Saturday, April 21, 2007

Renungan 21 April

"Aku ini jangan takut!"

Rm.Ign.Sumarya SJ

(Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21)

"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui" (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Untuk hidup baik, berbudi pekerti luhur atau sungguh cerdas beriman pada masa kini rasanya banyak menghadapi tantangan, hambatan atau kendala, mengingat masih maraknya aneka bentuk kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan masa kini. Lingkungan hidup sehari-hari entah di masyarakat atau tempat kerja/kantor masih diwarnai berbagai bentuk ketidak-setiaan atau ketidak-taatan pada tatanan atau aturan yang terkait dengannya. Mereka yang berkehendak untuk hidup baik, berbudi pekerti luhur atau beriman menghadapi 'gelora laut karena angin kencang' sehingga membuat takut sebagaimana dihadapi oleh para murid dalam mengarungi danau untuk menyeberang ke Kapernaum. Memang jika kita hanya mengandalkan kekuatan diri kita yang lemah dan rapuh ini kita sungguh takut, tetapi jika kita percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita tak ada ketakutan pada diri kita. Percaya pada penyertaan atau pendampingan Tuhan berarti senantiasa melihat, mengakui dan menghayati apa yang baik atau berbudi pekerti luhur, baik dalam diri kita sendiri maupun sesama kita. Kami percaya bahwa dalam diri kita dan sesama kita terdapat lebih banyak kebaikan daripada kejahatan, kelebihan daripada kekurangan; dan untuk melihat kebaikan atau kelebihan tersebut kita perlu berpikiran positif baik terhadap diri kita maupun sesama kita. Maka marilah kita lihat, akui dan hayati kebaikan dan kelebihan diri kita dan sesama kita dan kemudian kita sinerjikan kebaikan dan kelebihan tersebut untuk menghadapi aneka macam bentuk kemerosotan moral di dalam masyarakat maupun tempat kerja/kantor kita. Percayalah bahwa mereka yang berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat, sehingga kebaikan pasti akan menang atas kejahatan.

· "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kis 6:2-4), demikian kata para rasul kepada para murid. Firman Allah yang disampaikan atau dibawa oleh Yesus yang terkait dengan relasi antar sesama manusia dapat dipadatkan dalam firmanNya : "Kasihilah seorang akan yang lain."(Yoh 15:17). Hidup dalam atau bertindak dalam kasih rasanya tidak perlu takut atau gentar menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Ingatlah bahwa setiap manusia atau ciptaan lainnya 'diciptakan' (diadakan, dibesarkan dst..) dalam dan oleh kasih, maka jika kita dekati, sapa dan perlakukan dalam atau dengan kasih mereka pasti akan menjadi sahabat atau saudara kita. Perhatikan bahwa binatang buas karena pendekatan kasih dari pawangnya dapat menjadi saudara bagi manusia alias tidak menjadi buas atau membahayakan. Jika binatang buas saja dapat menjadi sahabat karena atau oleh kasih, apalagi manusia atau sesama kita. Maka jika menghadapi sesama kita, yang mungkin nampak mengancam, menakutkan atau seram dst.., marilah kita dekati dengan dan dalam kasih. Untuk itu mungkin kita perlu mengetahui 'apa' yang menjadi kekasih orang yang bersangkutan atau yang paling disenangi atau menjadi hobbynya. Dekati, sapa dan perlakukan sesama kita mulai dari 'pintu hati' mereka, artinya yang menjadi perhatian mereka. "Pilihlah yang terkenal baik dan penuh hikmat", demikian nasihat para rasul. Bukankah saran atau nasihat ini dapat kita hayati dengan melihat 'apa yang dianggap baik dan berhikmat' oleh sesama kita alias 'masuk melalui pintu hati' mereka? Marilah dengan rendah hati dan lemah lembut melihat dan mengakui 'apa yang terkenal baik dan penuh hikmat' baik dalam diri kita maupun sesama kita.

"Firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan" (Mzm 33:4-5.18-19)

Jakarta, 21 April 2007 (Selamat Hari Kartini para ibu dan rekan-rekan perempuan)

No comments: