Wednesday, April 25, 2007

Renungan 25 April

"Beritakanlah Injil kepada segala makhluk"

St Markus, Pengarang Injil: 1Ptr 5:5b-14; Mrk 16:15-20

Rm.Ign.Sumarya SJ


"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk 16:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan St.Markus, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Semua makhluk di dunia ini diciptakan oleh Allah, dan rasanya pada awal penciptaan atau adanya makhluk tersebut sungguh menggembirakan, misalnya: kelahiran anak (entah manusia atau binatang atau tanaman/flora atau fauna), pertumbuhan kecambah, dst.. pendek kata 'sesuatu yang baru pada umumnya menggembirakan' . Maka tugas perutusan dari Yesus "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk", berarti meneruskan atau memperdalam kegembiraan yang sudah ada dalam semua makhluk. Jika ada sesuatu yang tidak atau kurang menggembirakan dari makhluk berarti ada kuasa setan yang berkarya dalam makhluk yang bersangkutan. Mencermati masih cukup banyak makhluk yang kurang gembira atau menggembirakan, lebih-lebih manusia, ciptaan tertinggi di dunia ini, rasanya panggilan untuk 'memberitakan Injil atau Kabar Baik/Gembira' sungguh mendesak dan up to date. Secara konkret tugas ini mengajak kita untuk senantiasa mewartakan apa yang baik dan menggembirakan atau dari diri kita senantiasa tersiarkan apa yang baik dan menggembirakan. Memang untuk itu diri kita sendiri senantiasa harus baik dan gembira: untuk menjadi baik senantiasa harus berbuat baik dan tidak ada alasan untuk tidak gembira karena kita telah diselamatkan oleh Allah melalui dan dalam Yesus Kristus. Apa yang disebut baik bersifat universal atau umum, berlaku di mana saja dan kapan saja, maka dimanapun dan kapanpun kita dapat berbuat baik atau memberitakan Kabar Baik/ Gembira kepada semua makhluk.

· "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.". "Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus" (1Ptr 5:5b.14). Marilah kita dengan rendah hati saling memberi salam dengan cium yang kudus. Ciuman pada umumnya merupakan bahasa/bentuk kasih yang mendalam dan mesra, dan orang yang menerima ciuman sungguh bahagia dan gembira. Dengan kata lain ciuman juga menyelamatkan, menggairahkan dan membuat orang yang menerima ciuman semakin hidup dan begairah. Ingat bahwa setiap hari, entah pagi, siang, sore, berbagai kesempatan atau bertemu dengan sesama, kita sering memberi 'salam', yang mungkin juga disertai dengan ciuman mesra. Semoga kebiasaan memberi salam tersebut tidak hanya berhenti pada kata atau symbol atau sekedar basa-basi, melainkan sungguh merasuk dalam hati sanubari, sehingga menjiwai hidup, tugas perutusan atau panggilan kita, entah secara pribadi atau bersama-sama. Kita jauhkan, berantas, hilangkan segala macam kecongkakan atau kesombongan dalam hidup bersama, pergaulan atau kebersamaan kita di manapun dan kapanpun. Congkak atau sombong berarti melecehkan yang lain, melanggar hak azasi manusia, menentang atau melawan kehendak Tuhan. Kami berharap pada kita atau mereka yang merasa 'lebih' (lebih pandai, berpengalaman, terhormat, berkedudukan, kaya dst..) tidak menjadi congkak atau sombong, melainkan semakin rendah hati. "Padi semakin tua dan berisi semakin menunduk', demikian kata sebuah pepatah. Semoga mereka yang pandai, kaya, terhormat, berkedudukan serta memiliki berbagai macam atau bentuk 'harta benda' semakin rendah hati dan berani memberi salam kepada yang lain dengan cium yang kudus. Semoga mereka ini juga semakin menyadari dan menghayati bahwa semuanya adalah anugerah Tuhan ('everything is given'), sehingga memanfaatkan atau memfungsikan semuanya dalam dan karena Tuhan alias sesuai dengan kehendak Tuhan, dan dengan demikian semakin suci, semakin mengasihi dan dikasihi oleh Tuhan dan sesama maupun seluruh makhluk di dunia ini.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit" (Mzm 89:2-3)

Jakarta, 25 April 2007

No comments: