Friday, May 11, 2007

Renungan 11 May

"Aku menetapkan kamu pergi dan menghasilkan buah"

(Kis 15: 22-31; Yoh 15:12-17)

Ign.Sumarya SJ

"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:12-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Berrefleksi perihal 'kasih' rasanya paling mudah dikenakan pada hubungan laki-laki dan perempuan atau suami-isteri yang saling mengasihi. Sebagai laki-laki dan perempuan mereka 'pergi, meninggalkan keluarga mereka masing-masing' membangun keluarga baru dengan saling mengasihi yang dapat menghasilkan 'buah', yaitu anak. Rasanya baik suami atau isteri sungguh saling memberikan nyawanya, dan masing-masing dari mereka merasa sebagai yang dipilih alias saling memilih. Suami-isteri saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh, yang ditandai dengan persetubuhan sebagai perwujudan kasih yang nikmat dan membahagiakan. Kita semua juga sebagai 'yang terpilih', entah itu sebagai pegawai/pekerja atau pelajar/ mahasiswa, imam, bruder atau suster maupun sebagai orang Kristen/Katolik. Maka kita semua juga memiliki panggilan untuk pergi dan menghasilkan buah melalui cara hidup dan cara bertindak kita dalam pekerjaan, tugas perutusan atau panggilan kita. Agar kita dapat menghasilkan buah kiranya kita dapat bercermin pada suami-isteri yang saling mengasihi, yaitu: belajar, bekerja atau bertindak dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga. Jika kita menghayati hal ini kiranya sebagai pelajar akan terampil belajar sehingga sukses dalam belajar, sebagai pekerja akan terampil bekerja sehingga memperoleh imbalan atau balas jasa yang membahagiakan dan mensejahterakan, sebagai yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster akan terampil dalam berbakti kepada Tuhan yang menjadi nyata dalam pelayanan atau pengabdian bagi sesama, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan, dst.. Marilah kita dalam hidup bersama senantiasa saling mengasihi, sehingga kebersamaan hidup kita menghasilkan buah-buah keselamatan dan kebahagiaan serta menarik banyak orang.

· "Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini " (Kis 15:28), demikian salah satu keputusan pertemuan para rasul. Kutipan ini rasanya baik menjadi permenungan atau refleksi, lebih-lebih bagi orangtua, pendidik/guru, atasan/petinggi, pemimpin dst.. Kami berharap mereka yang merasa 'berada di atas' ini tidak memproyeksikan diri dalam menghayati panggilan atau tugas perutusannya antara lain dengan 'menekan atau memperkosa' mereka yang berada di bawah. "Gereja yang mendengarkan" , demikian tema SAGKI 2000, suatu ajakan atau peringatan agar para pemimpin atau gembala alias 'yang berada di atas' berani mendengarkan mereka 'yang berada di bawah'. Dengan kata lain mereka 'yang berada di atas' diharapkan menghayati dan melaksanakan 'kepemimpinan partisipatif' , dengan cara 'bottom up' bukan 'top down' . Ketika mereka yang 'berada di atas' bersikap dan bertindak dengan cara itu, kami yakin mereka tidak akan menanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu pada mereka yang 'berada di bawah'. Hendaknya, entah dalam belajar atau bekerja, dengan cara terpadu progresif, yaitu mulai dari yang mudah menuju ke yang sulit. Khususnya dalam proses pendidikan atau pembelajaran, entah di dalam rumah atau keluarga maupun sekolah hendaknya cara terpadu progresif ini dihayati atau dilaksanakan. Ingatlah bahwa hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi suami-isteri telah menghayati cara terpadu progresif ini, dan kami yakin banyak di antara anda telah menelusuri cara ini juga. Dengan cara terpadu progresif kiranya semua orang yang terlibat dalam kebersamaan belajar atau kerja dapat berpartisipasi secara aktif dan kreatif atau proaktif. Begitulah kita cara hidup orang yang cerdas beriman atau hidup dari Roh Kudus, cara hidup dan bertindak saling mengasihi dalam hidup sehari-hari.

"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan. Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (Mzm 57:8-12)

Jakarta, 11 Mei 2007

No comments: