Friday, April 27, 2007

Renungan 27 April

"Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan."

(Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

Ign.Sumarya SJ

"Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. " Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat" (Yoh 6:52-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Petrus Kanisius hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pewahyuan atau penyingkapan 'sesuatu' yang semakin luas dan mendalam pada umumnya menimbulkan berbagai pertanyaan atau komentar/reaksi. Penyingkapan masalah korupsi pejabat tinggi yang telah lama tersembunyi menimbulkan gejolak di sana-sini. Demikian pula ketika Yesus menyingkapkan DiriNya bahwa 'dagingNya adalah benar-benar makanan dan darahNya benar-benar minuman yang menyelamatkan' , orang-orang Yahudi berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan". Memang jika tiada relasi kasih dan saling percaya segala macam bentuk penyingkapan akan menimbulkan kecurigaan atau pertanyaan, sebaliknya jika ada relasi kasih dan saling percaya, sebagaimana terjadi antar suami-isteri yang saling menelanjangi diri, maka penyingkapan merupakan perwujudan kasih yang menyelamatkan dan membahagiakan. Kita percaya bahwa ketika menerima komuni kudus dalam rupa roti berarti kita menerima 'Tubuh Kristus', dan dengan demikian kita sungguh dikuatkan dan diselamatkan atau digembirakan. Pengalaman penyingkapan dalam kasih dan saling percaya ini kiranya dapat menjadi modal atau kekuatan bagi kita untuk saling menyingkapkan atau membuka diri, sehingga tiada kepalsuan atau kebohongan dalam kebersamaan kita atau di antara kita. Dalam kasih dan saling percaya kiranya tiada ketakutan atau kekhawatiran apapun untuk saling terbuka satu sama lain, entah membuka hati, jiwa, akal budi maupun tubuh. Maka marilah dalam kasih dan saling percaya kita saling membuka diri atau menyingkapkan diri agar kita senantiasa hidup dalam kebahagiaan, kesegaran dan kebugaran dan dengan demikian 'akan hidup selama-lamanya' .

· "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." (Kis 9:17), demikian kata Ananias kepada Saulus, dan Saulus yang sebelumnya buta kemudian dapat melihat lagi. Karya kerasulan Petrus Kanisius terfokus pada bidang pendidikan, dan hemat saya karya pendidikan merupakan bentuk karya 'membuka mata para peserta didik/generasi muda untuk dapat lebih melihat dan penuh Roh Kudus'. Dengan dan melalui pengajaran serta kesaksian hidup para pendidik, para peserta didik dibuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaganya terhadap hal-hal yang sebelum belum mereka lihat. Maka dengan ini kami berseru dan mengingatkan para pendidik atau orangtua: marilah dengan rendah hati, tanpa takut dan gentar kita teruskan apa-apa yang baik dan yang dapat membekali peserta didik atau anak-anak. Marilah kita perkenalkan jalan-jalan benar dan baik menuju ke kehidupan dan kedewasaan sejati, ke pribadi cerdas beriman. Biarkanlah dalam dan dengan terang Roh Kudus para peserta didik atau anak-anak menumbuh-kembangkan sendiri apa yang mereka lihat dalam dan melalui pengajaran kesaksian pendidik atau orangtua. Petrus Kanisius juga dikenal sebagai pribadi yang setia pada tugas perutusan maupun Gereja, setia dalam meneruskan apa yang benar dan baik sesuai dengan ajaran Gereja. Melalui karya pastoral pendidikan atau sekolah kita semua juga diundang untuk meneruskan apa-apa yang baik dan benar, setia pada kebaikan dan kebenaran di tengah-tengah kemerosotan moral, kebohongan dan kesombongan yang masih marak pada masa kini. Marilah kita jiwai karya pendidikan kita, entah di sekolah maupun di dalam keluarga, dengan 'cintakasih dan kebebasan Injili'.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! "(Mzm 117)

Jakarta, 27 April 2007

No comments: