau bergerak di dalam uang, bukankah hitungan sampai yang kecil-kecil, sebagaimana dikerjakan oleh Bank, itulah yang benar. Bank dapaat menjadi dan dapat dipercaya mengelola jumlah uang yang besar, karena ia setia pada nilai-nilai mata uang sampai yang terkecil.

2. "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak merupakan satu tubuh..jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormatii, semua anggota turut bersukacita" (lihat 1Kor 12:12-26)

Paulus menggambarkan kebersamaan kita bagaikan tubuh kita, ada macam-macam atau banyak anggota. Dari anggota tubuh kita yang kelihatan, anggota mana yang memadai untuk kita kenakan pada kita para pengurus atau pengelola uang? Jawabannya ialah 'leher'. Mengapa? Leher merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai jalan, jalan makanan, minuman, udara yang harus dikonsumsi oleh tubuh. Leher tidak pernah 'korupsi', tidak mengambil sedikitpun apa yang lewat. Leher tidak pernah mampu menyakiti yang lain, berbeda dengan kaki, tangan atau kepala dst.. dapat menyakiti yang lain. Jika leher tidak mau dilewati (ngambeg, ndableg??), maka sakitlah seluruh tubuh. Leher senantiasa berfungsi sebagai "jalan/penyalur" selama tubuh masih hidup , sementara itu bagian tubuh yang lain dapat beristirahat. Leher dapat menjadi sombong (jika ia tidak mau berfungsi, sakit seluruh tubuh) atau rendah hati (tidak dapat menikmati yang lewat, tetapi mau dilewati).

Leher adalah penyalur yang baik demi kepentingan seluruh tubuh. Peran pengurus atau pengelola uang adalah demi kepentingan seluruh tubuh. Ia harus disiplin, jujur dan berfungsi terus menerus Air satu gelas masuk melalui mulut langsung diteruskan ke perut, tidak ditahan atau dikurangi sedikitpun, demikian seterusnya. Yang ia terima langsung diteruskan kepada yang berhak. Bukankah hal ini sesuai dengan ajaran Gereja yang mengatakan "maksud pemberi" (intentio dantis) harus diperhatikan?

Leher bagaikan Salib di puncak Kalvari, yang menghubungkan bumi dan langit, dunia dan sorga, yang menjadi penyalur rahmat Allah kepada dunia dan penyalur doa/ keluh kesah dunia kepada Allah. Salib juga merupakan bentuk puncak pelaksanaan ketaatan Yesus kepada Bapa yang mengutusNya. Dengan semangat Salib ini pula para pengelola atau pengurus uang mengelola atau mengurus uangnya. Semua terlihat jelas, terbuka lebar..alias transparan. Kiranya kita tahu apa itu semangat Salib: berani mati/ menderita atas nama dosa/kekurangan yang lain, demi keselamatan atau kesejahteraan yang lain. Begitulah kiranya nasib para pengelola atau pengurus uang yang tak terlepas dari penderitaan karena setia atau taat kepada aturan. "Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia" (Yoh 16:20-21)

3. "Kemiskinan, sebagai benteng kuat hidup religius, harus dicintai dan dipelihara dalam kemurniannya sejauh itu mungkin, dengan dorongan rahmat Allah" (Ignatius Loyola, Konst no 553.1)

Di dalam hidup membiara dikenal ada tiga kaul: keperawanan, ketaatan dan kemiskinan. Kiranya cukup sulit bagi kita yang tidak menghayati kaul tersebut untuk menilai apakah mereka yang berkaul setia pada kaul-kaulnya: masih perawan? masih taat? masih miskin? Tetapi pengamatan atau pengalaman kami apa yang ditulis oleh Santo Ignatius tersebut di atas cukup membantu untuk menilai atau mawas diri. Dari ketiga kaul , kaul kemiskinan yang dengan mudah dapat dilihat, dinilai atau direfleksi. Di satu pihak orang melanggar kaul keperawanan atau ketaatan akan lebih sulit untuk "dilihat" daripada melanggar kaul kemiskinan, di lain pihak jika dilihat ada pelanggaran kaul kemiskinan pasti sudah terjadi pelanggaran kaul keperawanan atau ketaatan.

Kemiskinan adalah benteng hidup religius, kata Ignatius. Jika benteng sudah tidak kuat maka yang dibentengi, yaitu hidup religius dalam keadaan terancam. Di sini penulis teringat nasehat orangtua: "barang kathon bae ora bisa nggarap, ojo maneh sing ora kathon" (=yang kelihatan saja tidak dapat mengerjakan, apalagi yang tidak kelihatan). Pengurusan atau pengelolaan uang merupakan pekerjaan tentang yang kelihatan. Sebagaimana ketiga kaul tersebut di atas kait mengkait atau saling berhubungan, demikian pula 'yang kelihatan' dan 'yang tak kelihatan'. 'Yang kelihatan merupakan perwujudan dari yang tak kelihatan'; maka jika terjadi pelanggaran kaul kemiskinan atau ketidak-beresan pengurusan atau pengelolaan uang, pada umumnya yang bersangkutan (pengelola atau pengurus) bermasalah atau kurang beriman, kurang setia pada hidup, panggilan dan tugasnya. Memang semakin mendunia semakin penuh tantangan dan untuk itu semakin dibutuhkan kedalaman iman pengelola/pengurus yang bersangkutan.

Semakin mendunia harus semakin beriman

"Weruh duwit, melek matane" (= melihat uang terbuka matanya), demikian kata orang. Memang uang dapat membangunkan atau membuka mata orang. Tetapi jangan lupa bahwa uang adalah harta dunia yang penuh perkara. Maka menghadapi 'dunia yang penuh perkara' ini kita dapat meneladan Salomon di dalam menghadapinya. Ketika Salomon diangkat menjadi raja, ia berdoa:"berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat". Mendengar doa ini Tuhan menjawab:"Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian" (lihat 1Raja-Raja 3:7-12).

Umur panjang, kekayaan dan nyawa musuh adalah perkara yang harus dihadapi dengan bijaksana, dengan hati yang penuh hikmat dan pengertian. Yang ingin saya refleksikan lebih lanjut adalah kekayaan. Ketika Yesus mau bekerja atau mendunia, setelah selesai berpuasa empat puluh hari lamanya, Ia digoda dalam tiga hal: harta, pangkat/kedudukan dan hormat. Tiga hal ini sangat erat hubungannya dengan uang, apalagi dipandang dari mata dunia, ketiganya dapat dibeli dengan uang. Maka sering muncul istilah gila harta, gila pangkat dan gila hormat..hilang harta, pangkat dan hormat-nya tinggal gila-nya. Pengalaman menunjukkan banyak orang menjadi 'gila'/sakit jiwa betul karena harta, pangkat atau hormat atau kurang beriman.

Beriman di dalam mengurus atau mengelola uang berarti tetap setia menempatkan uang sebagai 'jalan atau sarana' serta menjauhkan diri untuk menjadi 'gila uang'. Mengakhiri refleksi ini baiklah kita renungkan pesan ini: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa seuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (1Tim 6:6-10).

Uang memang termasuk 'harta dunia' yang penuh perkara, kita tidak dapat lepas dari uang selama di dunia. Tetapi ingat juga Yesus adalah Penyelamat Dunia. Bersama dan dengan Dia kita dapat memasuki 'harta dunia' itu dengan selamat, dan panggilan kita adalah menyelamatkan dunia, bukan menghancurkan dunia. Di mana ada 'dunia' belum atau tidak selamat, di situlah kita dipanggil untuk mendatangi dan menyelamatkan.

Sedikit catatan perihal 'korupsi'.

Apa itu korupsi?

Kata bahasa Latin 'corruptio' (1) secara aktif berarti hal merusak, hal membuat busuk, pembusukan, penyuapan, (2) secara pasif berarti keadaan dapat binasa, kebinasaan, kerusakan, kebusukan, kefanaan, korupsi, kemerosotan. Sedangkan kata bahasa Latin 'corruptor' berarti perusak, pembusuk, penggoda, pemerdaya, penyuap. Dari pengartian kata 'corruptio' di atas kiranya dapat dipahami arti korupsi,yaitu kemerosotan moral dengan merusak yang lain demi keuntungan diri sendiri. Dari sudut pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup unsur-unsur:

a.. melanggar hukum yang berlaku
b.. penyalahgunaan wewenang
c.. merugikan negara
d.. memperkaya pribadi/diri sendiri


Korupsi di Indonesia?

"Berdasarkan hasil survey yang dilakukan The Political Economic Risk Consultancy (PERC) pada awal builan Maret 2004, telah menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup di Asia di bawah India, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Catatan lain adalah berdasarkan data laporan hasil survey Transperancy International bertajuk Corruption Perception Index, mulai tahun 1998 sampai tahun 2003 yang tidak jauh berbeda dari tahun 2004, yakni;

- Tahun 1998 Indonesia menduduki ranking ke 80 dari 85 negara yang di-survey.

- Tahun 1999 ranking ke 96 dari 98 negara.

- Tahun 2000 ranking 88 dari 91 negara.

- Tahun 2001 ranking 96 dari 122 negara, dan

- Tahun 2003 ranking 122 dari 133 negara." (dari: http://www.komisihu kum.go.id/)

(catatan: yang dimaksudkan dengan ranking, misalnya reanking 80 dari 85 negara berarti Indonesia termasuk 6 besar Negara korupsi)

Masa kini rasanya korupsi masih marak di Negara kita dan juga diperparah dengan gerakan desentralisasi. Pada masa Orba atau sentralisasi korupsi kebanyakan terjadi di pusat pemerintangan , sedangkan dengan desentralisasi rasanya ada semacam 'balas dendam' atau 'aji mumpung' dari petinggi daerah yang merasa otonom, yaitu menyalahgunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri alias korupsi. Korupsi hemat saya 'dipersiapkan' dalam dunia pendidikan atau di sekolah, yaitu ketika kebiasaan menyontek para peserta didik/mahasiswa dibiarkan; menyontek hemat saya merupakan pendidikan korupsi. Ujian akhir SMA/SMK tahun ajaran 2007 yang baru saja berlangsugng ternyata juga masih dicederai dengan tindakan menyontek atau pembocoran bahan ujian, dengan kata lain pendidikan korupsi masih terjadi di sana-sini.

Korupsi dalam arti 'memperkaya pribadi/diri sendiri' tanpa memperhatikan atau menghiraukan penderitaan orang lain atau sesama sama sekali rasanya semakin merajalela juga di saat-saat kesulitan ekonomi atau persaingan kesombongan atas kekayaan masa kini. Bahkan yang cukup memprihatikan, sejauh kami terjadi di kota metropolitan Jakarta ini pengurusan orang mati pun dijadikan wahana untuk memperkaya diri, antara lain dengan harga peti mati yang sangat tinggi (maklum orang mati atau urusan orang mati tidak boleh tawar menawar?)

Memberantas korupsi

"Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerint ah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (Ef 6:10-18)

Nasihat Paulus kepada umat di Efesus di atas ini rasanya baik menjadi permenungan dan pegangan kita dalam memberantas korupsi. Nasihatnya antara lain dalam rangka memberantas kejahatan, termasuk korupsi, kita tidak hanya menggantungkan diri pada upaya-upaya manusia atau phisik melainkan dengan upaya-upaya rohani atau spiritual. Dengan kata lain dari pihak kita diharapkan memiliki spiritualitas atau sungguh cerdas beriman dan dengan demikian kita dapat mengajak dan membina orang lain agar menjadi cerdas beriman. Senjata-senjata untuk memberantas kejahatan atau korupsi, sebagaimana dinasihatkan oleh Paulus, antara lain:

- "Berikatpinggangkan kebenaran". Ikat pinggang berfungsi untuk membentuk keindahan tubuh agar dapat tampil atau menghadirkan diri dengan baik dan menarik. Lekuk-lekuk dan tonjolan-tonjolan tubuh kita nampak jelas. Dengan kata lain dari pihak kita senantiasa terwartakan atau terlihat kebenaran-kebenaran karena kita senantiasa bertindak benar, sesuai dengan kehendak Tuhan. Siapapun yang melihat kita senantiasa melihat kebenaran-kebenaran yang terpancar dalam cara kita berbicara atau bertindak.

- "Berbajuzirahkan keadilan". Baju zirah adalah pakaian anti peluru, artinya jenis peluru macam apapun tidak akan mampu menyakiti atau mematikan kita. Kita sungguh menjadi pribadi atau orang yang kuat, digdaya dan tak terkalahkan oleh siapapun. Kita senantiasa bertindak adil dan mewartakan keadilan, itulah panggilan dan perutusan kita. Adil antara lain berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat, entah manusia maupun ciptaan lainnya: menghayati diri dan memandang sesama sebagai 'ciptaan Allah yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya'. Dengan senjata ini kita tidak akan mudah jatuh dan terkalahkan.

- "Berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera". Kasut atas alas kaki, entah sandal atau sepatu, hemat saya bertujuan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kita, sehingga kita senantiasa sehat wal'afiat, segar bugar. Dalam kondisi sehat wal'afiat atau segar bugar kiranya kita dengan mudah dan cekatan bergerak atau bertindak alias rela dan gembira dalam bertindak dan melangkah. Kita adalah murid-murid Yesus, Pewarta Kabar Gembira/Injil damai sejahtera, maka selayaknya kita juga mewartakan apa yang baik dan menggembirakan kapanpun dan dimanapun juga. Kebaikan dan damaiu sejahtera pasti menang atas kejahatan termasuk korupsi.

- "Berperisai iman". Baju zirah menempel di tubuh kita, sedangkan perisai ada di luar diri kita dan pada umumnya dipegang oleh tangan kita. Perisai berfungsi untuk menangkis serangan musuh, dalam hal ini adalah ajakan untuk berkorupsi. Iman merupakan perisai yang tangguh dalam menangkis ajakan atau rayuan untuk korupsi, maka marilah kita perdalam dan tingkatkan iman kepercayaan kita kepada Tuhan. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."(Mat 17:20

- "Berketopong keselamatan" . Ketopong adalah penutup atau pelindung kepala alias 'helm', agar kepada atau otak kita aman dan selamat, tahan terhadap aneka macam bentuk benturan. Maka 'berketopong keselamatan' antara lain berarti apa yang ada di otak atau kepala saya adalah keselamatan, yang kita pikirkan adalah keselamatan, terutama keselamatan jiwa. Maka baiklah ketika kita harus membereskan atau memberantas korupsi, yang pertama-tama kita pikirkan dan utamakan adalah keselamatan jiwa banyak orang, dengan kata lain senantiasa berpihak pada kepentingan banyak orang atau umum. Dengan cara berpikir macam itu kami yakin kita akan menemukan jalan dan memperoleh kekuatan-kekuatan untuk memberantas korupsi.

- "Berpedang Roh atau firman Allah". Roh atau firman Allah antara lain dapat kita temukan dalam "Segala tulisan yang diilhamkan Allah (yang)memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (II Tim 3:16). Secara konkret tulisan tersebut antara dalam berbentuk aturan atau hukum. Para koruptor melanggar aturan atau hukum yang berlaku. Maka memberantas korupsi antara lain dengan meluruskan cara bertindak koruptor yang bersangkutan agar kembali pada aturan atau hukum yang berlaku, mentaati dan melaksanakannya. Memang untuk itu kita sendiri harus mengetahui dan memahami aneka aturan dan hukum yang berlaku serta melaksanakannya dalam hidup kita sehari-hari. Aturan atau hukum yang berlaku merupakan 'senjata' untuk memberantas korupsi.

- "Berdoa dengan tiada putus". Doa merupakan salah satu cirikhas hidup orang beriman. Berdoa dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja serta dalam keadaan atau kondisi apapun juga. Maka baiklah ketika aneka usaha atau upaya hukum maupun phisik tidak mempan dalam memberantas korupsi, marilah kita berdoa: mendoakan para pejuang kebenaran maupun para koruptor agar para pejuang kebenaran tidak putus asa dalam menghadapi aneka tantangan dan hambatan, sedangkan para koruptor bertobat. Kita percaya hanya Tuhanlah yang dapat mengalahkan kejahatan yang berasal dari setan itu, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti menang. Para pejuang kebenaran hendaknya mengawali langkah atau tindakannya dengan berdoa lebih dahulu, mohon rahmat kekuatan dan terang dari Tuhan.

Jakarta, May 16, 2003, (April 22, 2007: tambahan khusus perihal 'Sedikit catatan perihal korupsi')
Ign.Sumarya SJ