Thursday, April 26, 2007

Choosing Your Life Partner

Choosing Your Life Partner

(Dr. John Chambers, Oct 10, 1998)
Introduction
Pilot illustration: it needs preparation and exercise, otherwise there will
be a disaster and many casualties.
Dalam memilih pasangan hidup kita sering tembak dulu, baru pikir kemudian.
Kalau sudah "fall in love" sudah sulit untuk berpikir obyektif.
Pasangan hidup harus dua-duanya dalam konteks citra Allah, saling mendorong
untuk melayani Tuhan. Jadi perlu tahu konteks dan arti pelayanan.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip hidup yang benar di mata Tuhan, itu akan
berguna untuk:
1. Pribadi kita sendiri dan keluarga kita
2. Menjadi berkat bagi orang lain
3. Nama Tuhan dipermuliakan
Ini berlaku untuk sebaliknya jika tidak mengikuti prinsip-prinsip yang
benar.

1. Need to know who I am (see topic: Singleness)

We are saved to serve Arti dalam mencari pasangan hidup adalah memenuhi
panggilan tersebut. Ini yang akan menjadi visi hidup, yaitu "to build a
life, not to find self-satisfaction."

2. Whose will do I want?

Apakah aku mau menyerahkan hidupku untuk Tuhan dalam hidup pribadiku, dalam
pernikahan, dan dalam rumah tangga? Ini artinya hidup yang tidak dikuasai
oleh sifat keakuan. Ini dicapai melalui proses, tidak bisa instant. Ini
bukanlah keputusan yang berdasarkan emosi sesaat saja, tapi adalah kemauan,
attitude of heart and mind and it becomes a habit of leaving.

Sifat keakuan ini ibarat semak liar yang selalu tumbuh setelah dipangkas.
Keakuan ini perlu selalu dibabat terus, hari demi hari. Kita perlu untuk
tunduk dihadapan Tuhan. Selama kita masih bernafas, keakuan (the desire of
the flesh) itu akan selalu ada.

Keputusan meninggalkan sifat keakuan itu akan menentukan sikap dan aspek
kehidupan kita. Setalah hubungan vertikal dengan Tuhan benar, hubungan
horisontal (dengan sesama dan lingkungan) akan beres juga.

Ibarat ban mobil, kalau ada satu lubang saja, seluruh ban akan kempes.
Hanya 1 aspek saja dalam kehidupan kita jatuh, seluruh hidup kita akan
terpengaruh dan menerima dampaknya (keinginan ber-fellowship hilang,
kerinduan untuk mencari Tuhan hilang). Kita musti sadar kalau Iblis sangat
tahu kelemahan kita. Kita musti tahu cara kerja Iblis yang sangat lihay.

Dengan mempunyai sikap hidup yang lurus, hidup kita akan semakin tenang, dan
hidup dalam pergaulan akan semakin efektif. Kita akan mempunyai hati yang
bebas dalam melayani tanpa ada "guilt."

The only reason for a "Boy Girl Relationship (BGR)" is that for marriage.
Hidup kita bukan milik kita, tp milik Tuhan. Hidup tidak untuk mencari
kepuasan sendiri. I need to know who I am and my identity as a child of
God.

Now, if I am ready, what kind of person is suitable for me?

3. Setting the Standards - a partner profile

( sama-sama anak Tuhan
( watak

Ini perlu dilakukan sebelum mulai berpacaran.
Illustrasi 2 orang mendaki gunung, yang di atas akan berat untuk menarik
yang di bawah karena ada pengaruh gaya gravitasi bumi. Tapi yang di bawah
akan lebih mudah untuk menarik yang di atas untuk jatuh.

7 areas of similarity which form a strong basis for marriage:
1. Spirituality
2. Common vision/goals/ideals
3. Common cultural/social/ethnic backgroud
4. Common intelligence and education
5. Common interests and hobbies
6. Common views of handling money
7. Common view in home-building and child-rearing, and roles of husband and
wife

7 areas above are not absolute, but it is an evaluation for leading to a
right direction. However, both are believers in Christ is absolute. Light
and dark can not come together.

4. "Waiting" - (positive attitude, not hunting)

Waiting ini adalah langkah selanjutnya setelah menyerahkan masa depan kita
ke Tuhan dan mempunyai konsep dasar (know who I am). Waiting jangan
diartikan sebagai sikap yang negatif yang tidak mau berbuat apa-apa, tapi
sikap yang bersabar menunggu dihadapan Tuhan, tidak terpengaruh oleh
lingkungan.

Banyak tekanan dari luar kita, orang lain mendorong kita untuk mencari
pasangan (sometimes those pressures are not in God's will, and therefore we
have to be strong to reject them). Tekanan dari orang tua akan lebih berat.


Sikap saya terhadap orang tua. Aku musti jauh-jauh hari menjalin komunikasi
yang baik dengan mereka untuk menunjukkan bahwa aku care, obey, love, dan
respect mereka as they are God's gift for me.
Sometimes it takes years to have a good communication with them. I need to
show them my faith, and gain respect from them, too. Itu adalah tanggung
jawab saya sebagai seorang anak kepada orang tua. Dengan demikian, pada
saat aku membicarakan mengenai suatu hal, mereka tidak tersinggung, marah,
dll. It is very important to build trust and communication in my
relationship with my parent. Tunjukkan kepada mereka apa yang aku lakukan
selama di US, aktifitas-aktifitas ku, dll. I need to share my live while I
am here in US that they may see that I am not the same person as I was in
Indonesia. (can not make decision, childish, not growing, etc)

Pria musti yang ambil inisiatif dalam BGR. Jika tidak:
1. Dalam rancangan Tuhan akan pernikahan, pria adalah kepada keluarga.
Kalau dari permulaan wanita yang mengambil inisiatif dahulu, akhirnya bisa
kacau karena awalnya sudah terbalik. Nanti istri yang akan menjadi kepala
keluarga, bukannya suami.
2. Demonstrate disregard for Scripture to other people. It is a misleading
role model. It becomes a stumbling block to others.
3. In BGR, there is always tempation for sexual immorality. Kalau pada
mulanya wanita yang kejar pria, dan pria ingin melakukan sexual immorality,
wanita yang takut kehilangan si pria akan takut dan sulit untuk bilang "No."
Ini sering terjadi dalam mahasiswa-mahasiswa, akibatnya akan fatal.

5. "Falling in Love"

Banyak orang berpikir kalau udah falling in love, semuanya sudah not under
my control any more, I just follow my emotion to this relationship (kalau
sudah terlanjur cinta mau diapakan lagi? Ya udah, terusin aja). Ini adalah
pandangan yang salah. Sikap yang demikian adalah bertentangan dengan fruit
of the Spirit (Gal 5:22-23): self-control. Bagaimana sebetulnya sikap kita,
apakah mau hidup kita di kontrol oleh Roh Kudus (Spirit filled), bukannya
dikontrol oleh keinginan diri sendiri.

Perlu evaluasi diri, films macam apa yang kita tonton. Majalah macam apa
yang kita baca. Perkataan dalam pergaulan macam apa yang kita keluarkan.
You reap what you sow. Untuk menyerahkan diri kepada Tuhan secara penuh
membutuhkan usaha yang banyak, karena sikap keakuan akan selalu ada. Phil
4:8, jangan juga hanya bertindak: saya tidak mau memikirkan atau melihat
pornography atau hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Tetapi pikiran kita
perlu dipenuhi dengan pikiran seperti yang tertulis di Phil 4:8. Kita tidak
bisa biarkan pikiran kita kosong dengan satu hal dan tidak diisi dengan hal
lain. Kalau dibiarkan kosong akan berbahaya karena adanya kedagingan dalam
manusia.

6. Courtship - Priorities and Discipline

Jangan mendewakan pasangan kita. Tuhan tetap nomor satu. Dua belah pihak
perlu tahu kelemahan masing-masing dan mempunyai pengertian yang benar
tentang "who am I?" dan disiplin dalam setiap aspek kehidupan agar Tuhan
yang dipermuliaakan melalui hubungan mereka.
Kebenaran Hollywood : love = physical relationship = go to bed.


7. Long Distance Relationship (LDR) and other problems

Perlu serahkan partner kita ke Tuhan dan anggap sebagai suatu kesempatan
bahwa LDR adalah untuk mengetest hubungan tersebut dan pakai untuk belajar
berkomunikasi lewat surat, e-mail, maupun telepon. Belajar mengekspresikan
perasaan lewat tulisan dan suara. Ini adalah pelajaran yang penting untuk
berkomunikasi. Dampaknya akan baik, learn to share, express concerns and
feelings, and learn to communicate. Bisa juga belajar untuk build trust,
and not be jealous. LDR baik untuk menjaga supaya hubungan tidak terlalu
banyak physical contact.

8. Preparing for Marriage

Belajar dulu dari sekarang, jangan setelah menikah baru belajar. Baca buku,
cari konsel. Perlu belajar tentang kepribadian diri sendiri dan si dia,
belajar background keluarga si dia. Jangan berpikir: how I can change
him/her.

Persiapan harus dimulai dari sudut pandang pribadi (persiapan pribadi). Apa
arti cinta kasih yang sebenarnya? Yaitu mencari yang terbaik untuk pasangan
kita. Give the best for him/her; not getting what I want, but to sacrifice
and to serve.

No comments: