Wednesday, April 25, 2007

24 April

"Akulah roti hidup"

(Kis 7:51-8:1a; Yoh 6:30-35)

Ign.Sumarya SJ

"Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh 6:30-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dunia seisinya diciptakan oleh Tuhan dan kelangsungan apa yang hidup di dunia tergantung dari Tuhan, maka Paulus berani berkata bahwa "baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan" (Rm 14:8b). Maka baiklah kita mawas diri: sejauh mana kita menghayati hidup ini sebagai 'milik Tuhan', sehingga kita memprlakukan diri kita sendiri maupun sesama dan ciptaan lainnya sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain dengan 'makan roti hidup', menerima Yesus Kristus dalam diri kita atau mempercayakan diri sepenuhnya kepada Yesus Kristus. Datang dan percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus berarti kita meneladan cara bertindakNya dan mentaati atau melaksanakan sabda-sabdaNya dan dengan demikian kita menjadi 'alter Christi'. Jika kita berpartisipasi dalam ibadat sabda atau membaca dan merenungkan Kitab Suci berarti kita siap sedia untuk melaksanakan sabda-sabdaNya; demikian pula ketika berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi kita 'menyantap sabda dan TubuhNya'. Marilah kita membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci setiap hari, misalnya mengikuti petunjuk Kalendarium Liturgi atau bila mungkin berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi setiap hari. Jika kita dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tenaga melaksanakan atau menghayati itu semua, kami yakin kita 'tidak akan pernah lapar dan haus' alias senantiasa dalam keadaan damai sejahtera, sehat jiwa dan raga. Hidup dari, dalam dan oleh Dia berarti juga kita tidak tinggal diam melihat penderitaan yang ada di sekitar kita, dan dengan memperhatikan penderitaan tersebut kita pun akan dibahagiakan atau disejahterakan juga. Hidup dari, dalam dan oleh Dia berarti memfungsikan segala sesuatu yang kita miliki atau kuasai demi keselamatan atau kesejahteraan seluruh dunia, bukan hanya demi saya/kita sendiri saja.

· "Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia" (Kis 7:59-60). Apa yang dihayati oleh Stefanus ini kiranya baik menjadi teladan kita. Karena kesetiaan pada iman kita dapat menghadapi aneka tantangan dan ancaman, yang dapat membawa kita ke kematian. Sekiranya kita mengalami hal itu marilah kita meneladan Stefanus antara lain dengan 'menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan' serta tidak 'menanggungkan dosa kepada mereka yang mengancam atau menghabisi kita'. Dengan kata lain marilah kita siap sedia untuk menajdi 'martir'. Menjadi martir masa kini mungkin tidak sampai mati, dan mungkin kita hanya merasa terdesak dan berada di ujung tanduk alias 'ditinggikan' seperti Yesus yang ditinggikan di kayu salib dalam puncak penderitaanNya. Biarlah dan bersyukurlah jika kita sendirian sebagai saksi iman atau yang setia pada iman harus menghadapi tantangan dan ancaman, karena hal itu berarti kita diberi kesempatan untuk berparitisipasi dalam Salib Yesus seperti Stefanus. Hendaknya jangan mengeluh atau menggerutu apalagi marah-marah terhadap mereka yang mengancam atau menyakiti kita, melainkan berdoa seperti Stefanus "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka', atau berdoa seperti Yesus dalam puncak penderitaanNya di kayu salib, dimana Ia mendoakan mereka yang menyalibkanNya: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:3 4). Kasih pengampunan merupakan senjata pamungkas dalam mengalahkan aneka macam godaan atau ancaman terhadap pengahayatan iman kepercayaan kita kepada Tuhan.

"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia. Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN.Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu" (Mzm 31:6-8a)

Jakarta, 24 April 2007

No comments: