Wednesday, April 18, 2007

Renungan 18 April

"Barangsiapa melakukan yang benar ia datang kepada terang"

(Kis 5:17-26; Yoh 3:16-21)

By: Rm.Ign.Sumarya SJ

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatan nya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatan nya dilakukan dalam Allah." (Yoh 3:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· "Sluman, slumun, slamet" (= bertindak diam-diam asal selamat), demikian sebuah mantra atau pepatah Jawa. Pepatah ini sebenarnya merupakan sindiran bagi orang yang bertindak jahat secara diam-diam sehingga tidak ketahuan; mereka ini untuk masa kini adalah para koruptor, penjahat atau pencuri, penipu dst. Mereka adalah kelompok sebagaimana dikatakan oleh Yesus :"Barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat" Maka para penjahat tidak perlu dihukum karena dengan sendirinya mereka telah terhukum,yaitu senantiasa 'hidup dalam kegelapan'. Kita semua kiranya menghendaki yang baik dan benar, ingin melakukan yang benar dan datang kepada terang, maka marilah kita senantiasa bertindak 'terang-terangan' atau terbuka/transparan, tidak sembunyi-sembunyi atau tidak bermain sandiwara dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu berarti kita senantiasa bertindak dengan jujur, disiplin, teratur, sederhan dan rendah hati. Di sekolah misalnya tidak menyontek dalam ulangan atau ujian, di tempat kerja/ kantor tidak korupsi atau manipulasi, termasuk 'mark-up'anggaran dst.. Sebagai pemimpin/petinggi atau penentu hidup bersama hendaknya dalam membuat kebijakan atau peraturan senantiasa berpihak kepada kepentingan umum atau kesejahteraan umum bukan demi keuntungan diri sendiri atau kelompok/golongan sendiri (mencari keuntungan di balik peraturan/kebijakan ). Jika kita bersalah atau keliru dan ditegor atau ditunjukkan kesalahan atau kekeliruan kita hendaknya tidak membantah atau menolak, melainkan dengan senang hati berterima kasih kepada mereka yang menegor kita. Dalam pengelolaan uang atau harta benda hendaknya sesuai dengan 'intentio dantis' (maksud pemberi) dan mengelola atau mengurus uang/harta benda dengan cermat, teliti dan transparan. Pada masa kini rasanya pengelolaan atau pengurusan uang/harta benda dengan benar dan baik merupakan bentuk kenabian atau kesaksian iman yang mendesak dan diharapkan.

· "Pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka" (Kis 5:26) . Tokoh-tokoh masyarakat atau Negara pada umumnya 'mengambil atau membungkam orang-orang benar' dengan atau melalui kekerasan, entah secara terbuka atau sembunyi-sembunyi. Namun 'orang benar' atau 'kebenaran' semakin dibungkam pada umumnya juga semakin tumbuh dan berkembang, dan orang benar tidak takut terhadap aneka intimidasi atau ancaman-ancaman atau gertak sambal. Belajar dari para rasul yang berani bersaksi tentang kebenaran di muka umum, kami mengajak kita semua untuk tidak takut, tidak gentar dalam memperjuangkan atau membawa kebenaran-kebenaran di dalam hidup dan tugas perutusan kita sehari-hari. Marilah dengan terbuka dan rendah hati kita wartakan kebenaran-kebenaran . Sebaliknya para petugas atau pelayan masyarakat alias pejabat kami berharap dengan rendah hati, syukur dan terima kasih menghadapi aneka masukan (kritikan, saran, permohonan, tegoran dst..) dari rakyat atau yang dilayani, lebih-lebih para pejuang kebenaran yang cerdas beriman. Mereka yang berada di garis depan dalam pelayanan masyarakat umum seperti polisi di jalanan, penjaga keamanan, penerima tamu, dst..hendaknya dengan rendah hati dan lemah lembut menghadapi mereka yang mendatangi kita atau yang harus kita layani. Jauhkan atau hindari kata-kata atau cara bertindak yang memancing bentuk-bentuk kekerasan baru, yang pada gilirannya akan melahirkan kekerasan yang lebi berat lagi. Penampilan atau cara bertindak pribadi di mana pun dan kapan pun hendaknya juga jangan merangsang tindak kejahatan atau kekerasan.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mzm 34:2-5)

Jakarta, 18 April 2007

No comments: