Friday, April 20, 2007

Renungan 20 April

"Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?"

Rm.Ign.Sumarya SJ

(Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)

"Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid- Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid- Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." (Yoh 6:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Setelah dibaptis kiranya tidak otomatis orang lalu setia dan taat menghayati janji baptis dalam hidup sehari-hari, demikian pula setelah saling berjanji untuk menjadi suami-isteri tidak otomatis setia saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, hal yang sama juga terjadi dengan janji imamat, kaul, janji pelajar atau kepegawaian dst.. Dalam perjalanan hidup kita senantiasa mengalami atau menghadapi aneka cobaan, sebagaimana dikatakan Yesus kepada Filipus. Pencobaan-pencobaan atau tantangan-tantangan rasanya dibutuhkan dalam rangka pendewasaan hidup sebagai pribadi cerdas beriman. Maka bercermin dari kisah Injil hari ini saya mengingatkan dan mengajak: (1) Pertama-tama bagi siapapun yang merasa menjadi orangtua, pendidik atau pembina/pembimbing atau atasan, baiklah kita senantiasa memberi tantangan-tantangan kepada anak-anak, peserta didik atau anak buah. Yang memberi tantangan kiranya perlu mendampingi mereka yang diberi tantangan, mungkin dengan motto Ki Hajar Dewantoro 'ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani' = keteladanan, pemberdayaan dan dukungan. (2) Bagi anak-anak, peserta didik, bawahan atau anak buah hendaknya dengan setia dan taat melaksanakan apa yang diperintahkan oleh orangtua, pendidik, pembina/pembimbing atau atasan. Percayalah jika kita taat dan setia melaksanakan perintah atau nasihat kita akan menyaksikan sesuatu yang luar biasa, sebagaimana terjadi dengan peristiwa penggandaan roti: apa yang semula kita bayangkan tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan kata lain kita semua dipanggil oleh Tuhan untuk berbagi 'milik' kita kepada sesama, lebih-lebih sesama yang miskin dan berkekurangan. Hendaknya kita semua hidup dengan penuh syukur dan suka membagi kepada sesama..

· "Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39), demikian kata Gamaliel di Mahkamah Agama di mana terjadi pengadilan terhadap para rasul. Apa yang dikatakan oleh Gamaliel ini rasanya dapat menjadi pedoman atau acuan hidup kita. "Dalam semangat kebebasan dan cintakasih Injili" , begitulah cirikhas pendidikan atau pembinaan yang baik. Setiap orang 'diciptakan" (diadakan, dikandung, dilahirkan dan dibesarkan oleh orangtua/bapak- ibu) dalam dan oleh kebebasan dan cintakasih, maka hanya dapat tumbuh dan berkembang dalam kebebasan dan cintakasih pula. Apa yang dikatakan oleh Gamaliel di atas rasanya lebih terarah bagi siapapun yang merasa berada di atas (orangtua, pendidik, pembina/pembimbing, atasan atau pemimpin). Hendaknya dengan semangat kebebasan dan cintakasih dalam menghayati panggilan atau tugas perutusannya; jauhkan aneka macam bentuk kekerasan atau pemaksaan atau pemanjaan. Masa kini bentuk pemanjaan yang tidak lain dan tidak bukan sebenarnya 'proteksi berlebihan' sungguh kurang mendidik dan membina. Rasanya bentuk 'proteksi berlebihan' tidak hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga pada 'lansia', antara lain dengan 'mencabut orangtua dari akarnya' artinya membawa orangtua dari desa ke kota dan kemudian dimanja dengan harta (Hemat saya cara ini merupakan bentuk membunuh orangtua pelan-pelan) . Sekali lagi marilah kita renungkan dan hayati apa yang dikatakan oleh Gamaliel di atas dalam hidup, panggilan, tugas perutusan dan cara bertindak kita setiap hari.

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN " (Mzm 27:13-14)

Jakarta, 20 April 2007

No comments: